Yogyakarta (ANTARA News) - Tulisan wartawan New York Times, Tim Weiner, dalam buku Membongkar Kegagalan CIA yang menyebut Adam Malik pernah direkrut sebagai agen CIA adalah tidak masuk akal dan tidak benar.

"Tidak masuk akal jika Adam Malik masuk menjadi agen CIA berdasar riwayat hidupnya, tulisan tersebut lebih bersifat pada pembalikan informasi," kata sejarawan Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. Dr. Taufik Abdullah di Yogyakarta, Kamis.

Taufik menyarankan, pihak keluarga, kolega, sahabat, dan murid Adam Malik untuk meluruskan dan menjelaskan kepada masyarakat tentang yang sebenarnya agar informasi yang salah dan terlanjur dicetak itu bisa diluruskan.

Menurut Taufik, tugas dari seorang agen intelejen adalah mengumpulkan informasi dan memberikan informasi terbalik kepada pemerintah dan militer Amerika Serikat (AS).

"Adam Malik adalah pengikut Tan Malaka dan juga murid dari Proklamator Indonesia Soekarno, sehingga ia termasuk seorang nasionalis yang cenderung sosialis," ujarnya.

Pada masa pemerintahan Soekarno, Adam Malik pernah diangkat sebagai duta besar Indonesia untuk Uni Soviet (Rusia) yang berkedudukan di Moskow dan juga menjabat sebagai Menteri Perdagangan, namun juga sempat diturunkan dari jabatan menteri karena keterkaitannya dengan Partai Murba.

Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla juga menyatakan bahwa Adam Malik tidak mungkin menjadi agen CIA karena basis politik Adam Malik tidak sama dengan kepentingan Amerika Serikat.
(*)