Jakarta (ANTARA) - Penerimaan pengungsi untuk melakukan pemukiman kembali atau resettlement oleh negara ketiga masih akan menurun pada 2020, demikian prediksi yang disebutkan oleh Kepala Perwakilan UNHCR di Indonesia, Ann Maymann.

"Menurun dalam kecepatan seperti apa, masih menjadi pertanyaan," kata Ann dalam temu media di Jakarta, Selasa.

Dia menambahkan, "Secara umum dan salah satu alasan mengapa ada tren penurunan ini adalah Amerika Serikat (AS), yang merupakan negara tujuan besar, secara cepat dan drastis menurunkan kuota penerimaan pengungsi."

Mengutip data Pew Research Center, sebuah lembaga riset yang berbasis di Washington DC, AS, kuota pengungsi sebanyak 30.000 pada 2019 kemungkinan akan turun hingga hampir setengahnya menjadi 18.000 pada 2020.

Walaupun begitu, terlihat juga negara-negara yang mulai membuka diri dengan mengumumkan bahwa mereka ingin menjadi negara tujuan untuk pemukiman kembali para pengungsi, contohnya Rwanda.

Selain tren penerimaan pengungsi itu, Ann juga mengungkapkan proyeksi lain, yakni mengenai penurunan pencari suaka yang datang ke Indonesia.

"Namun memang sulit untuk berspekulasi soal berapa banyak pencari suaka yang akan datang, karena itu akan sangat tergantung pada situasi di negara-negara yang kita tahu saat ini sedang dalam ketegangan dan mungkin mengarah pada pergerakan pengungsi," tutur Ann.

Pergerakan pengungsi dalam krisis baru yang cukup besar, bagaimanapun, dapat mengarah pada respons baik yang diberikan masyarakat dunia.

“Misalnya di krisis pengungsi Suriah pada 2011-2012 bisa menggerakkan dunia, kita melihat bagaimana saat itu masyarakat dan pemerintah di dunia mempunyai kapasitas untuk menyalurkan banyak simpati dan empati,” kata Ann memungkasi.

Baca juga: 663 pengungsi transit di Indonesia jalani "resettlement" selama 2019
Baca juga: Pemberdayaan produktivitas, langkah UNHCR membuat pengungsi mandiri
Baca juga: Masa-masa penantian pencari suaka di negara persinggahan