Tokyo (ANTARA) - Bank sentral Jepang, Bank of Japan (BOJ), pada Selasa memilih untuk mempertahankan suku bunga ultra-rendah dan meningkatkan perkiraan ekonominya meskipun latar belakang inflasi sebagian besar stagnan, jauh di bawah target bank sebesar dua persen.

Bank sentral memilih untuk mempertahankan suku bunga jangka pendeknya yang tidak berubah pada minus 0,1 persen dan memandu imbal hasil jangka panjang mendekati nol persen.

BOJ, pada akhir pertemuan pengaturan kebijakan dua hari, juga memilih untuk melanjutkan program pembelian aset besar-besaran.

Baca juga: Jelang pertemuan BOJ, saham Tokyo dibuka sedikit lebih rendah

Laporan prospek terbaru bank melihat BOJ menaikkan perkiraan pertumbuhan untuk tahun fiskal 2019 hingga Maret dari 0,6 persen yang diproyeksikan pada Oktober, setelah paket stimulus pemerintah untuk menangani dampak negatif dari kenaikan pajak konsumsi 1 Oktober, menjadi 0,8 persen.

Bank sentral juga merevisi perkiraan kenaikan produk domestik bruto (PDB) riil untuk tahun fiskal 2020 dan 2021 dari masing-masing 0,7 persen dan 1,0 persen, menjadi 0,9 persen dan 1,1 persen, laporan menunjukkan.

Selain itu, untuk masing-masing tiga tahun hingga tahun fiskal 2021, BOJ menurunkan perkiraan inflasi sebesar 0,1 poin.

Bank mengatakan sekarang memperkirakan harga konsumen inti akan meningkat 0,6 persen pada tahun fiskal 2019, 1,0 persen pada tahun fiskal 2020 dan 1,4 persen pada tahun fiskal 2021, dengan angka masih jauh di bawah sasaran stabilitas harga BOJ sebesar dua persen.

Adapun pemungutan suara dewan BOJ pada Selasa, hari penutupan pertemuan pengaturan kebijakan dua hari, Dewan Kebijakan memilih 7-2 untuk menjaga kebijakan moneternya tidak berubah.

Baca juga: Saham Tokyo berakhir menguat ditopang Wall Street dan kebijakan BOJ