Jakarta (ANTARA) - Perusahaan financial technology (fintech) DanaRupiah mengklaim layanannya terus meningkat di dorong tingginya permintaan karena masih banyaknya masyarakat yang "unbankable" atau belum tersentuh layanan perbankan.

Presiden Direktur DanaRupiah, Entjik S. Djafar, dalam keterangannya di Jakarta, Rabu, sejak awal terdaftar hingga akhir 2019, DanaRupiah yang merupakan fintech peer to peer lending (P2) leding ini, telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp5,3 triliun dan pinjaman outstanding sebesar Rp489 miliar.

Baca juga: Kominfo blokir 4 ribu lebih tekfin ilegal

Adapun total peminjam yang disetujui mencapai 4 juta orang. Lebih dari 307 transaksi yang mengajukan pinjaman setiap jamnya atau setara dengan 5 transaksi setiap menit, sementara tingkat Keberhasilan Pengembalian dalam 90 hari (TKB90) mencapai 100 persen.

DanaRupiah memaksimalkan tiga layanan sebagai bentuk komitmennya untuk untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia, yakni pinjaman tunai, pinjaman produktif, serta pinjaman untuk pelatihan dan pendidikan.

"Seiring tingginya kebutuhan masyarakat akan akses keuangan yang belum terjangkau institusi keuangan formal, menjadi peluang besar bagi pelaku Fintech P2P Lending untuk terus meningkatkan layanannya. Dari ketiga layanan itu, DanaRupiah menargetkan pinjaman kepada sektor produktif termasuk pendidikan mencapai 25 persen dari total pinjaman perusahaan," ujarnya.

Merespon pertumbuhan tersebut, DanaRupiah memindahkan kantornya ke lokasi yang strategis ke DBS Tower di kawasan Kuningan, Jakarta, untuk menunjang kinerja perusahaan demi memberikan layanan terbaiknya bagi masyarakat Indonesia.

“DanaRupiah terus menorehkan prestasi. Dengan kantor baru ini diharapkan semakin percaya diri dalam menghadapi tantangan dan akan memaksimalkan segala peluang pada tahun 2020 ini untuk menjadi salah satu perusahaan fintech P2P lending terpercaya di Indonesia,” kata Entjik.

Dengan memindahkan kantor usaha ke kawasan strategis, diharapkan mendorong keberlangsungan pertumbuhan kinerja perusahaan sehingga memberikan kontribusi positif bagi peminjam (borrower) maupun pemberi pinjaman (lender).

Sementara itu, Head of Business Development DanaRupiah Christine Tandeans mengatakan untuk mendorong pembiayaan produktif, DanaRupiah merambah pembiayaan ke luar Pulau Jawa.

Hingga akhir 2019, penyaluran pinjaman di luar Jawa menembus angka Rp 96 miliar, salah satunya melalui bekerja sama dengan PT Karya Bangun Informasi untuk pembiayaan petani jagung (Productive Loan) di Sulawesi Utara.

DanaRupiah terus melakukan edukasi dan sosialiasi mengenai manfaat Fintech P2P Lending dengan bekerja sama dengan sejumlah pihak salah satunya dengan Lembaga Pendidikan HACKTIV8. Tujuannya demi memudahkan akses pendidikan kepada masyarakat dengan biaya rendah per bulannya.

Sebagai perusahaan Fintech P2P Lending, DanaRupiah dalam praktek bisnisnya bekerjasama dengan sejumlah institusi agar comply terhadap regulasi, seperti dengan Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (PERURI) untuk E-KYC dan tandatangan digital, dan dengan PT Kredit Biro Indonesia Jaya untuk credit scoring, serta sejumlah perbankan seperti BPD Bali dan BPR untuk penyebaran jangkauan penyaluran pinjaman.

Baca juga: Infrastruktur digital fintech syariah akan ditingkatkan, ini tujuannya
Baca juga: Prediksi ancaman kejahatan siber finansial tahun 2020