Pneumonia di Wuhan tidak seberbahaya Flu Burung dan SARS
17 Januari 2020 16:19 WIB
Ketua Pokja Bidang Infeksi Penyakit Paru Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) DR Dr Erlina Burhan M.Sc Sp.P(K) memberikan keterangan pada wartawan di Jakarta, Jumat (17/1/2020). (ANTARA/Aditya Ramadhan)
Jakarta (ANTARA) - Kasus penyakit baru pneumonia berat yang terjadi di Wuhan, China, tidak lebih berbahaya dari penyakit yang pernah menjadi pandemi sebelumnya, seperti flu burung dan Severe Acute Respiratory Infection atau SARS.
Ketua Pokja Bidang Infeksi Penyakit Paru Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Dr dr Erlina Burhan M.Sc Sp.P(K) dalam keterangannya pada wartawan di Jakarta, Jumat mengatakan, alasan pneumonia di Wuhan tidak lebih berbahaya karena memiliki case fatality rate (CFR) atau angka kematian yang disebabkan oleh penyakit itu cenderung kecil.
Hingga saat ini, penyakit pneumonia berat di Wuhan menyebabkan satu orang meninggal yang sebelumnya sudah memiliki riwayat penyakit liver kronis dan lanjut usia.
"Case fatality rate SARS di atas 50 persen, flu burung di Indonesia saat itu sampai 70 persen meninggal. Tapi di Wuhan baru satu yang meninggal," kata Erlina.
Oleh karena itu Erlina mengimbau kepada masyarakat Indonesia agar tidak perlu panik menghadapi ancaman penyakit pneumonia baru ini, namun tetap waspada.
Pada tanggal 31 Desember 2019, di Kota Wuhan China dilaporkan adanya kasus-kasus pneumonia berat yang belum diketahui etiologinya. Awalnya terdapat 27 kasus kemudian meningkat menjadi 59 kasus, dengan usia antara 12-59 tahun.
Terdapat laporan kematian pertama terkait kasus pneumonia ini pada pasien usia 61 tahun dengan penyakit penyerta yaitu penyakit liver kronis dan tumor abdomen atau perut. Dari 50 pasien lainnya yang sedang menjalani perawatan, dua pasien sudah dinyatakan boleh pulang dan tujuh pasien masih dalam kondisi yang serius.
Selain di Wuhan, beberapa Negara melaporkan kasus-kasus suspek serupa dengan di Wuhan yaitu di Singapura, Seoul Korea Selatan, Thailand dan Hongkong. Di Singapura dan Bangkok terdapat penerbangan langsung dari Wuhan.
Baca juga: Penderita pneumonia berat di Wuhan meninggal, kasus pertama
Organisasi Kesehatan dunia (WHO) mengonfirmasi ada satu kasus di Thailand yaitu terdeteksi virus baru yang berasal dari kejadian luar biasa (KLB) di China. Kasus tersebut dari penduduk Wuhan China yang bepergian ke Thailand.
Baca juga: Menkes minta warga Indonesia waspada penyakit pneumonia berat di China
Berdasarkan data United Nations Maret 2018, terdapat banyak negara atau tempat yang menjadi tujuan pengunjung dari Wuhan diantaranya Bangkok, Hong Kong, Tokyo, Singapura, Denpasar Bali, Macau, Dubai, Sydney dan masih banyak negara lainnya. Namun, WHO belum merekomendasikan secara spesifik untuk turis atau restriksi perdagangan dengan China. Saat ini WHO masih terus melakukan pengamatan terhadap kasus tersebut.
Baca juga: Penyakit pneumonia berat di Wuhan belum ada vaksinnya
Baca juga: Jaga asupan nutrisi-kebersihan cegah pneumonia berat, sebut PDPI
Ketua Pokja Bidang Infeksi Penyakit Paru Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Dr dr Erlina Burhan M.Sc Sp.P(K) dalam keterangannya pada wartawan di Jakarta, Jumat mengatakan, alasan pneumonia di Wuhan tidak lebih berbahaya karena memiliki case fatality rate (CFR) atau angka kematian yang disebabkan oleh penyakit itu cenderung kecil.
Hingga saat ini, penyakit pneumonia berat di Wuhan menyebabkan satu orang meninggal yang sebelumnya sudah memiliki riwayat penyakit liver kronis dan lanjut usia.
"Case fatality rate SARS di atas 50 persen, flu burung di Indonesia saat itu sampai 70 persen meninggal. Tapi di Wuhan baru satu yang meninggal," kata Erlina.
Oleh karena itu Erlina mengimbau kepada masyarakat Indonesia agar tidak perlu panik menghadapi ancaman penyakit pneumonia baru ini, namun tetap waspada.
Pada tanggal 31 Desember 2019, di Kota Wuhan China dilaporkan adanya kasus-kasus pneumonia berat yang belum diketahui etiologinya. Awalnya terdapat 27 kasus kemudian meningkat menjadi 59 kasus, dengan usia antara 12-59 tahun.
Terdapat laporan kematian pertama terkait kasus pneumonia ini pada pasien usia 61 tahun dengan penyakit penyerta yaitu penyakit liver kronis dan tumor abdomen atau perut. Dari 50 pasien lainnya yang sedang menjalani perawatan, dua pasien sudah dinyatakan boleh pulang dan tujuh pasien masih dalam kondisi yang serius.
Selain di Wuhan, beberapa Negara melaporkan kasus-kasus suspek serupa dengan di Wuhan yaitu di Singapura, Seoul Korea Selatan, Thailand dan Hongkong. Di Singapura dan Bangkok terdapat penerbangan langsung dari Wuhan.
Baca juga: Penderita pneumonia berat di Wuhan meninggal, kasus pertama
Organisasi Kesehatan dunia (WHO) mengonfirmasi ada satu kasus di Thailand yaitu terdeteksi virus baru yang berasal dari kejadian luar biasa (KLB) di China. Kasus tersebut dari penduduk Wuhan China yang bepergian ke Thailand.
Baca juga: Menkes minta warga Indonesia waspada penyakit pneumonia berat di China
Berdasarkan data United Nations Maret 2018, terdapat banyak negara atau tempat yang menjadi tujuan pengunjung dari Wuhan diantaranya Bangkok, Hong Kong, Tokyo, Singapura, Denpasar Bali, Macau, Dubai, Sydney dan masih banyak negara lainnya. Namun, WHO belum merekomendasikan secara spesifik untuk turis atau restriksi perdagangan dengan China. Saat ini WHO masih terus melakukan pengamatan terhadap kasus tersebut.
Baca juga: Penyakit pneumonia berat di Wuhan belum ada vaksinnya
Baca juga: Jaga asupan nutrisi-kebersihan cegah pneumonia berat, sebut PDPI
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020
Tags: