Reaksi penaburan garam hingga turun hujan butuh 2 jam, sebut BBTMC
20 Januari 2020 21:06 WIB
Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) BPPT Tri Handoko Seto saat menunjukkan pesawat CASA 212-200 dengan nomor regsitrasi A-2101, yang dipergunakan untuk memodifikasi cuaca wilayah DAS Brantas, di Bandara Abdulrachman Saleh Malang, Jawa Timur, Rabu (13/11/2019). (ANTARA/Vicki Febrianto)
Jakarta (ANTARA) - Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengatakan dibutuhkan waktu dari cepat hingga lama, yakni sekitar 10 menit hingga 2 jam untuk reaksi penaburan garam atau NaCl hingga akhirnya turun hujan dalam proses modifikasi cuaca untuk penurunan hujan, tapi semuanya tergantung kondisi awan
"Reaksi penaburan NaCl bisa cepat atau bisa lambat tergantung kondisi awan yang ditabur," kata Kepala Bidang Pelayanan Teknologi BBTMC BPPT Sutrisno kepada ANTARA, Jakarta, Senin.
Sutrisno mengatakan awan itu mempunyai siklus dari bibit awan, membesar dan akhirnya menjadi hujan. Jika awan masih kecil saat ditabur garam, maka akan butuh waktu lebih lama untuk menjadi hujan.
Sebaliknya, jika awan yang ditaburi garam atau NaCl dalam kondisi yang sudah besad maka tidak beberapa lama akan turun menjadi hujan.
Adapun indikator yang mempengaruhi proses cepat atau lambat turun hujan setelah penaburan garam adalah ukuran awan serta kondisi lingkungan di sekitar awan seperti kelembaban, temperatur, kecepatan angin dan "supply" massa udara.
Dalam pelaksanan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), cepatnya turun hujan setelah awan potensial ditaburi garam, jika kecepatan angin tidak terlalu kencang biasanya kurang dari 10 knot, kelembaban udara memadai, serta supply massa udaranya basah.
Garam atau NaCl berfungsi sebagai inti kondensasi. Butir-butir NaCl akan mengikat uap air dan akan mempercepat pembesaran butir-butir uap air melalui proses tumbukan dan penggabungan.
"Kalau ada bibit-bibit awan dengan lokasi berdekatan dan kita lakukan penyemaian dengan NaCL, maka awan tersebut akan saling membesar dan bergabung juga," kata Sutrisno.
Sejak 3 Januari 2020, BPPT bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), TNI Angkatan Udara dan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memulai penanggulangan banjir di wilayah Jabodetabek dengan cara mempercepat penurunan hujan sebelum mencapai wilayah Jabodetabek melalui operasi TMC.
Baca juga: TMC mampu reduksi intensitas hujan hingga 40 persen, sebut BPPT
Baca juga: BNPB-BPPT tebarkan 25,6 ton garam untuk modifikasi cuaca
Baca juga: BPPT dan BMKG kerja sama pengembangan TMC berbasis kecerdasan buatan
"Reaksi penaburan NaCl bisa cepat atau bisa lambat tergantung kondisi awan yang ditabur," kata Kepala Bidang Pelayanan Teknologi BBTMC BPPT Sutrisno kepada ANTARA, Jakarta, Senin.
Sutrisno mengatakan awan itu mempunyai siklus dari bibit awan, membesar dan akhirnya menjadi hujan. Jika awan masih kecil saat ditabur garam, maka akan butuh waktu lebih lama untuk menjadi hujan.
Sebaliknya, jika awan yang ditaburi garam atau NaCl dalam kondisi yang sudah besad maka tidak beberapa lama akan turun menjadi hujan.
Adapun indikator yang mempengaruhi proses cepat atau lambat turun hujan setelah penaburan garam adalah ukuran awan serta kondisi lingkungan di sekitar awan seperti kelembaban, temperatur, kecepatan angin dan "supply" massa udara.
Dalam pelaksanan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), cepatnya turun hujan setelah awan potensial ditaburi garam, jika kecepatan angin tidak terlalu kencang biasanya kurang dari 10 knot, kelembaban udara memadai, serta supply massa udaranya basah.
Garam atau NaCl berfungsi sebagai inti kondensasi. Butir-butir NaCl akan mengikat uap air dan akan mempercepat pembesaran butir-butir uap air melalui proses tumbukan dan penggabungan.
"Kalau ada bibit-bibit awan dengan lokasi berdekatan dan kita lakukan penyemaian dengan NaCL, maka awan tersebut akan saling membesar dan bergabung juga," kata Sutrisno.
Sejak 3 Januari 2020, BPPT bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), TNI Angkatan Udara dan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memulai penanggulangan banjir di wilayah Jabodetabek dengan cara mempercepat penurunan hujan sebelum mencapai wilayah Jabodetabek melalui operasi TMC.
Baca juga: TMC mampu reduksi intensitas hujan hingga 40 persen, sebut BPPT
Baca juga: BNPB-BPPT tebarkan 25,6 ton garam untuk modifikasi cuaca
Baca juga: BPPT dan BMKG kerja sama pengembangan TMC berbasis kecerdasan buatan
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020
Tags: