Tiga ekor surili berkeliaran di Cibeber, Cianjur
16 Januari 2020 18:57 WIB
Dokumentasi - Seekor Surili Jawa (Presbytis comata) berada di dalam kandangnya di Kebun Binatang Bandung, Jawa Barat, Minggu (18/9/2016). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/pri.
Cianjur (ANTARA) - Tiga ekor monyet langka--surili yang merupakan spesies primata endemik Jawa Barat, terlihat berkeliaran di sejumlah tempat di Desa Sukaraharja, Kecamatan Cibeber, Cianjur, Jawa Barat.
"Kehadiran tiga ekor surili itu, menghebohkan warga karena primata langka tersebut terlihat di sejumlah tempat dan terakhir sempat berkeliaran di atas atap balai desa," kata Kasi Pemerintahan Desa Sukarahaja Budi Komara, Kamis.
Ia menuturkan surili yang merupakan primata endemik Jawa Barat yang hampir punah dan sempat dijadikan Maskot PON 2016 yang digelar di Bandung-Jawa Barat, sudah terlihat berkeliaran di desa tersebut sejak dua bulan terakhir.
Baca juga: PON 2016 - Menjaga Surili di Tanah Legenda
Tiga ekor surili pertama kali terlihat warga mencari buah di sekitaran makam di Kampung Pasirdogong, Desa Sukaraharja yang lokasinya terletak di belakang kantor desa.
"Salah satunya berukuran besar sekitar 60 centimeter dengan bulu warna putih dan hitam dan dua ekor lainnya berukuran kecil sekitar 40 centimeter dengan warna yang hampir sama," katanya.
Hingga saat ini, tidak ada warga yang berani menangkap atau memberi makan ketiga ekor primata yang tidak tahu pasti asal muasalnya karena ungkap Budi, Desa Sukaraharja tidak memiliki hutan lindung.
"Setahu kami habitat surili di hutan yang memiliki pohon tinggi seperti kawasan Gunung Ged-Pangrango dan hutan lain di Jabar. Kami berharap ada dinas atau instansi terkait untuk menangkap dan membawa kembali surili ke habitatnya," kata Budi.
Sementara beberapa orang warga yang sempat melihat kehadiran primata langka tersebut, mengatakan tidak berani menangkap atau memberi makan sekalipun karena beredar kabar kalau hewan tersebut bukan hewan sembarangan.
"Kami juga mendapat kabar kalau seekor di antaranya memakan sabun di halaman rumah warga. Sedangkan yang kami lihat langsung ketiganya berebut buah mangga dari pohon di balai desa," kata Feri seorang warga.
Ia menilai primata langka yang sempat dipelihara tersebut sengaja dilepaskan dan berkeliaran mencari makan."Mungkin saja sebelumnya ada yang pelihara karena takut kena undang-undang, sengaja dilepaskan," katanya.
Baca juga: Perburuan liar ancam habitat surili
"Kehadiran tiga ekor surili itu, menghebohkan warga karena primata langka tersebut terlihat di sejumlah tempat dan terakhir sempat berkeliaran di atas atap balai desa," kata Kasi Pemerintahan Desa Sukarahaja Budi Komara, Kamis.
Ia menuturkan surili yang merupakan primata endemik Jawa Barat yang hampir punah dan sempat dijadikan Maskot PON 2016 yang digelar di Bandung-Jawa Barat, sudah terlihat berkeliaran di desa tersebut sejak dua bulan terakhir.
Baca juga: PON 2016 - Menjaga Surili di Tanah Legenda
Tiga ekor surili pertama kali terlihat warga mencari buah di sekitaran makam di Kampung Pasirdogong, Desa Sukaraharja yang lokasinya terletak di belakang kantor desa.
"Salah satunya berukuran besar sekitar 60 centimeter dengan bulu warna putih dan hitam dan dua ekor lainnya berukuran kecil sekitar 40 centimeter dengan warna yang hampir sama," katanya.
Hingga saat ini, tidak ada warga yang berani menangkap atau memberi makan ketiga ekor primata yang tidak tahu pasti asal muasalnya karena ungkap Budi, Desa Sukaraharja tidak memiliki hutan lindung.
"Setahu kami habitat surili di hutan yang memiliki pohon tinggi seperti kawasan Gunung Ged-Pangrango dan hutan lain di Jabar. Kami berharap ada dinas atau instansi terkait untuk menangkap dan membawa kembali surili ke habitatnya," kata Budi.
Sementara beberapa orang warga yang sempat melihat kehadiran primata langka tersebut, mengatakan tidak berani menangkap atau memberi makan sekalipun karena beredar kabar kalau hewan tersebut bukan hewan sembarangan.
"Kami juga mendapat kabar kalau seekor di antaranya memakan sabun di halaman rumah warga. Sedangkan yang kami lihat langsung ketiganya berebut buah mangga dari pohon di balai desa," kata Feri seorang warga.
Ia menilai primata langka yang sempat dipelihara tersebut sengaja dilepaskan dan berkeliaran mencari makan."Mungkin saja sebelumnya ada yang pelihara karena takut kena undang-undang, sengaja dilepaskan," katanya.
Baca juga: Perburuan liar ancam habitat surili
Pewarta: Ahmad Fikri
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020
Tags: