Kulon Progo (ANTARA) - Pemerintah Daerah (Pemda) Daerah Istimewa Yogyakarta akan mengembangkan keramba raksasa untuk budi daya ikan Barramundi di tengah laut selatan, yakni di sebelah barat Pantai Depok di Kabupaten Bantul pada 2020.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DIY Budi Wibowo di Kulon Progo, Rabu, mengatakan bahwa Pemerintah Indonesia telah menjalin kerja sama dengan Norwegia, kemudian ditindaklanjuti perusahaan Sterner AS yang berkolaborasi dengan PT El Rose Brothers untuk mengembangkan bisnis budi daya perikanan (onshore fishfarming) berbasis teknologi recirculating aquaculture system (RAS) di DIY.

"Pengembangan keramba raksasa yang melakukan baru Norwegia, dan yang kedua akan dikembangkan di DIY," kata Budi Wibowo.

Ia berharap budi daya keramba raksasa berbasis teknologi recirculating aquaculture system (RAS) ada transfer pengetahuan dan teknologi, sehingga menyejahterakan nelayan di DIY, khususnya di Kabupaten Gunung Kidul, Bantul, dan Kulon Progo.

Baca juga: Edhy Prabowo kaji solusi terkait pencemaran di Danau Toba

"Semoga nelayan DIY bisa belajar proses budi daya ikan di tengah laut. Ini satu teknologi baru yang sukses dikembangkan di Norwegia dengan baik, mudah-mudahan di DIY juga sukses dengan baik," katanya.

Budi Wibowo meyakini potensi sumber daya laut yang ada di pantai selatan wilayah DIY belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu, tiga kabupaten dan Pemda DIY harus bersiap diri dengan program mengawal nelayan menjadi nelayan tangguh.

"Dengan demikian potensi sumber daya alam bisa dipasarkan di berbagai negara. Ikan laut yang ada di pantai selatan itu sangat mahal harganya, seperti ikan tuna," katanya.

Dia mengatakan ikan tuna dengan jarak tangkap di atas 30 mil laut sangat banyak. Harga tuna di "Tsukiji Market" sangat luar biasa. "Ikan tuna berbagai jenis di sana, ada di DIY," katanya.

Potensi ikan pantai selatan DIY ini didukung keberadaan Bandara Internasional Yogyakarta untuk ekspor ke berbagai negara di duni sehingga sekarang tidak ada orang bicara bahwa akses di DIY sulit. Semua infrastruktur mulai dibangun secara besar-besaran.

"Sekarang yang ditantang adalah ASN di DIY untuk memanfaatkan peluang di seluruh lini sektor," katanya.
Baca juga: KKP bahas persoalan keramba jaring apung lepas pantai Perinus