Yogyakarta (ANTARA) - Menteri Sosial Republik Indonesia Juliari P Batubara ketika diminta tanggapannya mengenai fenomena munculnya 'kerajaan' yang gegerkan warga di berbagai daerah menyatakan tidak ada jalan singkat untuk menjadi orang kaya.

"Ya susah juga kalau didalam benak kita selalu mau cari jalan singkat untuk menjadi kaya, itu dulu harus diluruskan, karena tidak ada jalan singkat untuk menjadi orang kaya," kata Mensos di Yogyakarta, Kamis.

Hal itu disampaikan Mensos menanggapi pertanyaan wartawan tentang munculnya beberapa 'kerajaan' dan agar masyarakat tidak tergiur menjadi pengikut, usai berkunjung ke Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial (BBPPPKS) Kemensos RI di Yogyakarta.

Mensos kemudian menyebut ada salah satu cara jalan pintas untuk menjadi kaya, yaitu dengan berjudi, meski demikian tindakan yang dilarang di Indonesia tersebut juga bisa mengakibatkan orang terpuruk mendadak.

"Itu (jalan pintas) adanya cuma di kasino, tau ya kasino? tapi bisa jadi kaya mendadak, bisa juga jadi bangkrut mendadak, jadi tidak ada yang namanya orang mau kaya (ambil) jalan singkat itu tidak ada," katanya.

Mensos juga mengatakan, untuk menjadi orang kaya juga bisa dilakukan dengan menjadi mantu orang super kaya, yang kemudian mendapatkan warisan harta ketika orang tua pasangan tersebut meninggal dunia.

"Kecuali misalnya jadi mantu orang super kaya, meninggal dapat warisan itu mungkin bisa. Tapi ada prosesnya juga. Jadi itu dulu, saya tidak omong terlalu canggih, maka harus dibenamkan di otak kita, tidak ada jalan pintas untuk menjadi orang kaya," katanya.

Ketika ditanya mengenai apakah ada pendampingan dari Kemensos terhadap korban-korban atau pengikut 'kerajaan', Mensos mengatakan akan diupayakan bilamana ada permintaan dari korban atau pihak terkait.

"Ya kalau mereka (korban) minta kita dampingi. Sampai sekarang belum ada permintaan (untuk pendampingan)," kata Mensos.
Baca juga: Azyumardi: orang percaya kerajaan baru karena tidak kritis
Baca juga: Disinformasi, Raja Agung Sejagad: Yang Plonga Plongo Bisa Jadi Pemimpin
Baca juga: Pakar UGM: Fenomena kerajaan fiktif masih berpeluang muncul kembali