Ledakan terjadi di tengah kondisi yang tidak aman di negara Tanduk Afrika tersebut.
Setelah suara ledakan dahsyat di pos pemeriksaan Ex-Control di Mogadishu muncul, Sabdow Ali (55) yang tinggal di dekat lokasi itu mengatakan kepada Reuters melalui telepon bahwa ia keluar dari rumahnya dan menghitung sedikitnya 13 orang tewas.
"Puluhan orang yang terluka berteriak meminta bantuan, namun polisi langsung melepaskan tembakan dan saya langsung kembali pulang ke rumah," katanya.
Korban luka dibawa ke Rumah Sakit Medina, tempat wartawan Reuters menyaksikan puluhan orang tiba dengan ambulans dari lokasi kejadian.
Berbicara kepada awak media di lokasi ledakan, Wali Kota Mogadishu Omar Muhamoud menyebutkan pemerintah memastikan sedikitnya 90 warga sipil, kebanyakan pelajar, terluka akibat ledakan.
Belum ada pihak yang menyatakan bertanggung jawab atas ledakan tersebut, namun kelompok al Shabaab yang terkait al-Qaida dan berniat menggulingkan pemerintah dukungan PBB, kerap melancarkan serangan semacam itu.
Polisi tak dapat dihubungi untuk dimintai informasi mengenai jumlah korban. Otoritas pemerintah mengatakan kepada personel medis untuk tidak menyebutkan jumlah tersebut seperti yang mereka lakukan sebelumnya. Wartawan juga dilarang mendatangi lokasi serangan.
Somalia terpecah oleh konflik bersenjata sejak 1991, ketika panglima perang berbasis klan menggulingkan diktator Siad Barre, dan kemudian saling berperang.
Sumber: Reuters
Baca juga: 10 polisi Kenya tewas terkena bom di perbatasan Somalia
Baca juga: Wali Kota Mogadishu meninggal saat jalani perawatan lukanya di Qatar