Motorsport
Pereli putri Dakar ingin bantu berdayakan perempuan Arab Saudi
9 Januari 2020 13:42 WIB
Pereli sepeda motor asal Australia Toby Price (kiri) berbincang-bincang dengan pereli sepeda motor putri asal Spanyol Laia Sanz pada acara technical check-up di Jeddah, 3 JanuarI 2020, menjelang berlangsungnya Reli Dakar 2020 di Arab Saudi. (ANTARA/AFP/FRANCK FIFE)
Jakarta (ANTARA) - Reli Dakar 2020 diikuti sejumlah pereli perempuan, dan mereka ingin kehadirannya di salah satu ajang otomotif paling brutal itu dapat membantu memberdayakan perempuan, khususnya di Arab Saudi.
Terdapat 13 orang pereli perempuan yang mengikuti Reli Dakar tahun ini. Mereka berasal dari Eropa, Afrika Selatan, dan Amerika Selatan.
"Saya yakin merupakan suatu hal yang positif untuk memperlihatkan kepada semua orang di sini, bahwa perempuan dapat menjadi kuat dan bersaing, dan saya gembira dapat mewakili perempuan di sini," kata pereli kategori sepeda motor asal Spanyol, Laia Sanz, seperti dikutip Reuters.
Baca juga: Hasil etape IV Dakar: Cornejo dan Peterhansel finis terdepan di Al-Ula
Keputusan panitia penyelenggara untuk memindahkan lokasi reli dari Amerika Selatan ke Arab Saudi sempat memicu kontroversi. Sebab, di kalangan Barat, Arab Saudi kerap dituding mengabaikan Hak Asasi Manusia (HAM) dan merepresi suara kaum termar
jinalkan, termasuk aktivis feminis.
"Ini mengejutkan, tetapi menurut saya merupakan hal yang bagus bahwa kami akhirnya dapat tampil di sini," tambah Sanz.
Arab Saudi telah memulai program reformasi sosial dan ekonomi, dengan inisiatif Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman.
Baca juga: Juara etape IV, Casale teruskan dominasi kategori quad bike Dakar 2020
Reformasi itu mencakup dicabutnya sejumlah larangan bagi perempuan. Perempuan di Arab Saudi kini dapat menyetir sendirian dan berpeluang memiliki paspor tanpa persetujuan wali laki-laki.
Dunia laki-laki
Pereli putri lainnya, Camelia Liparoti, sependapat dengan Sanz.
"Kami beruntung dapat menjadi atlet-atlet putri yang datang (ke Arab Saudi) untuk berkompetisi dan mampu mendemonstrasikan bahwa ada perempuan yang bergelut di dunia laki-laki," kata pereli 51 tahun itu.
Sebagai upaya strategi diplomatis yang ditujukan untuk mengubah citra Arab Saudi di dunia internasional, pemerintah di sana telah menyuarakan keinginan mereka untuk lebih terbuka dan berinvestasi besar untuk menjadi tuan rumah acara hiburan, olahraga, dan kebudayaan.
Baca juga: Carlos Sainz ambil alih pimpinan etape III Reli Dakar 2020
Dalam beberapa bulan terakhir, sejumlah kompetisi olahraga dan acara musik yang menarik banyak penonton telah diselenggarakan di Jeddah dan Riyadh.
Pada Oktober tahun lalu, Riyadh menjadi tuan rumah pertandingan gulat bebas putri untuk pertama kalinya. Saat itu, Natalya Neidhart bertarung melawan Lacey Evans dengan pakaian yang lebih tertutup dibanding dengan yang biasa mereka kenakan di ajang WWE.
Banyak perubahan
"Ada banyak perubahan dalam beberapa tahun terakhir, sebagian besar positif," tutur Presiden Federasi Otomotif Arab Saudi, Pangeran Khaled bin Sultan Al Faisal.
"Saya sangat gembira melihat perempuan bersaing di Dakar," tambahnya.
Baca juga: Sunderland dijatuhi penalti, gelar etape IV pindah ke tangan Cornejo
Jutta Kleinschmidt, satu-satunya perempuan yang pernah menjuarai Reli Dakar pada 2001, beranggapan bahwa "dunia reli dapat membuat perbedaan."
"Saya khususnya lebih kritis karena kami tahu bahwa hak-hak perempuan tidak dihormati, (namun) menurut saya hal itu (mengikuti Reli Dakar) dapat membantu," ujar perempuan Jerman 57 tahun tersebut.
"Itu dapat membantu perempuan mendapatkan kepercayaan diri," pungkasnya.
Terdapat 13 orang pereli perempuan yang mengikuti Reli Dakar tahun ini. Mereka berasal dari Eropa, Afrika Selatan, dan Amerika Selatan.
"Saya yakin merupakan suatu hal yang positif untuk memperlihatkan kepada semua orang di sini, bahwa perempuan dapat menjadi kuat dan bersaing, dan saya gembira dapat mewakili perempuan di sini," kata pereli kategori sepeda motor asal Spanyol, Laia Sanz, seperti dikutip Reuters.
Baca juga: Hasil etape IV Dakar: Cornejo dan Peterhansel finis terdepan di Al-Ula
Keputusan panitia penyelenggara untuk memindahkan lokasi reli dari Amerika Selatan ke Arab Saudi sempat memicu kontroversi. Sebab, di kalangan Barat, Arab Saudi kerap dituding mengabaikan Hak Asasi Manusia (HAM) dan merepresi suara kaum termar
jinalkan, termasuk aktivis feminis.
"Ini mengejutkan, tetapi menurut saya merupakan hal yang bagus bahwa kami akhirnya dapat tampil di sini," tambah Sanz.
Arab Saudi telah memulai program reformasi sosial dan ekonomi, dengan inisiatif Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman.
Baca juga: Juara etape IV, Casale teruskan dominasi kategori quad bike Dakar 2020
Reformasi itu mencakup dicabutnya sejumlah larangan bagi perempuan. Perempuan di Arab Saudi kini dapat menyetir sendirian dan berpeluang memiliki paspor tanpa persetujuan wali laki-laki.
Dunia laki-laki
Pereli putri lainnya, Camelia Liparoti, sependapat dengan Sanz.
"Kami beruntung dapat menjadi atlet-atlet putri yang datang (ke Arab Saudi) untuk berkompetisi dan mampu mendemonstrasikan bahwa ada perempuan yang bergelut di dunia laki-laki," kata pereli 51 tahun itu.
Sebagai upaya strategi diplomatis yang ditujukan untuk mengubah citra Arab Saudi di dunia internasional, pemerintah di sana telah menyuarakan keinginan mereka untuk lebih terbuka dan berinvestasi besar untuk menjadi tuan rumah acara hiburan, olahraga, dan kebudayaan.
Baca juga: Carlos Sainz ambil alih pimpinan etape III Reli Dakar 2020
Dalam beberapa bulan terakhir, sejumlah kompetisi olahraga dan acara musik yang menarik banyak penonton telah diselenggarakan di Jeddah dan Riyadh.
Pada Oktober tahun lalu, Riyadh menjadi tuan rumah pertandingan gulat bebas putri untuk pertama kalinya. Saat itu, Natalya Neidhart bertarung melawan Lacey Evans dengan pakaian yang lebih tertutup dibanding dengan yang biasa mereka kenakan di ajang WWE.
Banyak perubahan
"Ada banyak perubahan dalam beberapa tahun terakhir, sebagian besar positif," tutur Presiden Federasi Otomotif Arab Saudi, Pangeran Khaled bin Sultan Al Faisal.
"Saya sangat gembira melihat perempuan bersaing di Dakar," tambahnya.
Baca juga: Sunderland dijatuhi penalti, gelar etape IV pindah ke tangan Cornejo
Jutta Kleinschmidt, satu-satunya perempuan yang pernah menjuarai Reli Dakar pada 2001, beranggapan bahwa "dunia reli dapat membuat perbedaan."
"Saya khususnya lebih kritis karena kami tahu bahwa hak-hak perempuan tidak dihormati, (namun) menurut saya hal itu (mengikuti Reli Dakar) dapat membantu," ujar perempuan Jerman 57 tahun tersebut.
"Itu dapat membantu perempuan mendapatkan kepercayaan diri," pungkasnya.
Pewarta: A Rauf Andar Adipati
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020
Tags: