BNPB jadikan Kabupaten Ogan Ilir percontohan pencegahan karhutla
16 Januari 2020 10:09 WIB
Dokumentasi - Petugas gabungan dari TNI dan Manggala Agni Daops Banyuasin berusaha menarik selang air saat melakukan pemadaman di Desa Pemulutan, Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Jumat (23/8/2019). (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/nz/am.)
Jakarta (ANTARA) - Direktur Mitigasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Medi Herlianto mengatakan Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, menjadi percontohan penanganan kebakaran hutan dan lahan.
"Mengutip pernyataan Sekretaris Utama BNPB, Kabupaten Ogan Ilir menjadi pilot projek pencegahan karhutla dengan pembuatan sodetan," kata Medi melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis.
Medi mengatakan pembuatan sodetan merupakan salah cara untuk mencegah kejadian kebakaran hutan dan lahan dengan melakukan pembasahan lahan gambut.
Di Kabupaten Ogan Ilir, direncanakan pembangunan sodetan sepanjang 12,4 kilometer dari Sungai Meriak dan Sungai Keramasan di Desa Pulau Kabal.
Hingga akhir 2019, pekerjaan pembangunan sodetan sudah mencapai 8,85 kilometer dengan pendanaan dari Dana Siap Pakai BNPB tahun anggaran 2019 dan akan dilanjutkan pada awal 2020 sehingga dapat mencegah kebakaran hutan dan lahan saat musim kemarau.
Baca juga: BPBD Sumsel: Karhutla paling luas ada di Ogan Komering Ilir
Baca juga: Titik panas di Kabupaten Ogan Komering Ilir masih menyebar
Baca juga: Pemkab OKI salurkan bantuan ke warga terdampak kabut asap
"Pembuatan sodetan ini diharapkan menjadi investasi penanggulangan kebakaran hutan dan lahan. Kebakaran hutan dan lahan harus ditangani sedini mungkin sejak prabencana dengan tujuan menyelamatkan generasi masa depan," tuturnya.
Sumber air Sungai Keramasan sebelumnya adalah rawa dan genangan yang ada di sekitar sungai. Saat ini, rawa dan genangan tersebut telah mengalami degradasi karena alih fungsi lahan menjadi perkebunan.
Pembuatan saluran air yang menghubungkan Sungai Meriak dan Sungai Keramasan diharapkan dapat membuat jumlah dan mutu air sungai kembali normal, selain berdampak besar untuk mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan.
Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, luas lahan gambut yang terbakar di seluruh Indonesia hingga Desember 2019 mencapai 480.178 hektare.
Karakter gambut yang kering dan memiliki kedalaman beragam hingga 30 meter mempersulit pemadaman kebakaran hutan dan lahan oleh personel darat, pengeboman air, bahkan hujan buatan melalui teknologi modifikasi cuaca.
Karena itu, perlu ada upaya untuk mengembalikan kodrat lahan gambut yang basah, berair, dan berawa.*
Baca juga: Titik panas di Kabupaten Ogan Komering Ilir masih menyebar
Baca juga: Ogan Komering Ilir bentuk tim investigasi kebakaran lahan
Baca juga: Lima pembakar lahan di Ogan Komering Ilir segera jalani sidang
"Mengutip pernyataan Sekretaris Utama BNPB, Kabupaten Ogan Ilir menjadi pilot projek pencegahan karhutla dengan pembuatan sodetan," kata Medi melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis.
Medi mengatakan pembuatan sodetan merupakan salah cara untuk mencegah kejadian kebakaran hutan dan lahan dengan melakukan pembasahan lahan gambut.
Di Kabupaten Ogan Ilir, direncanakan pembangunan sodetan sepanjang 12,4 kilometer dari Sungai Meriak dan Sungai Keramasan di Desa Pulau Kabal.
Hingga akhir 2019, pekerjaan pembangunan sodetan sudah mencapai 8,85 kilometer dengan pendanaan dari Dana Siap Pakai BNPB tahun anggaran 2019 dan akan dilanjutkan pada awal 2020 sehingga dapat mencegah kebakaran hutan dan lahan saat musim kemarau.
Baca juga: BPBD Sumsel: Karhutla paling luas ada di Ogan Komering Ilir
Baca juga: Titik panas di Kabupaten Ogan Komering Ilir masih menyebar
Baca juga: Pemkab OKI salurkan bantuan ke warga terdampak kabut asap
"Pembuatan sodetan ini diharapkan menjadi investasi penanggulangan kebakaran hutan dan lahan. Kebakaran hutan dan lahan harus ditangani sedini mungkin sejak prabencana dengan tujuan menyelamatkan generasi masa depan," tuturnya.
Sumber air Sungai Keramasan sebelumnya adalah rawa dan genangan yang ada di sekitar sungai. Saat ini, rawa dan genangan tersebut telah mengalami degradasi karena alih fungsi lahan menjadi perkebunan.
Pembuatan saluran air yang menghubungkan Sungai Meriak dan Sungai Keramasan diharapkan dapat membuat jumlah dan mutu air sungai kembali normal, selain berdampak besar untuk mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan.
Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, luas lahan gambut yang terbakar di seluruh Indonesia hingga Desember 2019 mencapai 480.178 hektare.
Karakter gambut yang kering dan memiliki kedalaman beragam hingga 30 meter mempersulit pemadaman kebakaran hutan dan lahan oleh personel darat, pengeboman air, bahkan hujan buatan melalui teknologi modifikasi cuaca.
Karena itu, perlu ada upaya untuk mengembalikan kodrat lahan gambut yang basah, berair, dan berawa.*
Baca juga: Titik panas di Kabupaten Ogan Komering Ilir masih menyebar
Baca juga: Ogan Komering Ilir bentuk tim investigasi kebakaran lahan
Baca juga: Lima pembakar lahan di Ogan Komering Ilir segera jalani sidang
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020
Tags: