Operasi TMC gunakan 8 ton garam sehari cegah hujan di Jabodetabek
3 Januari 2020 16:33 WIB
Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza di acara peluncuran operasi Teknologi Modifikasi Cuaca untuk mereduksi curah hujan sebagai penanggulangan banjir Jabodetabek di Gedung BPPT, Jakarta, Jumat (3/1/2020). (ANTARA/Martha Herlinawati Simanjuntak)
Jakarta (ANTARA) - Sebanyak 6-8 ton NaCl atau garam yang diangkut empat sortie penerbangan akan disiapkan per hari yang akan digunakan dalam pelaksanaan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk mengurangi curah hujan di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) sebagai upaya penanggulangan banjir.
"Kita akan melakukan cloud seeding atau penyemaian awan di daerah-daerah mengantisipasi datangnya awan-awan hujan yang lebat di daerah-daerah, sebelum masuk ke Jabodetabek, dan itu berdasarkan prakiraan dari BMKG ataupun data-data yang lain, dengan menggunakan citra satelit dan radar," kata Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza dalam acara peluncuran operasi Teknologi Modifikasi Cuaca untuk mereduksi curah hujan sebagai penanggulangan banjir Jabodetabek di Gedung BPPT, Jakarta, Jumat.
Peluncuran operasi TMC itu dihadiri antara lain Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro, Kepala BPPT, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Doni Monardo, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Dwikorita Karnawati, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Thomas Djamaluddin, dan perwakilan TNI.
Dengan menggunakan prakiraan cuaca tersebut, maka pesawat yang membawa garam akan terbang menuju bibit-bibit awan yang berpotensi turunnya hujan, dan kemudian tim operasi TMC akan menyemai awan dengan garam untuk mempercepat hujan jatuh sehingga hujan turun sebelum sampai ke Jabodetabek. Operasi TMC ini mempercepat penurunan hujan terjadi.
Baca juga: Operasi TMC ke barat laut Jakarta, kurangi curah hujan-cegah banjir
Baca juga: BPPT harapkan ada tambahan pesawat untuk operasi TMC
Baca juga: Bulog salurkan 10 ton beras untuk korban banjir
Dalam aplikasinya, dengan pengamatan bahwa ada kedatangan awan yang banyak dari sebelah Barat Sumatera, maka tim operasi TMC "mencegat" awan itu di Selat Sunda, menyemai awan dengan garam, sehingga diharapkan akan turun hujan di Selat Sunda atau di laut sebelum mencapai Jabodetabek.
"Dengan demikian harapan kita hujan yang datang di Jabodetabek ini akan berkurang curahnya sehingga tidak akan kebanjiran karena akibat debit air atau volume air yang sangat besar seperti yang sekarang kita alami dalam 2-3 hari yang lalu," tutur Hammam.
Dengan bahan semai garam 3,2 ton, bisa menghasilkan sekian juta kubik air hujan. Dengan operasi TMC, probabilitas turunnya hujan bukan di Jabodetabek tapi di daerah awan itu datang bisa lebih tinggi.
"Modifikasi cuaca ini kan merupakan sebuah proses untuk mempercepat terjadinya hujan, itu namanya cloud seeding, penyemaian awan agar hujan cepat datang," ujarnya.
Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BBTMC BPPT) Tri Handoko Seto menuturkan operasi TMC tersebut mampu mengurangi curah hujan sebesar 30-40 persen dari potensi hujan yang akan turun di wilayah Jabodetabek.
"Pengalaman kita di 2013-2014, itu mampu mengurangi curah hujan sebesar 30-40 persen dalam operasi seperti ini," tuturnya.
Pada Jumat (3/1), ditargetkan ada empat sortie penerbangan yang membawa bahan semai berupa NaCl atau garam dari Pangkalan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma Jakarta. Hingga saat ini, sebanyak tiga sortie dari empat sortie penerbangan tersebut telah dilakukan.
"Setiap hari diperkirakan rata-rata empat sortie penerbangan tetapi jika diperlukan lebih dari empat, pesawat dan kru siap melaksanakan," ujarnya.*
Baca juga: BNPB: Banjir di sebagian wilayah Jakarta sudah mulai surut
Baca juga: Volume sampah Kota Tangerang meningkat 60 persen usai banjir
Baca juga: Kebutuhan untuk balita paling mendesak di pengungsian Jakarta Timur
"Kita akan melakukan cloud seeding atau penyemaian awan di daerah-daerah mengantisipasi datangnya awan-awan hujan yang lebat di daerah-daerah, sebelum masuk ke Jabodetabek, dan itu berdasarkan prakiraan dari BMKG ataupun data-data yang lain, dengan menggunakan citra satelit dan radar," kata Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza dalam acara peluncuran operasi Teknologi Modifikasi Cuaca untuk mereduksi curah hujan sebagai penanggulangan banjir Jabodetabek di Gedung BPPT, Jakarta, Jumat.
Peluncuran operasi TMC itu dihadiri antara lain Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro, Kepala BPPT, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Doni Monardo, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Dwikorita Karnawati, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Thomas Djamaluddin, dan perwakilan TNI.
Dengan menggunakan prakiraan cuaca tersebut, maka pesawat yang membawa garam akan terbang menuju bibit-bibit awan yang berpotensi turunnya hujan, dan kemudian tim operasi TMC akan menyemai awan dengan garam untuk mempercepat hujan jatuh sehingga hujan turun sebelum sampai ke Jabodetabek. Operasi TMC ini mempercepat penurunan hujan terjadi.
Baca juga: Operasi TMC ke barat laut Jakarta, kurangi curah hujan-cegah banjir
Baca juga: BPPT harapkan ada tambahan pesawat untuk operasi TMC
Baca juga: Bulog salurkan 10 ton beras untuk korban banjir
Dalam aplikasinya, dengan pengamatan bahwa ada kedatangan awan yang banyak dari sebelah Barat Sumatera, maka tim operasi TMC "mencegat" awan itu di Selat Sunda, menyemai awan dengan garam, sehingga diharapkan akan turun hujan di Selat Sunda atau di laut sebelum mencapai Jabodetabek.
"Dengan demikian harapan kita hujan yang datang di Jabodetabek ini akan berkurang curahnya sehingga tidak akan kebanjiran karena akibat debit air atau volume air yang sangat besar seperti yang sekarang kita alami dalam 2-3 hari yang lalu," tutur Hammam.
Dengan bahan semai garam 3,2 ton, bisa menghasilkan sekian juta kubik air hujan. Dengan operasi TMC, probabilitas turunnya hujan bukan di Jabodetabek tapi di daerah awan itu datang bisa lebih tinggi.
"Modifikasi cuaca ini kan merupakan sebuah proses untuk mempercepat terjadinya hujan, itu namanya cloud seeding, penyemaian awan agar hujan cepat datang," ujarnya.
Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BBTMC BPPT) Tri Handoko Seto menuturkan operasi TMC tersebut mampu mengurangi curah hujan sebesar 30-40 persen dari potensi hujan yang akan turun di wilayah Jabodetabek.
"Pengalaman kita di 2013-2014, itu mampu mengurangi curah hujan sebesar 30-40 persen dalam operasi seperti ini," tuturnya.
Pada Jumat (3/1), ditargetkan ada empat sortie penerbangan yang membawa bahan semai berupa NaCl atau garam dari Pangkalan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma Jakarta. Hingga saat ini, sebanyak tiga sortie dari empat sortie penerbangan tersebut telah dilakukan.
"Setiap hari diperkirakan rata-rata empat sortie penerbangan tetapi jika diperlukan lebih dari empat, pesawat dan kru siap melaksanakan," ujarnya.*
Baca juga: BNPB: Banjir di sebagian wilayah Jakarta sudah mulai surut
Baca juga: Volume sampah Kota Tangerang meningkat 60 persen usai banjir
Baca juga: Kebutuhan untuk balita paling mendesak di pengungsian Jakarta Timur
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020
Tags: