Jakarta (ANTARA) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan menyeleksi lebih ketat permodalan bank dengan menaikkan batas modal inti minimum menjadi Rp3 triliun secara bertahap.

Peraturan OJK yang menaikkan modal inti minimum bank secara bertahap menjadi Rp3 triliun itu akan terbit pada Februari 2020.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana di Jakarta, Kamis, mengatakan bank tidak bisa memenuhi modal minimal, akan diberikan opsi, seperti merger atau turun status menjadi bank perkreditan rakyat (BPR).

Baca juga: OJK dorong perbankan konsolidasi agar lebih kuat hadapi persaingan


"Dia tidak bisa memenuhi ya turun kelas. Kami nanti bisa melakukan apa, apa saja, mungkin untuk menyesuaikan agar dia tidak melakukan kegiatan perbankan biasa," kata Heru.

Nantinya, setelah beleid peraturan ini terbit,
Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) I dan BUKU II harus menaikkan modal inti menjadi minimal Rp3 triliun.

Dalam ketentuan saat ini Bank BUKU I merupakan bank yang memiliki modal inti di bawah Rp1 triliun. Bank BUKU II adalah bank dengan modal inti antara Rp1 triliun hingga Rp5 triliun.

OJK akan memberi masa tenggang hingga tiga tahun. Setelah itu, jika bank tidak sanggup memenuhi syarat modal minimun, akan ada konsekuensi yang harus ditanggung.

Baca juga: OJK bisa "paksa" bank konsolidasi


Dalam tiga tahun itu, syarat modal akan dinaikkan secara bertahap, mulai dari 2020 sebesar Rp1 triliun, 2021 sebesar Rp2 triliun, dan 2022 memenuhi Rp3 triliun.

Heru berjanji pihaknya akan menggencarkan sosialisasi dan pembicaraan dengan seluruh pelaku industri perbankan mengenai aturan ini.

Dia juga mengatakan ada kemungkinan sejumlah insentif diberikan bagi bank yang melakukan merger atau akuisisi demi memenuhi aturan permodalan baru tersebut.

Baca juga: Konsolidasi bank dorong fungsi intermediasi