Hadapi bencana, Megawati sebut Indonesia bisa meniru Jepang
7 Januari 2020 18:36 WIB
Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri (kedua kanan) bersama Presiden Joko Widodo (kiri) berbincang dengan Wakil Presiden Ma'ruf Amin (kanan) pada pembukaan Kongres V PDIP di Sanur, Bali, Kamis (8-8-2019). Kongres V PDIP yang berlangsung 8—11 Agustus 2019 tersebut dihadiri sekitar 2.170 peserta dari 514 dewan pimpinan cabang (DPC), 34 dewan pimpinan daerah (DPD), para pengamat dan sejumlah pimpinan partai politik. ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana/ama/aa.
Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri berharap Indonesia bisa meniru cara pemerintah serta warga Jepang dalam menghadapi bencana.
"Indonesia mirip seperti Jepang, merupakan negara yang berpotensi mengalami berbagai bencana alam, seperti banjir, tsunami, hingga gempa bumi," kata Megawati dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa.
Bedanya, lanjut dia, tingkat kewaspadaan warga negara Jepang sudah sangat kuat.
"Itu yang seharusnya perlu dicontoh, ya," kata Megawati.
Megawati yang berada di Jepang untuk menerima penganugerahan gelar doktor kehormatan dari Soka Unversity, Tokyo, Jepang, Rabu (8/1),
"Tentu saja cara untuk meningkatkan kewaspadaan itu harus dipikirkan," katanya.
Baca juga: PDIP: Sembilan gelar doktor bukti pengakuan dunia terhadap Megawati
Baca juga: Politik kemarin, honoris causa Megawati hingga soal Natuna
Baca juga: Begini nasihat Bung Karno saat Megawati diganjal kuliahnya
Ia sudah memulai itu melalui pembentukan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) saat menjadi wakil presiden dan presiden kelima RI.
"Sekarang sudah ada, kenapa rakyat tidak diedukasi, disosialisasi?" katanya.
Mega berjanji sebagai Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) akan lebih masif lagi mendorong agar pendidikan sadar bencana digalakkan seperti di Jepang. Di negeri dengan ikon Gunung Fuji itu, bahkan anak-anak dari umur TK saja sudah diajari menghadapi bahaya bila gempa terjadi.
Menurut Megawati, menyelamatkan diri dan sesama dari bencana alam adalah salah satu perwujudan nilai kemanusiaan. Maka, upaya untuk mengedukasi agar bisa menolong diri sendiri maupun orang lain adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan.
Dia pun bercerita tentang salah satu pengalamannya mengalami guncangan gempa di Jepang. Saat itu dia dan keluarga yang mendampingi sudah hendak lari keluar dari sebuah restoran tempat mereka makan. Namun, hal itu justru dilarang oleh warga Jepang yang menemani mereka makan.
"Teman saya yang orang Jepang bilang tidak usah lari. Nanti diberi tahu kapan mesti lari. Jadi, ada alarm. Kalau alarm bunyi, artinya mesti waspada. Alarm kedua, harus keluar. Jadi, begitu. Itu masih berjalan terus cara memberikan warning. Jadi, early warning system-nya bagus. Dibandingkan kita, aduh.. bukan lemah, melainkan tidak ada," tutur Megawati.
"Indonesia mirip seperti Jepang, merupakan negara yang berpotensi mengalami berbagai bencana alam, seperti banjir, tsunami, hingga gempa bumi," kata Megawati dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa.
Bedanya, lanjut dia, tingkat kewaspadaan warga negara Jepang sudah sangat kuat.
"Itu yang seharusnya perlu dicontoh, ya," kata Megawati.
Megawati yang berada di Jepang untuk menerima penganugerahan gelar doktor kehormatan dari Soka Unversity, Tokyo, Jepang, Rabu (8/1),
"Tentu saja cara untuk meningkatkan kewaspadaan itu harus dipikirkan," katanya.
Baca juga: PDIP: Sembilan gelar doktor bukti pengakuan dunia terhadap Megawati
Baca juga: Politik kemarin, honoris causa Megawati hingga soal Natuna
Baca juga: Begini nasihat Bung Karno saat Megawati diganjal kuliahnya
Ia sudah memulai itu melalui pembentukan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) saat menjadi wakil presiden dan presiden kelima RI.
"Sekarang sudah ada, kenapa rakyat tidak diedukasi, disosialisasi?" katanya.
Mega berjanji sebagai Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) akan lebih masif lagi mendorong agar pendidikan sadar bencana digalakkan seperti di Jepang. Di negeri dengan ikon Gunung Fuji itu, bahkan anak-anak dari umur TK saja sudah diajari menghadapi bahaya bila gempa terjadi.
Menurut Megawati, menyelamatkan diri dan sesama dari bencana alam adalah salah satu perwujudan nilai kemanusiaan. Maka, upaya untuk mengedukasi agar bisa menolong diri sendiri maupun orang lain adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan.
Dia pun bercerita tentang salah satu pengalamannya mengalami guncangan gempa di Jepang. Saat itu dia dan keluarga yang mendampingi sudah hendak lari keluar dari sebuah restoran tempat mereka makan. Namun, hal itu justru dilarang oleh warga Jepang yang menemani mereka makan.
"Teman saya yang orang Jepang bilang tidak usah lari. Nanti diberi tahu kapan mesti lari. Jadi, ada alarm. Kalau alarm bunyi, artinya mesti waspada. Alarm kedua, harus keluar. Jadi, begitu. Itu masih berjalan terus cara memberikan warning. Jadi, early warning system-nya bagus. Dibandingkan kita, aduh.. bukan lemah, melainkan tidak ada," tutur Megawati.
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2020
Tags: