Kota Malang kekurangan saluran penangkap air, sebut pakar lingkungan
20 Januari 2020 21:12 WIB
Wakil Wali Kota Malang, Jatim Sofyan Edi Jarwoko (tengah) dan tua Tim Pertimbangan Percepatan Pembangunan Daerah Kota Malang Prof Dr Muhammad Bisri (baju putih) pada acara pembahasan Peta Zona Drainase dan Sumur Injeksi di Bali Kota Malang, Senin (20/1/2020). (FOTO ANTARA/HO-Humas Pemkot Malang)
Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Pakar lingkungan Universitas Brawijaya (UB) Malang Prof Dr Muhammad Bisri mengemukakan terjadinya banjir di wilayah Kota Malang disebabkan kota itu kekurangan banyak saluran penangkap air dan pintu masuknya air ke dalam saluran.
"Kelemahan kita saat ini adalah kurangnya saluran penangkap air maupun pintu masuknya air ke dalam saluran dan kalaupun ada kondisinya sudah tidak memadai, bahkan banyak yang tertutup sampah," kata Muhammad Bisri dalam paparannya pada pembahasan peta zona drainase dan sumur injeksi di Balai Kota Malang, Jawa Timur, Senin.
Jika jumlah saluran penangkap air maupun pintu masuknya air ke dalam saluran cukup banyak dan berfungsi maksimal serta lancar, Ketua Tim Pertimbangan Percepatan Pembangunan Daerah Kota Malang itu meyakini kota pendidikan itu tidak akan banjir.
Pada kesempatan itu, mantan Rektor UB tersebut juga menjelaskan mengenai ilmu dasar banjir dan genangan. Menurutnya, secara konsep saluran drainase dengan saluran irigasi tidak bisa digabung.
Sebab, kata Muhammad Bisri, saluran irigasi merupakan saluran pembawa air dari besar menjadi kecil, sedangkan saluran drainase idealnya merupakan saluran pengumpul air dari kecil menjadi besar. Akan tetapi, kenyataannya di lapangan tidak demikian.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Malang Sofyan Edi Jarwoko mengemukakan Program Gerakan Angkat Sampah dan Sedimen (GASS) di Kota Malang perlu ditindaklanjuti secara teknis agar lebih membumi.
Ke depan, setiap kelurahan di Kota Malang akan memiliki peta zona drainase dan sumur injeksi. Sumur injeksi yang dibutuhkan Kota Malang untuk meminimalisasi luberan air mencapai ribuan.
"Kita harus betul-betul serius menangani masalah banjir ini, diawali dari yang terkecil, yaitu dari tingkat kelurahan bergerak ke tingkat kecamatan," katanya.
Namun demikian, pihaknya tidak bisa bekerja sendiri.
"Kolaborasi pentahelix ini adalah satu bentuk riil pemerintah bersama masyarakat (komunitas), pelaku usaha, akademisi, dan media. Jika gerakan ini betul-betul masif, direncanakan dengan baik, dan dilaksanakan dengan baik, Program GASS Insya Allah akan berhasil," demikian Sofyan Edi Jarwoko.
Baca juga: Malang Raya alami penurunan muka tanah tiga meter
Baca juga: Kebersihan air sungai Kota Malang berkategori merah
Baca juga: Pemkot Malang fokus bangun terowongan air atasi banjir
"Kelemahan kita saat ini adalah kurangnya saluran penangkap air maupun pintu masuknya air ke dalam saluran dan kalaupun ada kondisinya sudah tidak memadai, bahkan banyak yang tertutup sampah," kata Muhammad Bisri dalam paparannya pada pembahasan peta zona drainase dan sumur injeksi di Balai Kota Malang, Jawa Timur, Senin.
Jika jumlah saluran penangkap air maupun pintu masuknya air ke dalam saluran cukup banyak dan berfungsi maksimal serta lancar, Ketua Tim Pertimbangan Percepatan Pembangunan Daerah Kota Malang itu meyakini kota pendidikan itu tidak akan banjir.
Pada kesempatan itu, mantan Rektor UB tersebut juga menjelaskan mengenai ilmu dasar banjir dan genangan. Menurutnya, secara konsep saluran drainase dengan saluran irigasi tidak bisa digabung.
Sebab, kata Muhammad Bisri, saluran irigasi merupakan saluran pembawa air dari besar menjadi kecil, sedangkan saluran drainase idealnya merupakan saluran pengumpul air dari kecil menjadi besar. Akan tetapi, kenyataannya di lapangan tidak demikian.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Malang Sofyan Edi Jarwoko mengemukakan Program Gerakan Angkat Sampah dan Sedimen (GASS) di Kota Malang perlu ditindaklanjuti secara teknis agar lebih membumi.
Ke depan, setiap kelurahan di Kota Malang akan memiliki peta zona drainase dan sumur injeksi. Sumur injeksi yang dibutuhkan Kota Malang untuk meminimalisasi luberan air mencapai ribuan.
"Kita harus betul-betul serius menangani masalah banjir ini, diawali dari yang terkecil, yaitu dari tingkat kelurahan bergerak ke tingkat kecamatan," katanya.
Namun demikian, pihaknya tidak bisa bekerja sendiri.
"Kolaborasi pentahelix ini adalah satu bentuk riil pemerintah bersama masyarakat (komunitas), pelaku usaha, akademisi, dan media. Jika gerakan ini betul-betul masif, direncanakan dengan baik, dan dilaksanakan dengan baik, Program GASS Insya Allah akan berhasil," demikian Sofyan Edi Jarwoko.
Baca juga: Malang Raya alami penurunan muka tanah tiga meter
Baca juga: Kebersihan air sungai Kota Malang berkategori merah
Baca juga: Pemkot Malang fokus bangun terowongan air atasi banjir
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020
Tags: