Operasi TMC ke barat laut Jakarta, kurangi curah hujan-cegah banjir
3 Januari 2020 11:04 WIB
Petugas Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memasukkan garam ke dalam pesawat Cassa 212 TNI AU ketika akan melakukan operasi hujan buatan di Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Riau, Rabu (27/2/2019). ANTARA FOTO/Rony Muharrman/hp.
Jakarta (ANTARA) - Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dimulai Jumat dengan melepaskan dua sortie penerbangan membawa bahan semai garam dari Bandara Halim Perdana Kusuma ke barat dan barat laut DKI Jakarta serta Jawa Barat, untuk mengurangi curah hujan.
Operasi itu untuk mengurangi curah hujan di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) sebagai bagian dari upaya penanggulangan banjir di wilayah tersebut.
"Sekarang sedang terbang dua pesawat Casa dan CN-295. Pesawat Casa membawa 800 kilogram bahan semai, dan pesawat CN-295 membawa 2,4 ton bahan semai," kata Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BBTMC-BPPT) Tri Handoko Seto kepada ANTARA di Jakarta, Jumat.
Drinya dan tim telah melakukan pertemuan persiapan operasi TMC yang dimulai pukul 07.30 WIB di Halim Perdana Kusuma, sedangkan dua pesawat yang membawa bahan semai untuk misi percepatan penurunan hujan sebelum hujan memasuki wilayah Jabodetabek itu, diterbangkan pada Jumat, sekitar pukul 10.00 WIB.
Selain persiapan peralatan, pesawat, dan personel untuk operasi TMC pada Jumat pagi ini, prediksi dan pengamatan cuaca serta awan juga dilakukan untuk melihat kondisi cuaca dan potensi awan hujan yang akan ditargetkan dalam operasi TMC itu.
"Awannya banyak tumbuh di situ jadi kita terbang ke arah barat dan barat laut daratan di DKI Jakarta dan Jawa Barat. Jadi terbang ke arah sana," ujar Seto.
Baca juga: Hujan ekstrem diramalkan hingga 15 Januari
Operasi TMC diharapkan mengurangi potensi curah hujan yang akan turun di Jabodetabek antara 30 sampai 40 persen.
"Tantangannya kita berhadapan dengan cuaca, dengan alam, dengan puncak musim hujan yang memang awalnya sangat banyak sehingga kita harus perhitungan dengan cermat," kata dia.
Selain dua sortie penerbangan pada pagi hari ini, direncanakan diterbangkan dua sortie penerbangan lagi yang mambawa bahan garam untuk pelaksanaan Operasi TMC, Jumat, sekitar pukul 14.00 WIB.
Operasi TMC untuk mempercepat penurunan hujan. Hujan ditargetkan turun sebelum memasuki wilayah Jabodetabek sehingga menanggulangi banjir di wilayah itu.
"Targetnya sampai dengan Jakarta dan sekitarnya aman dari ancaman banjir," ujar Seto.
Baca juga: Perubahan iklim tingkatkan risiko curah hujan ekstrem
Hingga saat ini, 22 ton bahan semai berupa garam telah disiapkan untuk mendukung Operasi TMC dalam rangka penanggulangan banjir di Jabodetabek.
Pelaksanaan operasi tersebut melibatkan BPPT, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Tentara Nasional Indonesia, serta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.
"Personelnya banyak total lebih dari 50 orang untuk keseluruhan," ujarnya.
Sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan ada kemungkinan terjadi intensitas curah hujan ekstrem di wilayah Indonesia bagian barat dan tengah hingga 15 Januari 2020.
"Dari data terakhir analisis kami, diperkirakan antara 5 Januari hingga 15 Januari akan ada aliran udara basah dari Samudera Hindia sebelah barat Sumatera," katanya seusai rapat koordinasi penanganan banjir Jabodetabek, Jawa Barat, dan Banten di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Jakarta, Kamis (2/1).
Ia mengatakan hal itu merupakan fenomena yang lazim. Bila terjadi pada musim kemarau, akan menjadi hujan di musim kemarau. Namun, karena terjadi pada musim hujan, maka bisa menjadi intensitas curah hujan ekstrem.
Baca juga: Hujan petir diperkirakan terjadi di Jaksel dan Jaktim Jumat sore
Baca juga: Empat penyebab cuaca ekstrem dan banjir awal tahun
Baca juga: BMKG ingatkan hujan lebat berpotensi guyur Jabodetabek sampai sepekan
Operasi itu untuk mengurangi curah hujan di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) sebagai bagian dari upaya penanggulangan banjir di wilayah tersebut.
"Sekarang sedang terbang dua pesawat Casa dan CN-295. Pesawat Casa membawa 800 kilogram bahan semai, dan pesawat CN-295 membawa 2,4 ton bahan semai," kata Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BBTMC-BPPT) Tri Handoko Seto kepada ANTARA di Jakarta, Jumat.
Drinya dan tim telah melakukan pertemuan persiapan operasi TMC yang dimulai pukul 07.30 WIB di Halim Perdana Kusuma, sedangkan dua pesawat yang membawa bahan semai untuk misi percepatan penurunan hujan sebelum hujan memasuki wilayah Jabodetabek itu, diterbangkan pada Jumat, sekitar pukul 10.00 WIB.
Selain persiapan peralatan, pesawat, dan personel untuk operasi TMC pada Jumat pagi ini, prediksi dan pengamatan cuaca serta awan juga dilakukan untuk melihat kondisi cuaca dan potensi awan hujan yang akan ditargetkan dalam operasi TMC itu.
"Awannya banyak tumbuh di situ jadi kita terbang ke arah barat dan barat laut daratan di DKI Jakarta dan Jawa Barat. Jadi terbang ke arah sana," ujar Seto.
Baca juga: Hujan ekstrem diramalkan hingga 15 Januari
Operasi TMC diharapkan mengurangi potensi curah hujan yang akan turun di Jabodetabek antara 30 sampai 40 persen.
"Tantangannya kita berhadapan dengan cuaca, dengan alam, dengan puncak musim hujan yang memang awalnya sangat banyak sehingga kita harus perhitungan dengan cermat," kata dia.
Selain dua sortie penerbangan pada pagi hari ini, direncanakan diterbangkan dua sortie penerbangan lagi yang mambawa bahan garam untuk pelaksanaan Operasi TMC, Jumat, sekitar pukul 14.00 WIB.
Operasi TMC untuk mempercepat penurunan hujan. Hujan ditargetkan turun sebelum memasuki wilayah Jabodetabek sehingga menanggulangi banjir di wilayah itu.
"Targetnya sampai dengan Jakarta dan sekitarnya aman dari ancaman banjir," ujar Seto.
Baca juga: Perubahan iklim tingkatkan risiko curah hujan ekstrem
Hingga saat ini, 22 ton bahan semai berupa garam telah disiapkan untuk mendukung Operasi TMC dalam rangka penanggulangan banjir di Jabodetabek.
Pelaksanaan operasi tersebut melibatkan BPPT, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Tentara Nasional Indonesia, serta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.
"Personelnya banyak total lebih dari 50 orang untuk keseluruhan," ujarnya.
Sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan ada kemungkinan terjadi intensitas curah hujan ekstrem di wilayah Indonesia bagian barat dan tengah hingga 15 Januari 2020.
"Dari data terakhir analisis kami, diperkirakan antara 5 Januari hingga 15 Januari akan ada aliran udara basah dari Samudera Hindia sebelah barat Sumatera," katanya seusai rapat koordinasi penanganan banjir Jabodetabek, Jawa Barat, dan Banten di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Jakarta, Kamis (2/1).
Ia mengatakan hal itu merupakan fenomena yang lazim. Bila terjadi pada musim kemarau, akan menjadi hujan di musim kemarau. Namun, karena terjadi pada musim hujan, maka bisa menjadi intensitas curah hujan ekstrem.
Baca juga: Hujan petir diperkirakan terjadi di Jaksel dan Jaktim Jumat sore
Baca juga: Empat penyebab cuaca ekstrem dan banjir awal tahun
Baca juga: BMKG ingatkan hujan lebat berpotensi guyur Jabodetabek sampai sepekan
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020
Tags: