Jakarta (ANTARA) - Perundingan kerja sama dagang komprehensif Indonesia dan Uni Eropa (IEU-CEPA) dijadwalkan berlangsung selama empat kali pada 2020, meskipun umumnya, negosiasi perjanjian dagang diadakan dua sampai tiga kali dalam setahun.

"Sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo, targetnya kami ingin perundingan rampung tahun ini. Untuk itu, kami berencana tahun ini bertemu empat kali agar cepat tuntas," kata Direktur Perundingan Bilateral Kementerian Perdagangan RI Ni Made Ayu Marthini saat ditemui di Jakarta, Kamis.

Ia menyebut perundingan ke-10 sampai ke-13 perjanjian dagang IEU-CEPA dijadwalkan berlangsung pada Maret, Juni, September, dan Desember.

"Walaupun demikian, kami tidak menutup kemungkinan ada pertemuan kecil di sela-sela pertemuan besar itu," terang Ayu Marthini saat ditemui usai menghadiri acara temu bisnis Meet Bangladesh. Ia menambahkan agenda yang dibahas dalam empat perundingan itu, salah satunya mengenai pengurangan dan pembebasan tarif untuk produk asal Indonesia dan Uni Eropa.

Ia menjelaskan Pemerintah Indonesia dan Otoritas Uni Eropa telah mengadakan sembilan perundingan untuk membahas 21 poin kerja sama yang di antaranya mencakup perdagangan barang, jasa, investasi, serta aturan dan regulasi terkait.

Meskipun ada 21 poin kerja sama yang perlu dirundingkan oleh dua pihak, Marthini optimistis Indonesia dan Uni Eropa dapat mencapai kesepakatan pada akhir tahun ini.

"Strateginya, menurut saya, pihak Indonesia dan Uni Eropa mengerjakan pekerjaan rumahnya masing-masing," sebut Marthini.

Berdasarkan data yang dihimpun Kemendag RI, nilai ekspor dan impor Indonesia ke Uni Eropa pada 2018 masing-masing sebesar US$17,1 miliar dan US$14,2 miliar.

Sementara itu, nilai total dagang Indonesia dengan Uni Eropa sebesar US$31,2 miliar.

Baca juga: Dubes Uni Eropa: Persoalan nikel tidak pengaruhi perundingan IEU-CEPA
Baca juga: DPR minta pemerintah masukkan sawit dalam Perjanjian IEU-CEPA