Jakarta (ANTARA) - Sineas Indonesia Joko Anwar mengaku bahwa dirinya mengagumi Ria Irawan sejak Joko masih kecil. Tumbuh dengan film-film Ria di era 80-an meninggalkan kesan tersendiri bagi sutradara "Gundala" itu.
"Saya besar dengan film-film Ria Irawan. Dan tentunya salah satu yang memorable adalah 'Darna Ajaib' (1980), di mana Ria menjadi tokoh antagonis dan performance-nya buat aku, anak kecil yang suka film, berkesan sekali," kata Joko saat ditemui di TPU Tanah Kusir, Jakarta, Senin.
Baca juga: Ria Irawan sang "Renjani" kini telah pergi
Joko mengenang bahwa dia sempat menghadiri workshop penulisan skenario bersama Ria Irawan dan sineas lainnya.
Penulis skenario "Ratu Ilmu Hitam" itu mengenang Ria sebagai pribadi yang positif dan menyenangkan.
"Aku rasa kita semua yang pernah bekerja bareng Ria Irawan sepakat bahwa beliau adalah manusia yang bisa membuat manusia di sekitarnya semangat. Vibe-nya sangat positif dan menular ke semua orang," kenang Joko.
"Mbak Ria sangat fun, bisa bertukar pikiran bareng, dan selain pencerita, ia juga pendengar yang baik. Sebagai pekerja film, Ria Irawan selain sangat bertalenta juga sangat asyik untuk diajak bekerja sama," ujarnya melanjutkan.
Joko juga mengagumi kegigihan Ria ketika harus berjuang melawan kanker kelenjar getah bening stadium empat itu selama bertahun-tahun.
"Mba Ria merupakan seorang petarung kehidupan yang luar biasa. Saya belum pernah melihat seseorang berjuang melawan penyakit segigih Ria Irawan," kata dia.
Bukan saja sebagai seorang penyitas kanker, bagi Joko Ria Irawan adalah sosok yang aktif membagikan pengalamannya kepada orang lain.
"Setidaknya mengikuti semangatnya," lanjut sutradara "Perempuan Tanah Jahanam" itu.
Baca juga: Ria Irawan usir suami jika menangis
Baca juga: Suami ungkap Ria Irawan sempat menyerah akan kondisinya
Baca juga: Mayk Wongkar: Ria Irawan wanita yang sempurna
Joko Anwar sejak kecil kagumi sosok Ria Irawan
6 Januari 2020 18:50 WIB
Sineas Joko Anwar saat ditemui di TPU Tanah Kusir, Jakarta, Senin (6/1/2020). (ANTARA/Arnidhya Nur Zhafira)
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020
Tags: