Bandarlampung (ANTARA) - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Selatan mengatakan seekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang ditranslokasi dari Kabupaten Muara Enim, Sumsel ke Lampung diduga selama ini berkonflik dengan warga sekitar hutan, masih perlu dilakukan observasi secara individual.

Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Lahat, BBKSDA Sumsel Martialis Puspito di Bandarlampung, Kamis, mengatakan harimau sumatera itu berjenis kelamin jantan. "Harimau ini sudah dewasa atau belum dapat dilihat dari gigi dan besar tubuhnya," katanya.

Dia menjelaskan hasil pemeriksaan tim teknis akan menentukan seberapa lama harimau liar itu menjalani observasi oleh dokter hewan dan tim di Tambling Wildlife Conservation Center (TWNC).

Setelah itu, baru akan diketahui apakah hewan tersebut yang memangsa korban di Muara Enim atau bukan.
"Hasil observasi dan pengecekan nanti yang akan menentukan. Apakah hewan ini yang memangsa enam korban ini atau tidak. Semua akan di lakukan pengecekan secara detail," katanya

Martialis menjelaskan penangkapan satwa liar yang dikenal buas dan termasuk hewan langka di dunia itu, dilakukan di Desa Pelakat, Kecamatan Semendo Darat Ulu, Kabupaten Muara Enim. Penangkapan atas dasar laporan masyarakat, mengingat sejumlah warga menjadi korban diduga dimangsa harimau di wilayah tersebut.

"Kami memantau dari 15 November 2019. Kita pantau di tiga kabupaten, satu kota. Kita pelajari, kita pastikan, secara individu, kan memang belum tertangkap di 'camera trap'. Tapi secara karakter pergerakannya, ada kemiripan. Sudah kita pantau sejak kejadian di Tugu Rimau yang kena cakar. Habis itu tanggal 17 November, ada juga yang meninggal. Kita ikuti terus sampai Muara Enim," ujarnya.

Baca juga: Harimau yang masuk perangkap di Muara Enim dievakuasi ke Lampung
Berdasarkan konsentrasi pergerakannya, katanya, satwa itu terlihat di sekitar tempat itu terus, selama dua-tiga hari mendekati permukiman, karakternya mirip, dan langsung dilakukan pemasangan perangkap.

Namun, kata dia, secara individu belum bisa dipastikan, karena masih dalam tahap pengawasan oleh tim di lapangan.

Mengenai liar atau tidaknya, menurut dia, harimau sumatera itu harus tetap dilindungi, karena jumlah populasinya sedikit, dan bila hal tersebut dibiarkan akan diburu manusia sehingga terancam punah.

"Hewan tersebut tetap dilindungi, tetapi untuk memonitor itu kan perlu konsentrasi dan dukungan mitra ya. Itu yang sedang kita upayakan ke depan. Jadi orang mulai peduli dengan harimau sumatera, khususnya di Sumatera Selatan," ujarnya.

Dia menjelaskan peran pemerintah daerah dalam penanganan satwa liar harus terus dibangun secara mantap, karena hal itu bukan hanya tanggung jawab BKSDA.

Mengenai ada wilayah jelajah harimau itu yang sudah menjadi permukiman warga, katanya, akan dilakukan pengecekan ke lapangan, karena hal tersebut terkait dengan degradasi kawasannya.

"Kalau dari harimaunya, spesies sendiri, tentunya ada dukungan mitra. Kalau dari kawasannya, nanti sebenarnya ke arah yang tidak ada permukiman warganya," katanya.

Baca juga: BBKSDA Sumut evakuasi harimau Sumatera ke Sumbar
Martialis mengatakan pula bahwa pengelolaan wilayah itu merupakan kewenangan Dinas Kehutanan.

"Ya. Kami tentunya memberikan informasi, masukan, terkait kondisi di situ. Kalau mengenai pengelolaannya di KPH. Harimau sumatera untuk saat ini diobservasi dulu. Jadi kita bisa temukan benang merahnya apa. Kami fokus evakuasi dulu, agar supaya ini aman. Kita menghindari yang tidak diinginkan, karena warga sudah banyak yang khawatir, kita segera evakuasi," katanya.

Perangkap
Seekor harimau sumatera yang diduga meneror masyarakat sejak akhir tahun lalu, akhirnya terjebak perangkap yang dipasang BKSDA Sumsel, Selasa (21/1). Harimau yang ditengarai sudah membunuh lima warga di Muara Enim dan Lahat itu, masuk perangkap dengan umpan kambing di Semendo Darat Ulu, Muara Enim.

Ia mengatakan tertangkapnya harimau tersebut diketahui saat tim mengecek "box trap" di lokasi tersebut.
"Tim kita sudah melihatnya, ada satu ekor harimau yang tertangkap," kata dia.

Harimau itu kemudian dibawa ke Lampung menggunakan jalan darat, lantas diangkut dengan penerbangan ke kawasan TWNC di Pesisir Barat. TWNC atau Kawasan Pelestarian Alam Satwa Liar Tambling adalah hutan tempat pengembangbiakan alami margasatwa yang hidup liar dan di laut seluas 45.000 hektare bertempat di ujung selatan Pulau Sumatera. Nama "Tambling" perpaduan antara Teluk Tampang dan Tanjung Belimbing. Lokasinya di antara dua wilayah tersebut di Kabupaten Pesisir Barat, Lampung.

Baca juga: Harimau yang terjebak di pasar Riau berhasil evakuasi
Baca juga: BBKSDA siapkan tembakan bius kedua untuk evakuasi harimau