Bom rakitan meledak di rumah sakit Hong Kong
27 Januari 2020 13:52 WIB
Api di permukaan jalan terlihat setelah pengunjuk rasa melempar sebuah bom molotov ke arah markas pusat polisi Wan Chai di Hong Kong, China, Senin (5/8/2019), dalam gambar video yang didapatkan dari media sosial. Video diambil tanggal 5 Agustus 2019. CAMPUS TV, HKUSU/via REUTERS/aww/cfo (CAMPUS TV, HKUSU via REUTERS/CAMPUS TV, HKUSU)
Hong Kong (ANTARA) - Bom rakitan yang diduga berskala kecil meledak di rumah sakit umum di Hong Kong pada Senin menyebabkan evakuasi sementara terhadap sejumlah pasien tanpa korban luka, menurut polisi.
Insiden terjadi setelah sekelompok massa pada Minggu membakar lobi dari bangunan baru di Hong Kong, yang rencananya bakal digunakan oleh otoritas sebagai fasilitas karantina, saat kekhawatiran soal wabah virus corona berkembang di China daratan.
Hong Kong didera aksi protes selama tujuh bulan terakhir, yang berfokus pada hubungannya dengan China daratan, dengan kemarahan yang diluapkan oleh massa saat menyaksikan semakin mendalamnya campur tangan dari Beijing.
Bom meledak di sebuah kamar mandi di Pusat Medis Caritas sekitar pukul 2:30 waktu setempat, menurut pernyataan polisi.
Satuan penjinak bom "menemukan benda diduga bom di dalam toilet, dengan panjang 15 cm dan berdiameter 10 cm," kata polisi.
"Petugas membawa serpihan yang diduga bom guna pemeriksaan lebih lanjut dan mengevakuasi sekitar 20 orang. Tak ada korban luka."
Hingga kini masih belum diketahui motif di balik ledakan tersebut.
Terdapat seruan dari berbagai kalangan legislator prodemokrasi, pegiat dan juga serikat pekerja medis dalam beberapa hari terakhir agar Hong Kong menutup perbatasan dengan daratan guna mencegah penyebaran virus corona.
Hong Kong pada Minggu melarang warga di Provinsi Hubei China, pusat wabah virus corona, masuk ke wilayah mereka. Pemimpin Eksekutif Carrie Lam pekan lalu menolak penutupan perbatasan lantaran dinilai tidak pantas dan tidak praktis.
Hong Kong sejauh ini telah mengonfirmasi delapan kasus orang yang terinfeksi virus corona baru, yang menyebabkan 80 orang di China daratan meninggal.
Sumber: Reuters
Baca juga: Polisi Hong Kong jinakkan bom pipa serta ringkus 4 pria
Baca juga: Bom bensin dilempar ke stasiun metro Hong Kong
Baca juga: Penjinakan bom Perang Dunia II picu evakuasi 1.200 warga di Hong Kong
Insiden terjadi setelah sekelompok massa pada Minggu membakar lobi dari bangunan baru di Hong Kong, yang rencananya bakal digunakan oleh otoritas sebagai fasilitas karantina, saat kekhawatiran soal wabah virus corona berkembang di China daratan.
Hong Kong didera aksi protes selama tujuh bulan terakhir, yang berfokus pada hubungannya dengan China daratan, dengan kemarahan yang diluapkan oleh massa saat menyaksikan semakin mendalamnya campur tangan dari Beijing.
Bom meledak di sebuah kamar mandi di Pusat Medis Caritas sekitar pukul 2:30 waktu setempat, menurut pernyataan polisi.
Satuan penjinak bom "menemukan benda diduga bom di dalam toilet, dengan panjang 15 cm dan berdiameter 10 cm," kata polisi.
"Petugas membawa serpihan yang diduga bom guna pemeriksaan lebih lanjut dan mengevakuasi sekitar 20 orang. Tak ada korban luka."
Hingga kini masih belum diketahui motif di balik ledakan tersebut.
Terdapat seruan dari berbagai kalangan legislator prodemokrasi, pegiat dan juga serikat pekerja medis dalam beberapa hari terakhir agar Hong Kong menutup perbatasan dengan daratan guna mencegah penyebaran virus corona.
Hong Kong pada Minggu melarang warga di Provinsi Hubei China, pusat wabah virus corona, masuk ke wilayah mereka. Pemimpin Eksekutif Carrie Lam pekan lalu menolak penutupan perbatasan lantaran dinilai tidak pantas dan tidak praktis.
Hong Kong sejauh ini telah mengonfirmasi delapan kasus orang yang terinfeksi virus corona baru, yang menyebabkan 80 orang di China daratan meninggal.
Sumber: Reuters
Baca juga: Polisi Hong Kong jinakkan bom pipa serta ringkus 4 pria
Baca juga: Bom bensin dilempar ke stasiun metro Hong Kong
Baca juga: Penjinakan bom Perang Dunia II picu evakuasi 1.200 warga di Hong Kong
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020
Tags: