Orangutan di Kotawaringin Timur sering masuk ke kebun masyarakat
20 Januari 2020 12:34 WIB
Komandan Jaga BKSDA Kalimantan Tengah Muriansyah saat meninjau lokasi kemunculan orangutan di kebun warga Desa Jemaras, pekan lalu. (Foto : ANTARA/HO-BKSDA Kotim).
Sampit (ANTARA) - Rusaknya habitat diduga menjadi penyebab orangutan (pongo pygmaeus) semakin sering masuk ke kebun milik masyarakat di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah untuk mencari makanan.
"Mereka kelaparan. Mereka masuk ke kebun warga lalu memakan buah-buahan yang ada di kebun itu," kata Komandan Jaga Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah Pos Sampit, Muriansyah di Sampit, Senin.
Orangutan di habitat aslinya mempunyai sifat pemalu dan menghindari manusia. Namun kini orangutan semakin sering masuk ke kebun warga karena diduga terpaksa mencari makanan untuk bertahan hidup karena cadangan di habitat mereka semakin sulit didapat.
Kondisi ini sangat rawan bagi masyarakat maupun orangutan itu sendiri. Untuk itu BKSDA perlu melakukan penyelamatan terhadap orangutan yang masuk ke perkebunan warga dengan cara menangkapnya sesuai standar keamanan, kemudian membawa dan melepasliarkan orangutan ke habitat aslinya yakni hutan yang masih alami.
Pekan lalu, BKSDA Pos Sampit menerima dua laporan kemunculan orangutan, yakni di Jalan Lingkar Utara dan Desa Jemaras Kecamatan Cempaga. Hasil pengecekan di dua lokasi itu, ditemukan beberapa sarang namun orangutan tidak terlihat.
Saat meninjau lokasi kemunculan orangutan di Desa Jemaras, tim BKSDA didampingi kepala desa dan warga setempat. Mereka menuju kebun yang dikabarkan ada kemunculan orangutan.
Kebun tersebut merupakan vegetasi dominan karet dan pohon buah seperti rambutan, cempedak dan durian. Kondisi ini memang menjadi incaran orangutan karena banyak sumber makanan yang bisa didapat satwa dilindungi tersebut.
Informasi warga, orangutan yang sempat terlihat hanya satu ekor namun ukurannya cukup besar. Hasil pemeriksaan, Muriansyah dan rekan-rekannya tidak menemukan orangutan, namun mereka menemukan tiga sarang orangutan.
Muriansyah mengimbau masyarakat tidak memelihara orangutan karena melanggar aturan hukum serta rawan menyebabkan satwa langka itu mati. Perlu keseriusan semua pihak untuk menanggulangi masalah ini.
"Kami juga memberikan penjelasan tentang perilaku orangutan agar warga waspada. Tim rescue yang ada di Pangkalan Bun juga membantu. Kepala desa diminta segera melapor apabila ada yang tidak terlihat lagi muncul di kebun warga," demikian Muriansyah.
Baca juga: BKSDA Kalteng translokasi orangutan seberat 90 kilogram
Baca juga: Orangutan kelaparan rusak kebun nanas warga Sampit
"Mereka kelaparan. Mereka masuk ke kebun warga lalu memakan buah-buahan yang ada di kebun itu," kata Komandan Jaga Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah Pos Sampit, Muriansyah di Sampit, Senin.
Orangutan di habitat aslinya mempunyai sifat pemalu dan menghindari manusia. Namun kini orangutan semakin sering masuk ke kebun warga karena diduga terpaksa mencari makanan untuk bertahan hidup karena cadangan di habitat mereka semakin sulit didapat.
Kondisi ini sangat rawan bagi masyarakat maupun orangutan itu sendiri. Untuk itu BKSDA perlu melakukan penyelamatan terhadap orangutan yang masuk ke perkebunan warga dengan cara menangkapnya sesuai standar keamanan, kemudian membawa dan melepasliarkan orangutan ke habitat aslinya yakni hutan yang masih alami.
Pekan lalu, BKSDA Pos Sampit menerima dua laporan kemunculan orangutan, yakni di Jalan Lingkar Utara dan Desa Jemaras Kecamatan Cempaga. Hasil pengecekan di dua lokasi itu, ditemukan beberapa sarang namun orangutan tidak terlihat.
Saat meninjau lokasi kemunculan orangutan di Desa Jemaras, tim BKSDA didampingi kepala desa dan warga setempat. Mereka menuju kebun yang dikabarkan ada kemunculan orangutan.
Kebun tersebut merupakan vegetasi dominan karet dan pohon buah seperti rambutan, cempedak dan durian. Kondisi ini memang menjadi incaran orangutan karena banyak sumber makanan yang bisa didapat satwa dilindungi tersebut.
Informasi warga, orangutan yang sempat terlihat hanya satu ekor namun ukurannya cukup besar. Hasil pemeriksaan, Muriansyah dan rekan-rekannya tidak menemukan orangutan, namun mereka menemukan tiga sarang orangutan.
Muriansyah mengimbau masyarakat tidak memelihara orangutan karena melanggar aturan hukum serta rawan menyebabkan satwa langka itu mati. Perlu keseriusan semua pihak untuk menanggulangi masalah ini.
"Kami juga memberikan penjelasan tentang perilaku orangutan agar warga waspada. Tim rescue yang ada di Pangkalan Bun juga membantu. Kepala desa diminta segera melapor apabila ada yang tidak terlihat lagi muncul di kebun warga," demikian Muriansyah.
Baca juga: BKSDA Kalteng translokasi orangutan seberat 90 kilogram
Baca juga: Orangutan kelaparan rusak kebun nanas warga Sampit
Pewarta: Kasriadi/Norjani
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2020
Tags: