Purwokerto (ANTARA) - Akademisi dari Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Elly Tugiyanti mengingatkan masyarakat untuk menghindari kontak langsung dengan spora antraks guna mencegah penularan pada manusia.

"Penularan antraks pada manusia terjadi bila manusia kontak langsung dengan spora antraks yang ada di dalam tanah, pada tanaman, atau pun produk-produk hewan yang terjangkit," katanya di Purwokerto, Jumat.

Dosen Fakuktas Peternakan Unsoed itu, menjelaskan penyakit antraks bersifat zoonosis, yaitu menular dari hewan ternak ke manusia.

"Untuk itu sangat perlu menerapkan pola hidup bersih dan sehat, untuk mencegah penularan penyakit antraks," katanya.

Penyakit antraks, kata dia, disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis yang merupakan bakteri gram positif berbentuk tangkai yang berukuran sekitar 1 x 6 mikrometer.

"Penyakit antraks dapat menular secara kontak langsung, inhalasi, penetrasi pada kulit, dan infeksi pada plasenta," katanya.

Baca juga: Kemenkes sempat tetapkan KLB antraks di Gunung Kidul

Dia juga mengatakan bahwa kejadian antraks sering kali dipengaruhi musim, iklim, suhu, dan curah hujan yang tinggi.

"Kejadian atau kasus antraks sering muncul di pada musim hujan yaitu ketika rumput sedang tumbuh. Hal ini biasanya yang menyebabkan terjadinya kontak dengan spora yang ada di tanah. Spora akan terbentuk jika terekspos oksigen, spora ini relatif tahan terhadap panas, dingin, dan pH," katanya.

Dia juga menambahkan bahwa penularan bisa terjadi melalui udara yang mengandung spora antraks dan gigitan vektor atau pembawa kuman antraks. Misalnya, lalat piteuk atau tabanus.

Kementerian Kesehatan menyebut kasus antraks pada manusia yang terjadi di Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta terakhir dilaporkan terjadi pada 31 Desember 2019 dan tidak ada yang menyebabkan kematian.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Siti Nadia Tarmizi menyebutkan total warga Gunungkidul yang positif tertular penyakit antraks 27 orang yang terakhir dilaporkan pada 31 Desember 2019.

Nadia menyebut terdapat 607 orang terpapar atau punya riwayat kontak dengan hewan berpenyakit antraks atau makan daging sapi atau kambing pada periode tersebut.

Dari sejumlah itu, 96 orang terduga antraks, yaitu diduga mengalami penyakit antraks dilihat dari gejala seperti diare, penyakit kulit, dan batuk pilek.

Baca juga: Gunung Kidul sering terjadi kasus antraks karena punya riwayat KLB
Baca juga: Hewan ternak harus bebas antraks agar tidak menular ke manusia