"Pengasapan ini dimaksudkan agar penyakit DBD bisa ditekan penyebarannya. Tingginya angka DBD berkaitan dengan kurangnya kepedulian warga terhadap pola hidup bersih sehingga memicu nyamuk Aedes aegypti i berkembang pesat," kata Kepala Dinas Kesehatan Waykanan, Anang Risgianto, di Blambangan Umpu, Selasa.
Menurutnya, pengasapan yang dilakukan di rumah-rumah warga tersebut sebagai upaya pencegahan penyebaran DBD karena fogging tidak dapat memutus rantai nyamuk penyebar penyakit tersebut.
Baca juga: Kasus DBD di Waykanan capai 59 orang sampai awal November 2019
Menurutnya, tindakan yang paling efektif untuk mencegah penyebaran DBD adalah dengan menerapkan pola hidup sehat karena pengasapan ini hanya untuk pencegahan sementara.
"Ingat, fogging ini bukan solusi utama pemberantasan DBD. Ini hanya upaya sementara, membunuh induk, bukan jentik. Jadi, warga harus tahu hal ini," kata Anang
Menurutnya, upaya paling ampuh untuk memberantas penyebaran DBD di tengah masyarakat adalah dengan melakukan PSN ( pemberantasan sarang nyamuk) dengan 3M plus (menguras, menutup dan mengubur) setiap minggu.
"Jadi, warga diminta membersihkan rumah, membersihkan pekarangan, menguras bak mandi, membuang sampah yang menjadi sarang nyamuk. Kegiatan PSN harus setiap minggu dilakukan," imbuhnya.
Anang menjelaskan, telah melakukan berbagai langkah pencegahan penyebaran penyakit demam berdarah (DBD) sejak dini kepada masyarakat. Selain melakukan fogging, pihaknya juga menggelar penyuluhan dan membentuk kelompok kerja penanggulangan penyakit DBD di tengah masyarakat.
"Kami sudah membentuk tim, Kami juga memberdayakan peran Jumantik yang sudah dibentuk. Pencegahan lain dengan cara berkoordinasi dengan pemerintah kecamatan agar membersihkan wilayahnya masing-masing," katanya.
Baca juga: DBD mulai merebak, Pairin instruksikan rumah sakit cepat tangani penderita DBD