Jakarta (ANTARA) - Penampilan buah tomat (Solanum lycopersicum) memang begitu “seksi” serta menggoda hati. Warna kulit buahnya yang beraneka ragam, ibarat riasan wajah artis sinema Eropa dan Amerika, ornamen kulit para penari India, atau make up para pemain drama Korea.

Mulai dari dominan merah, ungu, semu kemerahan, oranye, hingga semburat kekuningan. Warna merah pada tomat merah disebabkan karena pigmen tanaman yang bernama likopen. Warna ungu pada tomat ungu varietas Lycopersicum esculentum L. var Indigo Rose dikarenakan dominasi pigmen tumbuhan yang disebut antosianin.

Kontroversi

Manfaat dan khasiat tomat beraneka rupa. Berbagai bukti ilmiah terekam dengan baik di banyak jurnal ilmiah. Meskipun demikian, sebagian riset tentang tomat ternyata menuai kontroversi.

Pada tahun 2005, Edward Giovannucci menguraikan khasiat tomat pada kanker prostat. Studi observasional mengemukakan korelasi tomat dengan kanker prostat.

Khasiat antikanker prostat pada tomat itu akibat komponen likopen. Selain pada buah segar, likopen juga dijumpai di pelbagai varian olahan tomat. Misalnya: jus, pasta, sup tomat, saus spaghetti, pizza, salad, kecap, salsa.
Bioavailabilitas likopen pada produk olahan tersebut lebih baik dibandingkan dengan tomat yang masih segar.

Likopen, merepresentasikan 80-90 persen dari total karotenoid pada tomat merah yang matang, merupakan antioksidan paling efisien di antara karotenoid melalui aktivitas quenching oksigen tunggal dan proses scavenging radikal peroksil. Likopen, fitokimiawi utama di tomat, berperan penting di dalam kesehatan manusia.

Menurut Reifen dkk (2004), suplementasi likopen pada tikus model kolitis (diinduksi iodoacetamide) menunjukkan penurunan kadar malondialdehyde (MDA) di jaringan, tanda-tanda histologis cedera kolon dan peningkatan kadar superoxide dismutase di sel-sel darah merah.

Likopen adalah pigmen karotenoid merah yang terdapat pada berbagai buah.
Misalnya anggur merah, pepaya, jambu, semangka, tomat. Khasiat likopen diduga berperan untuk mengatasi beragam kanker, mulai kanker payudara, kanker prostat, kanker lambung, rejuvenasi (peremajaan sel-sel kulit dan awet muda), menurunkan kolesterol, mengatasi degenerasi makular terkait usia.

Tomat juga mengandung vitamin C, vitamin E, lutein, beta karoten, flavonoid (contoh: quercetin), dan antosianin. Antosianin, jenis flavonoid yang berlimpah pada buah dan sayuran berpigmentasi, diketahui juga memiliki efek medis yang bermanfaat, seperti aktivitas antioksidan, anti-inflamasi, antikanker, dan antidiabetes.

Namun hasil studi Giovannucci E (2005) di atas amat berbeda dengan eksperimen yang dilakukan oleh Schuurman AG dkk pada tahun 1998 dan Etminan M dkk pada tahun 2004.

Setelah melalui riset laboratorium dan kajian komprehensif, kelompok ilmuwan itu bersepakat bahwa tidak dijumpai hubungan positif antara tomat, likopen, dan kanker prostat.

Pada tahun 2007, Kavanaugh dkk menyatakan bahwa Food and Drug Administration (FDA) menemukan bukti yang amat terbatas untuk mendukung hubungan antara konsumsi tomat dan penurunan risiko menderita kanker prostat, lambung, sel telur, dan pankreas.

Korelasi antara tomat dan kanker paru-paru juga menyimpan kontroversi. Sebagian penelitian menyimpulkan tomat bermanfaat mengatasi kanker paru-paru, namun riset lainnya membantahnya.

Pelbagai studi epidemiologi terkait khasiat tomat belumlah sempurna, perlu dilakukan riset lanjutan nan komprehensif. Agar holistik, tim ilmuwan perlu melakukan penilaian terhadap bioavailabilitas likopen, identifikasi sumber utama likopen, observasi populasi yang memiliki nilai asupan tomat tinggi, pengukuran darah serta perhitungan pola temporal diet tunggal secara berkesinambungan, perbanyakan populasi untuk evaluasi risiko relatif, uji pengaruh genetika, misalnya polimorfisme genetika terkait gen perbaikan DNA.



Multiperspektif

Berdasarkan perspektif etnofarmakologis, Yadav dkk (2019) menjelaskan bahwa buah tomat mengandung asam amino aromatik, beta-karoten, flavonoid (misalnya: quercetin), karbohidrat, likopen, lutein, sukrose, vitamin C dan E.

Tomat dapat berperan sebagai antioksidan, antiobesitas, dan antikanker. Mekanisme kerja menurut aspek biologi molekuler, terjadi proses peningkatan fosforilasi asetil-CoA karboksilase dan AMP-activated protein kinase di hati, serta penurunan ekspresi HMG-CoA reductase.

Hal itu menurunkan ekspresi peroxisome PPAR-gamma, alfa protein binding CCAAT/enhancer dan perilipin di jaringan lemak (adipose).

Berdasarkan studi in vivo yang dilakukan oleh Hongyan Li, dkk (2014) pada carrageenan-induced paw oedema rat menunjukkan bahwa antosianin pada ekstrak tomat ungu berkontribusi terhadap efek antiradang.

Hasil studi itu menyimpulkan bahwa tomat ungu yang mengandung antosianin memiliki efek antiradang dan antioksidan yang unik dan tinggi sehingga berpotensi memiliki efek proteksi melawan stres oksidatif terkait penyakit kronis pada manusia.

Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui efek tomat berkadar antosianin tinggi pada manusia. Tomat ungu memang diketahui memiliki kandungan antosianin sebagaimana fitokimiawi lainnya (fenolik dan karotenoid) yang umumnya dijumpai di tomat merah.

Hasil laporan sembilan belas studi ilmiah dari tahun 1994 hingga 2005 menunjukkan interkoneksi konsumsi buah tomat dengan penurunan risiko menderita keganasan spesifik atau kanker tertentu, penyakit kardiovaskuler, dan degenerasi makuler terkait usia.

Efek protektif ini diperoleh dari komponen provitamin A dan karotenoid lainnya. Hal itu berdasarkan studi epidemiologi, uji klinis dan eksperimen pada hewan coba, serta studi in vitro.

Karotenoid merupakan persenyawaan kelas utama yang menyediakan prekursor terhadap antioksidan dan vitamin esensial. Perlu diketahui, dari total sekitar 40 karotenoid yang dijumpai pada diet manusia, hanya 25 yang dijumpai di darah manusia karena proses uptake selektif oleh saluran pencernaan.

Dari jumlah tersebut, 9–20 di antaranya berasal dari tomat segar dan olahan. Misalnya: likopen, alpha dan beta-karoten, lutein, zeaxanthin, dan beta-cryptoxanthin.

Baca juga: Teh hitam hingga jus tomat bagus untuk penderita diabetes tipe 2


Tepung Tomat

Salah satu produk turunan tomat adalah tepung tomat. Tepung tomat secara keseluruhan dilaporkan lebih efektif dalam menghambat hepatotoksisitas yang diinduksi tetraklorid dan pertumbuhan tumor prostat pada tikus daripada likopen kemungkinan karena efek sinergistik. (Campbell dkk, 2004; Kim, DiSilvestro, & Clinton, 2004)

Tepung tomat juga ditemukan memiliki proteksi yang lebih efektif pada proses penurunan kolesterol, trigliserid hati, dan malondialdehid dibandingkan dengan likopen melawan peroksidasi lipid pada tikus (Alshatwi dkk, 2010).

Bagaimanapun juga, peranan fitokimiawi ekstrak tomat keseluruhan terhadap individu pada aktivitas antiradang, antioksidan total, dan efek sinergistik masih dalam proses penelitian.

Baca juga: Konsumsi tomat bareng makanan zat besi hambat sifat lawan kanker

Peningkatan Kualitas

Pelbagai faktor utama dapat meningkatkan kualitas gizi tomat, suplementasi makanan dan diet manusia.

Misalnya, pemilihan genotipe dan optimalisasi kondisi lingkungan (cahaya, suhu, kelembaban, CO2 atmosfer dan polutan udara) untuk meningkatkan nilai nutrisi, optimalisasi praktik pertanian (sifat dan karakteristik tanah, kualitas air, nutrisi mineral, manajemen irigasi, salinitas), okulasi, pemangkasan, sistem tumbuh-kembang, pemicu pertumbuhan, kematangan, antisipasi terhadap cedera mekanis serta hama).

Perkembangan bioteknologi memungkinkan rekayasa genetik pada tomat. Tomat transgenik yang kaya akan beta-karoten berhasil dikembangkan oleh Romer dkk pada tahun 2000.

Berlanjut tahun 2001, Muir dkk berhasil mengembangkan tomat transgenik yang ditransformasikan dengan gen petunia chi-a. Kulit buah tomat transgenik mengandung flavonoid 78 kali lipat dibandingkan tomat biasa.

*) dr Dito Anurogo MSc adalah dosen FKIK Unismuh Makassar, dokter literasi digital, penulis profesional berlisensi BNSP, pemerhati medikopomologi (buah berkhasiat obat), Dewan Penasihat dan Pembina Sci.id dan Menusa, kepala LP3AI ADPERTISI, pengurus APKKM, aktif di I-4, ASPI, AWMI, FLP