Mentan serahkan bantuan senilai Rp150 miliar di Sulsel
25 Januari 2020 17:53 WIB
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (dua kiri) didampingi Sekertaris Daerah (Sekda) Pemprov Sulsel Abdul Hayat Gani (kiri) saat menyerahkan bantuan kepada kelompok tani di Wisma Negara, Central Poin of Indonesia (CPI), Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (25/1/2020). ANTARA/Darwin Fatir.
Makassar (ANTARA) - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyerahkan bantuan untuk peningkatan produksi pertanian di Provinsi Sulawesi Selatan senilai Rp150 miliar dalam bentuk barang.
"Semua bantuan yang diberikan itu hanya sebagai stimulan yang perlu segera dilakukan adalah terus melakukan konsolidasi dan merubah paradigma pengelolaan usaha tani menjadi skala bisnis," ujarnya di Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu.
Penyaluran bantuan tersebut dalam rangkaian Sosialisasi Pemanfaatan Dana KUR dan Implementasi Kostratani dihadiri 5.000 orang dari kelompok tani, penyuluh pertanian, kepala desa, camat se Sulsel di Wisma Negara areaI reklamasi Central Poin of Indonesia, jalan Tanjung Bunga, Kota Makassar.
Bantuan diserahkan tersebut kepada kelompok tani berupa 50 unit Traktor roda empat, 100 unit Traktor roda dua, 100 unit pompa air, 30 unit Combine Harvester.
Selanjutnya, 3,3 ribu ton benih padi, 2,7 ribu ton benih jagung hibrida, 180 ton benih kacang tanah, 338 benih kedelai, 25 ton benih kacang hijau serta pembagian KUR kepada lima perwakilan Kelompok Tani di Sulsel.
Mantan Gubernur Sulsel ini menyatakan negara Indonesia sangat subur, bersuhu tropis dan matahari selalu bersinar. Tentu dengan negara subur maka bisa meningkatkan pertanian hingga menghidupi seluruh rakyatnya.
Kendati ada kendala, baik itu terjadi bencana, serangan hama dan kesalahan manusia lainnya, kata dia, pihaknya tetap menyakini masih ada pangan yang tersedia, mengingat Indonesia sangat luas dan subur.
"Saya percaya Sulsel akan lebih baik dan apa yang saya buat itu contoh dari petani. Pertanian harus dikelola dengan teknologi yang baik. Dengan program Kontratani (Komando Strategis Pertanian) di Kecamatan dengan menggunakan teknologi, saya akan mudah mengetahui bila ada penyimpangan seperti kekurangan pupuk, termasuk pemetaan lahan melalui satelit," kata dia.
Baca juga: Mentan inginkan program Kontratani menggerakkan pertanian
Baca juga: Di FAO, Mentan tawarkan bantuan untuk negara Afrika-Pasifik
Baca juga: Targetkan ekspor beras 500.000 ton, Mentan libatkan penggilingan
Menurut mantan Camat di Kabupaten Gowa itu, segala bentuk upaya tersebut akan dikontrol dan dikendalikan oleh Kostratani dan Agricultural War Room (AWR), dengan daya dukung teknologi ini berupa akurasi data.
"Kita monitoring setiap permasalahan termasuk distribusi pupuk bersubsidi yang bermasalah aku terima beritanya dari kantor pusat sewaktu memaparkan Kostratani di FAO, Roma. Tidak butuh lama, itu bisa diselesaikan," kata Syahrul.
Mantan Wakil Gubernur Sulsel itu mengemukakan untuk urusan pertanian sebenarnya tidak ada yang gagal, hanya saja salah urus, terkecuali ada bencana maupun serangan hama. Tetapi itu sudah ada jalan keluarnya dengan asuransi bagi petani.
"Kita targetkan ekspor pertanian bisa tiga kali, saya sangat optimis soal ini dan saya sudah menyampaikan ke Presiden. Dengan Kontratani ini saya berharap ada pabrik di tiap kecamatan. Sebaiknya penggilingan yang tua diganti agar menghasilkan produk yang baik. Saat ini gaya bisnis dijalankan bukan mengharap bantuan," tuturnya.*
Pemerintah kini telah bekerja sama dengan perbankan untuk penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga sangat rendah guna meningkatkan kesejahteraan petani termasuk memanfaatkan teknologi untuk mendongkrak peningkatan hasil pertanian.
Ia menyebut dari laporan diterima masih ada 15 kecamatan tersebar di empat kabupaten wilayah Sulsel daerah rawan pangan, sehingga pihaknya melalui Dirjen akan memberikan bantuan senilai Rp200 juta pada daerah tersebut.
Berkaitan dengan permohonan Sekretaris Daerah (Sekda) Pemprov Sulsel, Abdul Hayat Gani pada kesempatan itu menyatakan Sulsel masih membutuhkan anggaran Rp1 triliun dari total KUR senilai Rp50 triliun, kata Syahrul selama perbankan siap, maka itu bisa direalisasikan.
"Sangat kecil itu, di atasnya pun bisa selama perbankan mampu. bupati, gubenur masuk saja (ajukan KUR). Tapi jangan kasih bantuan yang mau dibantu, tapi kasih bantuan bagi orang yang siap dibantu dan tentu siap menerima KUR," ungkapnya.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Sarwo Edhy mengatakan bahwa serapan KUR pertanian nasional sampai dengan tanggal 24 Januari 2020 sudah mencapai Rp600 miliar.
"Total nilai KUR pertanian adalah 50 triliun. Pembiayaan ini diperuntukkan untuk membantu budi daya perkebunan, tanaman pangan, hortikuktura dan peternakan dengan bunga yang rendah yaitu 6 persen," katanya.
Selain skema KUR, Sarwo Edhy juga menghimbau kepada petani yang hadir untuk bisa mengakses asuransi pertanian.
Ada asuransi padi dan asuransi ternak. Pemerintah memberikan subsidi sehingga petani dibantu dalam pembayaran preminya.
"Petani cukup membayar Rp36 ribu dan Rp144 ribu dibayarkan oleh pemerintah. Sehingga jika padi yang ditanam mengalami puso karena kekeringan atau banjir maka akan diganti Rp6 juta per hektar untuk satu kali masa tanam," kata dia.
"Begitupun peternak, diganti Rp10 juta per ekor bila ternaknya mati atau hilang. Peternak membayar Rp40 ribu, sisanya Rp160 ribu dibayarkan pemerintah untuk asuransinya," kata Sarwo.*
Baca juga: Mentan minta penegakan hukum terhadap pelaku konversi lahan pertanian
Baca juga: Bertemu Menpan RB, Mentan bahas penguatan penyuluh sampai kecamatan
Baca juga: Sambangi Mendag, Mentan tegaskan single data jadi rujukan bersama
"Semua bantuan yang diberikan itu hanya sebagai stimulan yang perlu segera dilakukan adalah terus melakukan konsolidasi dan merubah paradigma pengelolaan usaha tani menjadi skala bisnis," ujarnya di Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu.
Penyaluran bantuan tersebut dalam rangkaian Sosialisasi Pemanfaatan Dana KUR dan Implementasi Kostratani dihadiri 5.000 orang dari kelompok tani, penyuluh pertanian, kepala desa, camat se Sulsel di Wisma Negara areaI reklamasi Central Poin of Indonesia, jalan Tanjung Bunga, Kota Makassar.
Bantuan diserahkan tersebut kepada kelompok tani berupa 50 unit Traktor roda empat, 100 unit Traktor roda dua, 100 unit pompa air, 30 unit Combine Harvester.
Selanjutnya, 3,3 ribu ton benih padi, 2,7 ribu ton benih jagung hibrida, 180 ton benih kacang tanah, 338 benih kedelai, 25 ton benih kacang hijau serta pembagian KUR kepada lima perwakilan Kelompok Tani di Sulsel.
Mantan Gubernur Sulsel ini menyatakan negara Indonesia sangat subur, bersuhu tropis dan matahari selalu bersinar. Tentu dengan negara subur maka bisa meningkatkan pertanian hingga menghidupi seluruh rakyatnya.
Kendati ada kendala, baik itu terjadi bencana, serangan hama dan kesalahan manusia lainnya, kata dia, pihaknya tetap menyakini masih ada pangan yang tersedia, mengingat Indonesia sangat luas dan subur.
"Saya percaya Sulsel akan lebih baik dan apa yang saya buat itu contoh dari petani. Pertanian harus dikelola dengan teknologi yang baik. Dengan program Kontratani (Komando Strategis Pertanian) di Kecamatan dengan menggunakan teknologi, saya akan mudah mengetahui bila ada penyimpangan seperti kekurangan pupuk, termasuk pemetaan lahan melalui satelit," kata dia.
Baca juga: Mentan inginkan program Kontratani menggerakkan pertanian
Baca juga: Di FAO, Mentan tawarkan bantuan untuk negara Afrika-Pasifik
Baca juga: Targetkan ekspor beras 500.000 ton, Mentan libatkan penggilingan
Menurut mantan Camat di Kabupaten Gowa itu, segala bentuk upaya tersebut akan dikontrol dan dikendalikan oleh Kostratani dan Agricultural War Room (AWR), dengan daya dukung teknologi ini berupa akurasi data.
"Kita monitoring setiap permasalahan termasuk distribusi pupuk bersubsidi yang bermasalah aku terima beritanya dari kantor pusat sewaktu memaparkan Kostratani di FAO, Roma. Tidak butuh lama, itu bisa diselesaikan," kata Syahrul.
Mantan Wakil Gubernur Sulsel itu mengemukakan untuk urusan pertanian sebenarnya tidak ada yang gagal, hanya saja salah urus, terkecuali ada bencana maupun serangan hama. Tetapi itu sudah ada jalan keluarnya dengan asuransi bagi petani.
"Kita targetkan ekspor pertanian bisa tiga kali, saya sangat optimis soal ini dan saya sudah menyampaikan ke Presiden. Dengan Kontratani ini saya berharap ada pabrik di tiap kecamatan. Sebaiknya penggilingan yang tua diganti agar menghasilkan produk yang baik. Saat ini gaya bisnis dijalankan bukan mengharap bantuan," tuturnya.*
Pemerintah kini telah bekerja sama dengan perbankan untuk penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga sangat rendah guna meningkatkan kesejahteraan petani termasuk memanfaatkan teknologi untuk mendongkrak peningkatan hasil pertanian.
Ia menyebut dari laporan diterima masih ada 15 kecamatan tersebar di empat kabupaten wilayah Sulsel daerah rawan pangan, sehingga pihaknya melalui Dirjen akan memberikan bantuan senilai Rp200 juta pada daerah tersebut.
Berkaitan dengan permohonan Sekretaris Daerah (Sekda) Pemprov Sulsel, Abdul Hayat Gani pada kesempatan itu menyatakan Sulsel masih membutuhkan anggaran Rp1 triliun dari total KUR senilai Rp50 triliun, kata Syahrul selama perbankan siap, maka itu bisa direalisasikan.
"Sangat kecil itu, di atasnya pun bisa selama perbankan mampu. bupati, gubenur masuk saja (ajukan KUR). Tapi jangan kasih bantuan yang mau dibantu, tapi kasih bantuan bagi orang yang siap dibantu dan tentu siap menerima KUR," ungkapnya.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Sarwo Edhy mengatakan bahwa serapan KUR pertanian nasional sampai dengan tanggal 24 Januari 2020 sudah mencapai Rp600 miliar.
"Total nilai KUR pertanian adalah 50 triliun. Pembiayaan ini diperuntukkan untuk membantu budi daya perkebunan, tanaman pangan, hortikuktura dan peternakan dengan bunga yang rendah yaitu 6 persen," katanya.
Selain skema KUR, Sarwo Edhy juga menghimbau kepada petani yang hadir untuk bisa mengakses asuransi pertanian.
Ada asuransi padi dan asuransi ternak. Pemerintah memberikan subsidi sehingga petani dibantu dalam pembayaran preminya.
"Petani cukup membayar Rp36 ribu dan Rp144 ribu dibayarkan oleh pemerintah. Sehingga jika padi yang ditanam mengalami puso karena kekeringan atau banjir maka akan diganti Rp6 juta per hektar untuk satu kali masa tanam," kata dia.
"Begitupun peternak, diganti Rp10 juta per ekor bila ternaknya mati atau hilang. Peternak membayar Rp40 ribu, sisanya Rp160 ribu dibayarkan pemerintah untuk asuransinya," kata Sarwo.*
Baca juga: Mentan minta penegakan hukum terhadap pelaku konversi lahan pertanian
Baca juga: Bertemu Menpan RB, Mentan bahas penguatan penyuluh sampai kecamatan
Baca juga: Sambangi Mendag, Mentan tegaskan single data jadi rujukan bersama
Pewarta: M Darwin Fatir
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020
Tags: