Bupati : 2.000 hektare lahan pertanian Sigi sudah diairi dari irigasi
20 Januari 2020 16:30 WIB
Bupati Sigi, Mohammad Irwan Lapatta berjabat tangan dengan salah satu perempuan penyintas bencana gempa dan likuefaksi di Desa Jono Oge, Kecamatan Sigi Biromaru, Senin (20/1/2020). ANTARA/Muhammad Hajiji/aa.
Sigi, Sulawesi Tengah (ANTARA) - Bupati Sigi, Mohammad Irwan Lapatta di Desa Jono Oge, Kecamatan Sigi Biromaru, Jumat mengatakan kurang lebih 2.000 hektare lahan pertanian di kabupaten tersebut telah diairi dari irigasi, setelah setahun lebih infrastruktur pengairan itu tidak berfungsi optimal karena rusak terdampak gempa dan likuefaksi 28 September 2018.
"Sekitar 1.500 atau 2.000 hektare lahan pertanian sudah diairi air dari irigasi," ucap Bupati Sigi Mohammad Irwan Lapatta.
Saat bencana gempa dan likuefaksi menghantam Kabupaten Sigi pada 28 September 2018 lalu, terdapat kurang lebih sekitar 7.100 hektare lahan pertanian di Sigi tidak dapat diolah oleh petani. terutam, lahan-lahan pertanian yang sumber airnya bergantung pada irigasi/gumbasa.
Lahan-lahan pertanian yang airnya bergantung pada irigasi/gumbasa yakni, lahan pertanian yang berada di Kecamatan Gumbasa, Tanambulava, Dolo, dan Sigi Biromaru.
"Total lahan pertanian yang akan diairi dari irigasi yaitu sekitar 7.000 hektare lebih. Saat ini belum sampai di angka itu, tetapi ini tetap berproses karena pekerjaan pembangunan irigasi terus berjalan," ujar Bupati.
Dalam masa rehab-rekon pascabencana gempa dan likuefaksi Sigi, setelah setahun lebih bencana itu, lanjutnya, salah satu komponen yang mulai berfungsi secara perlahan-lahan ialah irigasi/gumbasa pertanian.
Saat ini, ia menguraikan air irigasi telah memasuki Kecamatan Tanambulava, dengan begitu petani di kecamatan tersebut telah mendapatkan air untuk kembali mengolah lahannya.
Dia menjelaskan, sesuai target dari Pemerintah Pusat lewat Kementerian PUPR bahwa air irigasi akan berfungsi optimal dan mengairi lahan pertanian secara maksimal pada tahun 2022 meliputi Sigi dan Kota Palu.
"Pekerjaan irigasi oleh Pemerintah Pusat ditargetkan rampung total sekitar tahun 2021 dan akan berfungsi maksimal tahun 2022," urainya.
Bupati menguraikan julah total kerugian yang dialami Kabupaten Sigi karena gempa dan likuefaksi kurang lebih senilai Rp11,1 triliun. Namun, yang diusulkan kepada Bappenas di Jakarta mencapai Rp13 triliun.
"Saat bencana itu jalan, jembatan, irigasi yang merupakan sarana penunjang penguatan ekonomi masyarakat sebagian besar rusak total, termasuk air bersih. Namun, dalam masa rehab-rekon ini sudah ada perbaikan-perbaikan dan mulai berfungsi perlahan-lahan, salah satunya yakni irigasi," ujarnya.
Baca juga: Irigasi Gumbasa rusak akibat gempa, pertanian di Sigi banyak terlantar
Baca juga: Dinas: 8.000 hektare sawah di Sigi tidak berproduksi pascabencana
Baca juga: Beranda - Pemerintah diminta bangun irigasi pascagempa-likuefaksi Sigi
"Sekitar 1.500 atau 2.000 hektare lahan pertanian sudah diairi air dari irigasi," ucap Bupati Sigi Mohammad Irwan Lapatta.
Saat bencana gempa dan likuefaksi menghantam Kabupaten Sigi pada 28 September 2018 lalu, terdapat kurang lebih sekitar 7.100 hektare lahan pertanian di Sigi tidak dapat diolah oleh petani. terutam, lahan-lahan pertanian yang sumber airnya bergantung pada irigasi/gumbasa.
Lahan-lahan pertanian yang airnya bergantung pada irigasi/gumbasa yakni, lahan pertanian yang berada di Kecamatan Gumbasa, Tanambulava, Dolo, dan Sigi Biromaru.
"Total lahan pertanian yang akan diairi dari irigasi yaitu sekitar 7.000 hektare lebih. Saat ini belum sampai di angka itu, tetapi ini tetap berproses karena pekerjaan pembangunan irigasi terus berjalan," ujar Bupati.
Dalam masa rehab-rekon pascabencana gempa dan likuefaksi Sigi, setelah setahun lebih bencana itu, lanjutnya, salah satu komponen yang mulai berfungsi secara perlahan-lahan ialah irigasi/gumbasa pertanian.
Saat ini, ia menguraikan air irigasi telah memasuki Kecamatan Tanambulava, dengan begitu petani di kecamatan tersebut telah mendapatkan air untuk kembali mengolah lahannya.
Dia menjelaskan, sesuai target dari Pemerintah Pusat lewat Kementerian PUPR bahwa air irigasi akan berfungsi optimal dan mengairi lahan pertanian secara maksimal pada tahun 2022 meliputi Sigi dan Kota Palu.
"Pekerjaan irigasi oleh Pemerintah Pusat ditargetkan rampung total sekitar tahun 2021 dan akan berfungsi maksimal tahun 2022," urainya.
Bupati menguraikan julah total kerugian yang dialami Kabupaten Sigi karena gempa dan likuefaksi kurang lebih senilai Rp11,1 triliun. Namun, yang diusulkan kepada Bappenas di Jakarta mencapai Rp13 triliun.
"Saat bencana itu jalan, jembatan, irigasi yang merupakan sarana penunjang penguatan ekonomi masyarakat sebagian besar rusak total, termasuk air bersih. Namun, dalam masa rehab-rekon ini sudah ada perbaikan-perbaikan dan mulai berfungsi perlahan-lahan, salah satunya yakni irigasi," ujarnya.
Baca juga: Irigasi Gumbasa rusak akibat gempa, pertanian di Sigi banyak terlantar
Baca juga: Dinas: 8.000 hektare sawah di Sigi tidak berproduksi pascabencana
Baca juga: Beranda - Pemerintah diminta bangun irigasi pascagempa-likuefaksi Sigi
Pewarta: Muhammad Hajiji
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2020
Tags: