AS kecam ancaman Iran keluar dari perjanjian nuklir global
22 Januari 2020 10:24 WIB
Suasana pembangunan kembali reaktor nuklir air berat di Kota Arak, Iran, Senin (23/12/2019). Iran meluncurkan pembangunan kembali sebagian reaktor air berat Arak pada hari Senin, sebuah langkah yang tidak melanggar batasan internasional namun menunjukkan mereka mengembangkan sektor ini meski dalam tekanan Amerika Serikat. ANTARA FOTO/West Asian News Agency via REUTERS/wsj.
Jenewa (ANTARA) - Utusan Amerika Serikat mengatakan bahwa Iran sedang mengirim "pesan yang sangat, sangat negatif" jika pihaknya keluar dari perjanjian nuklir global 2017 setelah negara-negara Eropa menudingnya melanggar perjanjian nuklir Iran 2015 dengan negara besar dunia, Selasa.
Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif mengatakan pada Senin bahwa Teheran bakal mundur dari Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) jika pihak Eropa meneruskan apa yang disebutnya "sikap ngawur mereka" atau merujuk Iran ke Dewan Keamanan PBB atas dugaan pelanggaran perjanjian nuklir 2015.
Duta besar perlucutan senjata AS, Robert Wood, yang mencatat pembicaraan tentang NPT pada April di New York, mengatakan kepada wartawan di Jenewa: "Kami akan menyambut konferensi peninjauan NPT di mana Iran mengancam akan mundur."
"Saya rasa Iran perlu menghentikan fitnahan mereka dan duduk bersama dengan Amerika Serikat dan merundingkan satu kesepakatan yang tidak hanya berkaitan dengan isu nuklir tetapi juga dengan isu lainnya yang menjadi urusan kami seperti proliferasi dan pengembangan rudal balistik serta aksi memfitnah di seluruh dunia," katanya.
Ketegangan terus meningkat sejak Presiden AS Donald Trump menarik Washington dari perjanjian nuklir Teheran dengan negara besar dunia pada 2018 dan kembali memberlakukan sanksi AS. Konflik kemudian meletus menjadi serangan militer dalam sebulan terakhir.
Duta Besar Iran untuk PBB di Jenewa, Esmaeil Baghaei Hamaneh, angkat bicara dan mengklaim program nuklir Iran selalu damai.
"Pihaknya terus berada di bawah pengawasan yang belum pernah terjadi sebelumnya dari IAEA selama setahun belakangan," katanya, mengacu pada Badan Tenaga Atom Internasional PBB, yang mengerahkan sejumlah pengawas di fasilitas nuklir Iran.
Perjanjian nuklir 2015, yang dikenal JCPOA, "dirancang sebagai langkah membangun kepercayaan untuk meredam segala kekhawatiran, nyata atau rekayasa, atas karakteristik program kami," katanya.
Amerika Serikat beserta sekutu Baratnya telah lama menuding Iran mengupayakan senjata nuklir. Teheran bersikeras pihaknya tidak pernah mencari senjata nuklir dan tidak akan pernah, dengan dalih kegiatan nuklir mereka untuk penelitian dan untuk menguasai proses produksi listrik.
Sumber: Reuters
Baca juga: Iran kaji ulang kerja sama dengan badan pengawas nuklir dunia
Baca juga: Presiden Iran tolak gagasan 'kesepakatan Trump' soal nuklir
Baca juga: Inggris, Prancis, Jerman desak Iran kembali ke perjanjian nuklir 2015
Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif mengatakan pada Senin bahwa Teheran bakal mundur dari Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) jika pihak Eropa meneruskan apa yang disebutnya "sikap ngawur mereka" atau merujuk Iran ke Dewan Keamanan PBB atas dugaan pelanggaran perjanjian nuklir 2015.
Duta besar perlucutan senjata AS, Robert Wood, yang mencatat pembicaraan tentang NPT pada April di New York, mengatakan kepada wartawan di Jenewa: "Kami akan menyambut konferensi peninjauan NPT di mana Iran mengancam akan mundur."
"Saya rasa Iran perlu menghentikan fitnahan mereka dan duduk bersama dengan Amerika Serikat dan merundingkan satu kesepakatan yang tidak hanya berkaitan dengan isu nuklir tetapi juga dengan isu lainnya yang menjadi urusan kami seperti proliferasi dan pengembangan rudal balistik serta aksi memfitnah di seluruh dunia," katanya.
Ketegangan terus meningkat sejak Presiden AS Donald Trump menarik Washington dari perjanjian nuklir Teheran dengan negara besar dunia pada 2018 dan kembali memberlakukan sanksi AS. Konflik kemudian meletus menjadi serangan militer dalam sebulan terakhir.
Duta Besar Iran untuk PBB di Jenewa, Esmaeil Baghaei Hamaneh, angkat bicara dan mengklaim program nuklir Iran selalu damai.
"Pihaknya terus berada di bawah pengawasan yang belum pernah terjadi sebelumnya dari IAEA selama setahun belakangan," katanya, mengacu pada Badan Tenaga Atom Internasional PBB, yang mengerahkan sejumlah pengawas di fasilitas nuklir Iran.
Perjanjian nuklir 2015, yang dikenal JCPOA, "dirancang sebagai langkah membangun kepercayaan untuk meredam segala kekhawatiran, nyata atau rekayasa, atas karakteristik program kami," katanya.
Amerika Serikat beserta sekutu Baratnya telah lama menuding Iran mengupayakan senjata nuklir. Teheran bersikeras pihaknya tidak pernah mencari senjata nuklir dan tidak akan pernah, dengan dalih kegiatan nuklir mereka untuk penelitian dan untuk menguasai proses produksi listrik.
Sumber: Reuters
Baca juga: Iran kaji ulang kerja sama dengan badan pengawas nuklir dunia
Baca juga: Presiden Iran tolak gagasan 'kesepakatan Trump' soal nuklir
Baca juga: Inggris, Prancis, Jerman desak Iran kembali ke perjanjian nuklir 2015
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020
Tags: