Garin Nugroho butuh tujuh tahun wujudkan pentas "Planet Sebuah Lament"
17 Januari 2020 07:05 WIB
Pementasan "Planet Sebuah Lament" karya Garin Nugroho saat ditampilkan perdana di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Kamis (16/1/2020). ANTARA/Yogi Rachman/am.
Jakarta (ANTARA) - Garin Nugroho mengungkapkan bahwa dirinya membutuhkan waktu tujuh tahun untuk mewujudkan pementasan bertajuk "Planet Sebuah Lament".
"Proses persiapan dari dua setengah tahun tapi proses terhadap Lament sudah dari tujuh tahun lalu," kata Garin Nugroho saat ditemui usai pementasan "Planet Sebuah Lament" di Jakarta, Kamis (16/1) malam.
Baca juga: Sosok "nekat" Muhammad Khan di mata Rianto sang Penari Lanang
Pementasan "Planet Sebuah Lament" menggabungkan teater, film, dance, dan lagu ini mengusung perpaduan budaya dari Indonesia Timur (Melanesia) yang begitu kaya dengan kekayaan tari dan lagu serta tema lingkungan.
Garin Nugroho mengambil referensi tablo jalan salib yang ada di Larantuka, Flores Timur. Tiap babak dinarasikan melalui paduan suara dan lagu-lagu ratapan pada transisinya.
Baca juga: Garin Nugroho persembahkan "Planet - Sebuah Lament" untuk alam
"Idenya menemukan sebuah cerita sederhana tapi membawa simbol tentang kehidupan," ujarnya.
Menurut dia, lagu-lagu ratapan yang dimasukkan dalam pementasan ini terbilang sangat langka. Selain itu, tidak mudah untuk mencari referensi mengenai lagu-lagu tersebut.
"Kalau anda lihat tadi ada berbagai pilihan lagu dari wolayah Papua dan NTT. Lagu ini langka bukan diatonis yang diangkat di dunia musik kita," kata dia.
Pementasan "Planet Sebuah Lament" akan ditampilkan di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, pada tanggal 17-18 Januari 2020.
Pementasan di Jakarta ini merupakan pertunjukan perdana dunia (world premiere) dan menjadi karya pembuka dalam ASIA TOPA (Asia-Pacific Triennial of Performing Arts) pada Februari 2020 mendatang di Melbourne, Australia.
Karya terbaru yang merupakan hasil tim kerja dari berbagai negara yang disusun oleh Arts Centre Melbourne untuk Asia TOPA 2020 ini juga dijadwalkan akan dipentaskan di Dusseldorf, Jerman dan Amsterdam, Belanda.
Baca juga: Garin Nugroho merasa filmnya tak cocok di ajang Oscar
Baca juga: "Kucumbu Tubuh Indahku" Film Cerita Panjang Terbaik FFI 2019
Baca juga: Sutradara Terbaik, Garin Nugroho raih Piala Citra untuk pertama kali
"Proses persiapan dari dua setengah tahun tapi proses terhadap Lament sudah dari tujuh tahun lalu," kata Garin Nugroho saat ditemui usai pementasan "Planet Sebuah Lament" di Jakarta, Kamis (16/1) malam.
Baca juga: Sosok "nekat" Muhammad Khan di mata Rianto sang Penari Lanang
Pementasan "Planet Sebuah Lament" menggabungkan teater, film, dance, dan lagu ini mengusung perpaduan budaya dari Indonesia Timur (Melanesia) yang begitu kaya dengan kekayaan tari dan lagu serta tema lingkungan.
Garin Nugroho mengambil referensi tablo jalan salib yang ada di Larantuka, Flores Timur. Tiap babak dinarasikan melalui paduan suara dan lagu-lagu ratapan pada transisinya.
Baca juga: Garin Nugroho persembahkan "Planet - Sebuah Lament" untuk alam
"Idenya menemukan sebuah cerita sederhana tapi membawa simbol tentang kehidupan," ujarnya.
Menurut dia, lagu-lagu ratapan yang dimasukkan dalam pementasan ini terbilang sangat langka. Selain itu, tidak mudah untuk mencari referensi mengenai lagu-lagu tersebut.
"Kalau anda lihat tadi ada berbagai pilihan lagu dari wolayah Papua dan NTT. Lagu ini langka bukan diatonis yang diangkat di dunia musik kita," kata dia.
Pementasan "Planet Sebuah Lament" akan ditampilkan di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, pada tanggal 17-18 Januari 2020.
Pementasan di Jakarta ini merupakan pertunjukan perdana dunia (world premiere) dan menjadi karya pembuka dalam ASIA TOPA (Asia-Pacific Triennial of Performing Arts) pada Februari 2020 mendatang di Melbourne, Australia.
Karya terbaru yang merupakan hasil tim kerja dari berbagai negara yang disusun oleh Arts Centre Melbourne untuk Asia TOPA 2020 ini juga dijadwalkan akan dipentaskan di Dusseldorf, Jerman dan Amsterdam, Belanda.
Baca juga: Garin Nugroho merasa filmnya tak cocok di ajang Oscar
Baca juga: "Kucumbu Tubuh Indahku" Film Cerita Panjang Terbaik FFI 2019
Baca juga: Sutradara Terbaik, Garin Nugroho raih Piala Citra untuk pertama kali
Pewarta: Yogi Rachman
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020
Tags: