Wapres: Solusi militer tak sepenuhnya mampu atasi konflik
24 Januari 2020 18:01 WIB
Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin memberikan pemapran saat saat acara Central Democratic International (CDI) Executive Comitte Meeting di Hyat Regency Hotel Yogyakarta, Jumat (24/1/2020). ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/hp.
Yogyakarta (ANTARA) - Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin mengatakan sepanjang sejarah di dunia, solusi militer tidak sepenuhnya mampu mengatasi konflik, sebaliknya justru menimbulkan rasa dendam yang memicu konflik lanjutan.
"Solusi militer dalam banyak kasus justru telah menyisakan rasa dendam yang pada gilirannya memicu konflik-konflik lanjutan," kata Ma'ruf saat menjadi pembicara kunci dalam Forum Eurasia Centrist Democrat International (CDI) di Yogyakarta, Jumat.
Ia mengaku prihatin bahwa di berbagai belahan dunia masih muncul konflik-konflik bersenjata yang tidak saja menelan korban nyawa yang sangat menyengsarakan jutaan umat manusia, khususnya perempuan dan anak-anak, tetapi juga menghancurkan peradaban.
Baca juga: Kominfo: Perpustakaan Nasional adalah jantung peradaban
Baca juga: Mendikbud ajak pemda serius kelola museum sebagai simbol peradaban
Menurut Ma'ruf, akibat terus berlanjutnya konflik, tindakan-tindakan radikal dan kekerasan pada gilirannya juga berpotensi muncul karena hilangnya harapan masa depan di kalangan masyarakat, khususnya kalangan muda.
Padahal, kata Wapres, sepanjang sejarah peradaban manusia, berbagai kesepakatan, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, untuk hidup berdampingan secara damai, saling menolong, dan membantu telah banyak dibuat dan disahkan, baik pada tataran komunitas, nasional, maupun internasional.
Peradaban manusia saat ini, kata dia, menghadapi tantangan yang sangat serius karena pemahaman, sikap, dan tindakan yang tidak menghormati, bahkan mengingkari kesepakatan itu.
"Oleh karena itu, tugas bagi kita semua yang cinta damai, cinta demokrasi, cinta kemajuan bersama, untuk memajukan kembali dialog serta membangun dan menjaga kesepakatan," kata Wapres.
Forum Eurasia CDI yang berlangsung 23—25 Januari 2020 itu mempertemukan para pimpinan parpol dari seluruh dunia itu membahas peluang dan tantangan yang muncul dari bergulirnya pembentukan tata dunia baru yang kemungkinan akan menjadikan Eurasia—perpaduan Eropa dan Asia—menjadi satu "benua super" sebagai titik tumpunya.
Baca juga: Dosen ITS pembicara Peradaban Maritim Cheng Ho di Melaka Malaysia
Dalam pertemuan itu, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) didapuk sebagai tuan rumah sekaligus satu-satunya partai di Indonesia yang tergabung dalam CDI.
Dalam kesempatan itu, Ketua Umum PKB Abdul Muhaimin Islandar mengatakan bahwa mengelola perbedaan dan dialog damai penting untuk mencegah terjadinya konflik kekerasan antarnegara.
"Jika umat manusia tidak menemukan landasan bersama untuk mengelola perbedaannya melalui dialog damai, letusan konflik kekerasan tidak akan terhindarkan, seperti yang telah kita saksikan terjadi di seluruh dunia saat ini," kata pria yang biasa disapa Cak Imin ini.
"Solusi militer dalam banyak kasus justru telah menyisakan rasa dendam yang pada gilirannya memicu konflik-konflik lanjutan," kata Ma'ruf saat menjadi pembicara kunci dalam Forum Eurasia Centrist Democrat International (CDI) di Yogyakarta, Jumat.
Ia mengaku prihatin bahwa di berbagai belahan dunia masih muncul konflik-konflik bersenjata yang tidak saja menelan korban nyawa yang sangat menyengsarakan jutaan umat manusia, khususnya perempuan dan anak-anak, tetapi juga menghancurkan peradaban.
Baca juga: Kominfo: Perpustakaan Nasional adalah jantung peradaban
Baca juga: Mendikbud ajak pemda serius kelola museum sebagai simbol peradaban
Menurut Ma'ruf, akibat terus berlanjutnya konflik, tindakan-tindakan radikal dan kekerasan pada gilirannya juga berpotensi muncul karena hilangnya harapan masa depan di kalangan masyarakat, khususnya kalangan muda.
Padahal, kata Wapres, sepanjang sejarah peradaban manusia, berbagai kesepakatan, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, untuk hidup berdampingan secara damai, saling menolong, dan membantu telah banyak dibuat dan disahkan, baik pada tataran komunitas, nasional, maupun internasional.
Peradaban manusia saat ini, kata dia, menghadapi tantangan yang sangat serius karena pemahaman, sikap, dan tindakan yang tidak menghormati, bahkan mengingkari kesepakatan itu.
"Oleh karena itu, tugas bagi kita semua yang cinta damai, cinta demokrasi, cinta kemajuan bersama, untuk memajukan kembali dialog serta membangun dan menjaga kesepakatan," kata Wapres.
Forum Eurasia CDI yang berlangsung 23—25 Januari 2020 itu mempertemukan para pimpinan parpol dari seluruh dunia itu membahas peluang dan tantangan yang muncul dari bergulirnya pembentukan tata dunia baru yang kemungkinan akan menjadikan Eurasia—perpaduan Eropa dan Asia—menjadi satu "benua super" sebagai titik tumpunya.
Baca juga: Dosen ITS pembicara Peradaban Maritim Cheng Ho di Melaka Malaysia
Dalam pertemuan itu, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) didapuk sebagai tuan rumah sekaligus satu-satunya partai di Indonesia yang tergabung dalam CDI.
Dalam kesempatan itu, Ketua Umum PKB Abdul Muhaimin Islandar mengatakan bahwa mengelola perbedaan dan dialog damai penting untuk mencegah terjadinya konflik kekerasan antarnegara.
"Jika umat manusia tidak menemukan landasan bersama untuk mengelola perbedaannya melalui dialog damai, letusan konflik kekerasan tidak akan terhindarkan, seperti yang telah kita saksikan terjadi di seluruh dunia saat ini," kata pria yang biasa disapa Cak Imin ini.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2020
Tags: