Pemkot Bogor ingin kelola Museum Perjuangan, dianggap memprihatinkan
15 Januari 2020 16:20 WIB
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto melihat pakaian Kapten Muslihat, saat mengunjungi Museum Perjuangan Kota Bogor, di Jalan Merdeka Kota Bogor, Rabu (15/1/2020). (Antaranews/Riza Harahap)
Bogor (ANTARA) - Pemerintah Kota Bogor ingin mengelola Museum Perjuangan di Jalan Merdeka Kota Bogor yang dinilai sarat dengan sejarah perjuangan Kota Bogor tetapi kondisinya saat ini dinilai memprihatinkan
"Museum Perjuangan ini dikelola oleh yayasan, tapi kondisinya memprihatinkan. Kendalanya museum itu bukan aset pemerintah," kata Bima Arya Sugiarto saat mengunjungi Museum Perjuangan, di Kota Bogor, Rabu.
Bima Arya Sugiarto pada kesempatan tersebut didampingi oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor, Jana Sugana.
Menurut Bima Arya, Pemerintah Kota Bogor berusaha mencari solusi bagaimana merevitalisasi Museum Perjuangan agar lebih baik pengelolaannya. "Karena itu, Pemkot Bogor ingin ambil alih pengelolaan Museum Perjuangan," katanya.
Kalau keluarga ahli waris dan pengurus Yayasan Museum Perjuangan Bogor, membolehkan dan mengikhlaskan, menurut Bima, Pemerintah Kota Bogor akan mengelolanya. "Pemkot Bogor tidak ingin membiarkan Museum Perjuangan kondisinya memperihatinkan seperti ini. Banyak nilai-nilai sejarah Kota Bogor di dalamnya," katanya.
Bima menjelaskan, opsi pengelolaan itu ada dua, yakni kerja sama atau dihibahkan. "Dinas Pariwisata dan Kebudayaan akan bermusyawarah dengan ahli waris dan pengurus yayasan. Nanti diaturlah Oleh Dinas Pariwisata bagaimana baiknya." katanya.
Baca juga: LIPI ajak milenial kenali aneka ragam hayati di Museum Munasain
Baca juga: Museum Tanah dan Pertanian Bogor resmi dibuka
Baca juga: Ratusan helai wastra hadir di Museum Kepresidenan
Menurut Bima, kalau opsinya dihibahkan akan lebih baik, karena Pemkot Bogor bisa melakukan pembangunan secara fisik."Pemerintah Kota Bogor agar menjalani tahapan prosedur yang harus dilalui, mulai dari musyawarah dengan ahli waris dan pengurus yayasan," katanya.
Sementara itu, pengelola Museum Perjuangan, Ben, mengatakan, Museum Perjuangan tetap beroperasi secara rutin seperti biasa. "Pengunjung Museum Perjuangan, sebagian besar adalah pelajar. Apalagi pada saat libur sekolah," katanya.
Ada juga mahasiswa yang berkunjung untuk tugas mata kuliah dan tugas penelitian. Namun, pengunjung paling banyak adalah pelajar. "Pemasukan dari tiket pengunjung, digunakan untuk biaya operasional, yakni membayar listrik dan air, serta honor petugas.
Ben menambahkan, Museum Perjuangan adalah aset yayasan, bukan aset Pemerintah Kota Bogor. Luas lahannya sekitar 600 meter persegi. Dia berharap, pengelolaan museum, sebatas kerja sama pengelolaan, tapi asetnya tetap milik yayasan.
Di dalam Museum Perjuangan, ada beberapa diorama yang menggambarkan pertempuran di Kota Bogor, antara diorama tentang palagan Kota Paris, palagan Pancasan, dan palagan dekat stasiun Bogor. Di museum itu juga menampilkan, pakaian dan senjata Kapten Muslihat.
"Museum Perjuangan ini dikelola oleh yayasan, tapi kondisinya memprihatinkan. Kendalanya museum itu bukan aset pemerintah," kata Bima Arya Sugiarto saat mengunjungi Museum Perjuangan, di Kota Bogor, Rabu.
Bima Arya Sugiarto pada kesempatan tersebut didampingi oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor, Jana Sugana.
Menurut Bima Arya, Pemerintah Kota Bogor berusaha mencari solusi bagaimana merevitalisasi Museum Perjuangan agar lebih baik pengelolaannya. "Karena itu, Pemkot Bogor ingin ambil alih pengelolaan Museum Perjuangan," katanya.
Kalau keluarga ahli waris dan pengurus Yayasan Museum Perjuangan Bogor, membolehkan dan mengikhlaskan, menurut Bima, Pemerintah Kota Bogor akan mengelolanya. "Pemkot Bogor tidak ingin membiarkan Museum Perjuangan kondisinya memperihatinkan seperti ini. Banyak nilai-nilai sejarah Kota Bogor di dalamnya," katanya.
Bima menjelaskan, opsi pengelolaan itu ada dua, yakni kerja sama atau dihibahkan. "Dinas Pariwisata dan Kebudayaan akan bermusyawarah dengan ahli waris dan pengurus yayasan. Nanti diaturlah Oleh Dinas Pariwisata bagaimana baiknya." katanya.
Baca juga: LIPI ajak milenial kenali aneka ragam hayati di Museum Munasain
Baca juga: Museum Tanah dan Pertanian Bogor resmi dibuka
Baca juga: Ratusan helai wastra hadir di Museum Kepresidenan
Menurut Bima, kalau opsinya dihibahkan akan lebih baik, karena Pemkot Bogor bisa melakukan pembangunan secara fisik."Pemerintah Kota Bogor agar menjalani tahapan prosedur yang harus dilalui, mulai dari musyawarah dengan ahli waris dan pengurus yayasan," katanya.
Sementara itu, pengelola Museum Perjuangan, Ben, mengatakan, Museum Perjuangan tetap beroperasi secara rutin seperti biasa. "Pengunjung Museum Perjuangan, sebagian besar adalah pelajar. Apalagi pada saat libur sekolah," katanya.
Ada juga mahasiswa yang berkunjung untuk tugas mata kuliah dan tugas penelitian. Namun, pengunjung paling banyak adalah pelajar. "Pemasukan dari tiket pengunjung, digunakan untuk biaya operasional, yakni membayar listrik dan air, serta honor petugas.
Ben menambahkan, Museum Perjuangan adalah aset yayasan, bukan aset Pemerintah Kota Bogor. Luas lahannya sekitar 600 meter persegi. Dia berharap, pengelolaan museum, sebatas kerja sama pengelolaan, tapi asetnya tetap milik yayasan.
Di dalam Museum Perjuangan, ada beberapa diorama yang menggambarkan pertempuran di Kota Bogor, antara diorama tentang palagan Kota Paris, palagan Pancasan, dan palagan dekat stasiun Bogor. Di museum itu juga menampilkan, pakaian dan senjata Kapten Muslihat.
Pewarta: Riza Harahap
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2020
Tags: