Pakar: Wilayah pesisir nusantara sangat berpotensi tenggelam
22 Januari 2020 22:07 WIB
Pakar Geodesi dan Geomatika ITB Heri Andreas saat menjadi pemateri Nusantara tenggelam yang diadakan oleh Forum Kalen bersama dengan STIBI Syeh Jangkung Pati di Rumah Makan Pukwe Kudus, Rabu (22/1). (ANTARA/Akhmad Nazaruddin Lathif)
Kudus (ANTARA) - Pakar Geodesi dan Geomatika ITB Heri Andreas menyebutkan bahwa wilayah pesisir di Indonesia berpotensi tenggelam yang lebih disebabkan karena faktor antropogenik atau peran manusia.
"Sejumlah faktor yang menjadi penyebab tenggelamnya wilayah pesisir nusantara, yakni banyaknya pembakaran fosil, karbondioksida berlebih dan efek rumah kaca," ujarnya saat menjadi pemateri Nusantara tenggelam yang diadakan oleh Forum Kalen bersama dengan STIBI Syeh Jangkung Pati di Rumah Makan Pukwe Kudus, Rabu.
Ia mencontohkan Jakarta saat ini merupakan Ibu Kota Negara di dunia yang paling berpotensi untuk tenggelam wilayah pesisirnya.
Baca juga: Bahayanya pembangunan properti pesisir terhadap resapan air
Kemudian, dia juga menyebut Kota Pekalongan merupakan kota di dunia yang paling berpotensi cepat hilang tenggelam ke dalam laut.
Ia mengungkapkan suhu saat ini meningkat hingga dua derajat dan dampaknya tentu sangat luar biasa.
Ketika suhu di dunia ini selalu meningkat, katanya, akan berdampak pada cairnya es di kutub utara, sehingga ketika es mencair akan menambah volume air di laut.
"Maka di dunia terjadi kenaikan muka air laut. Di Indonesia ini cukup tinggi, sekitar 1 centimeter mengalami kenaikan air laut," ujarnya.
Ketika terjadi kenaikan air laut, maka akhirnya skenario es mencair di wilayah pesisir akan berpotensi tergenang, bahkan bisa tenggelam.
Dampak tersebut, kata dia, bisa dilihat saat ini, seperti di Jakarta, Semarang, Pekalongan, Demak, dan wilayah lain.
Bahkan ada sebanyak 32 kota mengalami penurunan tanah atau ambles dengan laju 1-20 cm per tahunnya.
"Dampaknya banyak peristiwa rob ditemui di mana-mana," jelasnya.
Meskipun ada upaya pembuatan tanggul, tetapi rob tetap terjadi karena permukaan air mengalami kenaikan, sedangkan permukaan tanah mengalami penurunan akibat air tanah yang sering digunakan oleh manusia.
Untuk mencegah terjadinya nusantara tenggelam, kata dia, tidak hanya tergantung kepada pemerintah saja, melainkan harus dari diri sendiri dan seluruh elemen masyarakat untuk menjaga, merawat dan melestarikan alam ini.
"Mari bersama-sama untuk menyelamatkan wilayah Nusantara ini dari ancaman tenggelam," tandasnya.
Karena konsekuensi secara ekonomi dari dampak bencana bagi bumi Nusantara ini, kata dia, dapat mencapai 1.000 triliun rupiah.
Ia mengingatkan bahwa siapa yang paling berperan menyebabkan, maka seyogyanya paling berperan dalam upaya pengurangan dampak bencana dengan cara partisipatif.
"Sejumlah faktor yang menjadi penyebab tenggelamnya wilayah pesisir nusantara, yakni banyaknya pembakaran fosil, karbondioksida berlebih dan efek rumah kaca," ujarnya saat menjadi pemateri Nusantara tenggelam yang diadakan oleh Forum Kalen bersama dengan STIBI Syeh Jangkung Pati di Rumah Makan Pukwe Kudus, Rabu.
Ia mencontohkan Jakarta saat ini merupakan Ibu Kota Negara di dunia yang paling berpotensi untuk tenggelam wilayah pesisirnya.
Baca juga: Bahayanya pembangunan properti pesisir terhadap resapan air
Kemudian, dia juga menyebut Kota Pekalongan merupakan kota di dunia yang paling berpotensi cepat hilang tenggelam ke dalam laut.
Ia mengungkapkan suhu saat ini meningkat hingga dua derajat dan dampaknya tentu sangat luar biasa.
Ketika suhu di dunia ini selalu meningkat, katanya, akan berdampak pada cairnya es di kutub utara, sehingga ketika es mencair akan menambah volume air di laut.
"Maka di dunia terjadi kenaikan muka air laut. Di Indonesia ini cukup tinggi, sekitar 1 centimeter mengalami kenaikan air laut," ujarnya.
Ketika terjadi kenaikan air laut, maka akhirnya skenario es mencair di wilayah pesisir akan berpotensi tergenang, bahkan bisa tenggelam.
Dampak tersebut, kata dia, bisa dilihat saat ini, seperti di Jakarta, Semarang, Pekalongan, Demak, dan wilayah lain.
Bahkan ada sebanyak 32 kota mengalami penurunan tanah atau ambles dengan laju 1-20 cm per tahunnya.
"Dampaknya banyak peristiwa rob ditemui di mana-mana," jelasnya.
Meskipun ada upaya pembuatan tanggul, tetapi rob tetap terjadi karena permukaan air mengalami kenaikan, sedangkan permukaan tanah mengalami penurunan akibat air tanah yang sering digunakan oleh manusia.
Untuk mencegah terjadinya nusantara tenggelam, kata dia, tidak hanya tergantung kepada pemerintah saja, melainkan harus dari diri sendiri dan seluruh elemen masyarakat untuk menjaga, merawat dan melestarikan alam ini.
"Mari bersama-sama untuk menyelamatkan wilayah Nusantara ini dari ancaman tenggelam," tandasnya.
Karena konsekuensi secara ekonomi dari dampak bencana bagi bumi Nusantara ini, kata dia, dapat mencapai 1.000 triliun rupiah.
Ia mengingatkan bahwa siapa yang paling berperan menyebabkan, maka seyogyanya paling berperan dalam upaya pengurangan dampak bencana dengan cara partisipatif.
Pewarta: Akhmad Nazaruddin
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020
Tags: