Jakarta (ANTARA) - Hujan ekstrem yang melanda wilayah Jakarta dan sekitarnya sejak pergantian tahun, pada Selasa, 31 Desember 2019 lalu menyebabkan 15 persen wilayah terendam banjir.

Akses jalan yang seharusnya menjadi penghubung mobilitas masyarakat juga ikut terputus, bukan hanya akses darat, melainkan juga kereta api bahkan transportasi udara.

Operasional Bandara Halim Perdanakusuma lumpuh pada hari pertama 2020 itu karena landasan pacu (runway) terendam dan tidak bisa digunakan untuk tinggal landas atau pendaratan pesawat.

Akibatnya, seluruh penerbangan, yakni 21 rute penerbangan dan 71 kedatangan dialihkan ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang jaraknya 40 kilometer.

Adapun total terdapat 21 rute penerbangan yang dialihkan dari Halim Perdanakusuma ke Soekarno-Hatta, yaitu dari dan ke Kualanamu, Surabaya, Yogyakarta, Denpasar, Palembang, Solo, Malang, Jambi, Semarang, Lampung, Silangit, Belitung, Padang, Balikpapan, Ambon, Lombok, Kupang, Pekanbaru, Bengkulu, Batam, dan Tasikmalaya.

Untuk mengakomodasi kebutuhan tersebut, PT Angkasa Pura II menyiapkan bus gratis bagi penumpang serta mengecek kembali kelaikan landasan pacu.

“Yang jelas, runway tidak akan dioperasikan apabila belum memenuhi prosedur dan safety level yang telah ditentukan. Kami sudah berkoordinasi dengan maskapai agar seluruh penerbangan dialihkan ke Soekarno-Hatta,” ujar General Manager Bandara Halim Perdanakusuma Nandang Sukarna.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi juga memastikan inspeksi landasan pacu dijalankan dengan baik, sehingga tidak membutuhkan waktu lama Bandara Halim dapat beroperasi keesokan harinya.

Peninggian Jalur KA

Tak terkecuali, jalur kereta api, yakni kereta rel listrik (KRL) relasi Tangerang-Duri tidak bisa beroperasi karena melintasi di wilayah Jakarta Barat yang sebagian besar masih terendam banjir hingga saat ini.

Bahkan, sejumlah warga di sepanjang lintasan Stasiun Taman Kota hingga Bojong Indah mengungsi di peron-peron stasiun dan mendirikan tenda tepat di atas rel kereta.

Masyarakat tidak punya pilihan untuk menyelamatkan harta benda yang tersisa selain di rel kereta karena posisinya yang cenderung lebih tinggi dari tanah tempat rumah mereka berdiri.

Jalur tersebut sempat mengalami gangguan akibat banjir setinggi kurang lebih 50 sentimeter dalam tiga hari kemarin.

Untuk itu, Menhub dalam peninjauannya meminta agar hal tersebut tidak terulang kembali, maka ke depannya akan dilakukan perbaikan secara bertahap, yaitu dengan melakukan peninggian jalur KA yang tergenang air, yaitu sepanjang 500 meter sampai setinggi 75 cm.

"Ke depan kita akan melakukan peninggian, di daerah ini (Stasiun Rawa Buaya) kurang lebih 500 meter sampai setinggi 75 sentimeter, jadi diharapkan kalau ada banjir lagi tidak ada masalah. Kita koordinasi antara Dirjen Kereta Api dan teman-teman dari KAI segera ini beroperasi jadi baik kereta yang ke Tangerang maupun bandara besok sudah mulai beroperasi," katanya.

Terdapat sekitar lima stasiun arah Tangerang yang terkena dampak banjir yaitu Stasiun Duri, Rawa Buaya, Pesing, Taman Kota, dan Bojong Indah.

Hingga saat ini belum dapat dipastikan kerugian yang diderita akibat tidak beroperasinya kereta api. Untuk rute Tangerang per hari ada sekitar 90 perjalanan.

Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia Edi Sukmoro mengaku pihaknya belum menghitung kerugian akibat terendamnya rel serta fasilitas KA imbas banjir.

“Kalau hitungan pasti gampang, tetapi pasti sekarang tidak memikirkan hitungan dulu, bagaimana caranya melakukan evakuasi orang-orang terdampak. Kemudian memperbaiki jalur yang pada saat ini perlu diperiksa dulu kalau terjadi sesuatu, perbaikan dilakukan dulu,” katanya.

Ia mengaku pihaknya juga masih memfokuskan untuk pengecekan kondisi rel KA yang terdampak banjir dan berpotensi rusak hingga kembali dinyatakan laik beroperasi.

Seiring dengan terdampaknya jalur KA Tangerang-Duri, KA Bandara pun tidak dapat beroperasi karena jalur yang dilalui sama.

Untuk itu, PT Railink sendiri telah mengembalikan biaya (refund) tiket sebanyak 891 tiket pada Jumat (3/1) lalu kepada calon penumpang yang sudah terlanjur membeli tiket tersebut.

Imbas dari banjir yang meluas juga memutus jalur darat, seperti Tol Cipali dan akses bus Damri dari dan menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Sedikitnya lima trayek Jabodetabek yang terpengaruh, yakni Bandara Soekarno-Hatta – Cikarang, Bandara Soekarno-Hatta – Karawang, Bandara Soekarno-Hatta – Purwakarta, Bandara Soekarno-Hatta – Sukabumi dan Bandara Halim Perdanakusuma – Bogor

Selain itu, trayek AKAP (Antar Kota Antar Provinsi) turut mengalami keterlambatan, antara lain, Jakarta-Yogyakarta, Jakarta-Wonosobo, Jakarta - Purworejo, Jakarta-Cilacap, Jakarta-Banyumas, Jakarta - Purbalingga, Jakarta-Banjarnegara, Jakarta-Pekalongan, Jakarta - Surabaya, Jakarta - Semarang dan Jakarta - Surakarta.

Meskipun sektor transportasi laut tidak terpengaruh, Kemenhub melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Unit Pelaksana Teknis (UPT) di Provinsi DKI Jakarta melakukan penyelamatan korban dengan mengerahkan peralatan keselamatan yang dimiliki seperti perahu karet maupun jaket pelampung, membentuk tim reaksi cepat serta mendirikan posko anggap darurat bantuan korban banjir untuk Jabodetabek di Tanjung Priok.

“Kami telah menyiapkan personel dari Syahbandar sebanyak 25 orang, Tim Otoritas Pelabuhan 20 orang, Tim PT Pelindo II sebanyak 35 orang dan peralatan berupa satu unit perahu karet dari kantor Kesyahbandaran Utama Tanjung Priok dan dua unit perahu karet dari Pelindo II untuk bergerak mendistribusikan bantuan,” tutur Direktur Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai Ahmad.

Upaya Pencegahan

Pengamat Transportasi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Djoko Setijowarno mengatakan lumpuhnya akses transportasi akibat banjir tidak terlepas dari pengaruh pembangunan infrastruktur yang kurang memperhatikan dampak jangka panjang, terutama apabila terjadi bencana.

Contohnya, menurut dia, banjir yang merendam landasan pacu tidak tertutup kemungkinan karena Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang dibuat sangat singkat.

“Kemungkinan menurut saya ada pengaruh dari proyek Kereta Cepat karena Amdalnya hanya dibuat dalam satu bulan, minimal untuk proyek sebesar itu proses Amdal itu satu tahun,” ujarnya.

Selain itu juga sisa galian material pembangunan Tol Jakarta-Cikampek II atau layang (elevated) juga turut mempengaruhi di mana yang seharusnya dibuang, justru dibiarkan menumpuk, sehingga ikut terbawa arus ketika terguyur hujan.

“Ada pengaruhnya, Japek 'kan tol itu mesti ada saluran yang memotong atau ‘cross drain’, sebagian tertutup material-material pembangunan proyek sepanjang itu. Seharusnya material itu buang ke mana, ini cuma ditumpuk di situ masuk ke situ. Sepele tapi pas hujan baru ketahuan,” katanya.

Sedianya, Djoko berpendapat, pembangunan infrastruktur dirancang secara matang dan tidak terburu-buru, sehingga tidak mengakibatkan lumpuhnya moda transportasi itu sendiri. Dalam hal ini, Ia mencontohkan MRT Jakarta yang masih beroperasi normal karena perencanaan pembangunan dan mitigasi bencana yang matang.

"KIta bisa contoh dari luar itu mereka pembangunannya tidak terburu-buru, jadi dampaknya juga dipikirkan kalaupun banjir, enggak akan terendam," ujar dia.

Persiapan mitigasi bencana, terutama banjir yang telah disiapkan MRT Jakarta, di antaranya memasang sensor ketinggian air di Kali Krukut dan Banjir Kanal Barat yang terhubung dengan Pusat Kendali Operasi (Operation Control Center), flood gate di Stasiun Bundaran HI dan Dukuh Atas BNI serta terowongan drainase berdimensi 200 x 150 mm yang terhubung dengan dua penampungan di masing-masing stasiun. Penampungan tersebut berukuran 4x4x2 meter dan dilengkapi dua unit pompa berkapasitas 25 liter per detik.

Baca juga: BMKG: Tekanan udara di China pengaruhi curah hujan tinggi Jabodetabek

Baca juga: Indef sebut lima sektor ekonomi kena imbas banjir Jabodetabek