Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada awal pekan terkoreksi seiring pelemahan mata uang regional Asia.

Pada pukul 9.51 WIB, rupiah bergerak melemah 6 poin atau 0,04 persen menjadi Rp13.651 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya di level Rp13.645 per dolar AS.

"Pagi ini mata uang kuat Asia yen, Hong Kong dolar, Singapur dolar, dibuka kompak melemah terhadap dolar AS yang bisa menjadi sentimen pelemahan rupiah," kata Kepala Riset Samuel Aset Manajamen Lana Soelistianingsih di Jakarta, Senin.

Dari eskternal, ekonomi China pada Kuartal IV-2019 tumbuh 6 persen (yoy), sesuai dengan ekspektasi analis.

Baca juga: Rupiah Senin pagi melemah 7 poin

Ekonomi China mengalami perlambatan yang cukup cepat dari tertingginya 6,8 persen (yoy) di Kuartal I-2017.

Penurunan tajam terjadi pada Kuartal II-2018 yang sebesar 6,5 persen dari Kuartal I-2018 di 6,7 persen (yoy).

Tampaknya perlambatan ini sejalan dengan dimulainya perang dagang antara AS-China yang mulai terjadi sejak Maret 2018.

Baca juga: Ekonom ingatkan Rupiah jangan dibiarkan menguat terlalu cepat

Seiring dengan konflik dagang tersebut, ekspor yang menjadi tumpuan ekonomi China terus melemah yang berdampak pada menurunnya produksi di China, bahkan PMI (Purchasing Manager’s Index) untuk sektor manufaktur terus turun, dan sempat terendahnya di 47,2 pada Juni 2019, yang artinya kontraksi.

"Namun dengan mulai terlihat tanda-tanda kesepakatan dagang, PMI Manufaktur mulai meningkat, dan bisa menjadi indikasi membaiknya ekonomi China ke depan," ujar Lana.

Lana memperkirakan rupiah pada hari ini bergerak di kisaran Rp13.650 per dolar AS hingga Rp13.670 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Senin menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp13.654 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp13.648 per dolar AS.