Kupang (ANTARA) - Dinas Perhubungan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), meminta seluruh operator pelayaran untuk menunda keberangkatan kapal selama beberapa hari ke depan menyusul cuaca ekstrem yang saat ini tengah melanda wilayah itu.

"Permintaan penundaan keberangkatan kapal ini semata-mata karena pertimbangan aspek keselamatan dan keamanan pelayaran," kata Kepala Dinas Perhubungan Provinsi NTT Isyak Nuka di Kupang, Minggu.

Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan kondisi cuaca di wilayah NTT yang kurang bersahabat selama sepekan terakhir ini, dan upaya untuk menghindari terjadinya musibah di perairan laut.

Menurut dia, berdasarkan laporan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), cuaca ektrem di wilayah perairan laut ini akan berlangsung hingga 14 atau 15 Januari 2020.

Dalam hubungan dengan itu, kata dia, para pemimpin perusahaan pelayaran dalam mengajukan permohonan keberangkatan kapal agar disesuaikan dengan perkembangan kondisi cuaca di laut.

Dia juga telah meminta kepada operator pelayaran agar setiap pembatalan keberangkatan kapal, atau tindakan nakhoda untuk tidak melanjutkan perjalanan karena kondisi perairan laut, agar dilaporkan kepada kepala kantor kesyahbandaran dan otoritas terdekat.


Gelombang 4-5 meter

Secara terpisah, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan, gelombang setinggi 4 hingga 5 meter saat ini sedang melanda wilayah perairan laut Nusa Tenggara Timur (NTT).
Dua bocah sedang bermain di pantai Kupang yang sedang dilanda gelombang tinggi. (ANTARA/Bernadus Tokan)


Kondisi ini dipicu oleh adanya tekanan rendah (1002 hPa) yang terpantau di sekitar wilayah utara Australia, kata Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Tenau Ota Welly Jenni Thalo.

"Gelombang tinggi dengan intensitas mencapai sekitar 4 hingga 5 meter ini dipantau melalui model ocean forecast system (OFS) pada 12 Januari 2020 pukul 03.00 coordinate universal time (UTC)" katanya, menjelaskan.

Menurut dia, tekanan rendah (1002 hPa) yang terpantau di sekitar wilayah utara Australia, ini memicu terjadinya kecepatan angin yang tinggi mencapai 93 km/jam.

Kecepatan angin inilah yang mengakibatkan terjadinya gelombang tinggi hingga 4 hingga 5 meter di sekitar wilayah Samudera Hindia selatan Sumba-Sabu, katanya.