Palembang (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Selatan memperbanyak sebaran kamera perangkap (trap) dan "box trap" untuk mengidentifikasi keberadaan harimau di lokasi-lokasi serangan harimau yang menewaskan warga.

Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel, Genman Suhefti Hasibuan, Sabtu, di Palembang mengatakan timnya bersama pegiat konservasi harimau dan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) telah memasang enam kamera perangkap di enam lokasi.

"Secara keseluruhan posisi harimau di lokasi-lokasi serangan belum teridentifikasi penuh, kami hanya mengindikasikan bahwa wilayah-wilayah itu masuk jelajah harimau, sebab jika serangan terjadi di hutan lindung itu wewenang KPH, BKSDA wewenanganya wilayah konservasi," katanya.

Dalam catatan BKSDA Sumsel dalam dua bulan terakhir, serangan harimau pertama terjadi di Tugu Rimau Gunung Dempo pada 16 November 2019 yang mengakibatkan seorang wisatawan bernama Irfan (19) terluka, lalu serangan kedua pada 17 November 2019 di Desa Pulau Panas Kabupaten Lahat yang mengakibatkan seorang petani bernama Kuswanto (58) tewas.

Kemudian serangan ketiga pada 2 Desember 2019 di Desa Rimba Candi Kota Pagaralam mengakibatkan seorang petani terluka, di lokasi tersebut warga juga melihat seekor anak harimau.

Serangan keempat menewaskan Mustadi (55), warga Desa Pajar Bulan, Kecamatan Semendo Darat Ulu, Kabupaten Muaraenim pada 12 Desember 2019, dan serangan kelima menewaskan Suwadi (60), warga Kecamatan Mulak Ulu Kabupaen Lahat Sumatera Selatan pada 22 Desember 2019.

Serangan keenam dan paling terbaru pada 27 Desember 2018 terjadi di Kecamatan Panang Enim, Kabupaten Muara Enim yang menewaskan seorang wanita bernama Sulis (30).

Lima serangan pada rentang 16 November - 22 Desember terjadi di kawasan hutan lindung, sedangkan serangan terbaru di Kecamatan Panang Enim masih diperiksa terkait lokasi di dalam atau di luar hutan lindung.

Kamera perangkap juga dipasang di lokasi yang dilaporkan terdapat kemunculan harimau, seperti di Desa Muara Dua Kecamatan Semendo Dempo Laut Kabupaten Muara Enim.

"Di Desa Muara Dua, kami memasang empat kamera trap dan 1 box trap usai laporan yang melihat adanya harimau di perkebunan warga ," tambah Genman.

Ia mengatakan kamera perangkap tidak serta merta dapat menghalau harimau, namun hasil rekaman kamera trap dapat digunakan untuk menentukan langkah konservasi terhadap harimau agar konflik segera diselesaikan.

Sayangnya dari kamera perangkap yang telah terpasang belum ada individu harimau yang berhasil terekam, hasil rekaman hanya mendapati aktifitas satwa yang menjadi mangsa harimau seperti babi hutan.

"Kalau babi hutan berkeliaran di sekitar kamera trap, artinya posisi harimau sudah menjauh dari wilayah itu," katanya.

Selain kamera prangkap yang sudah dipasang, BKSDA masih akan memasang sekitar tujuh kamera trap di beberapa lokasi yang diharapkan dapat dijumpai harimau.

"Kami masih berkoordinasi dengan pegiat konservasi harimau terkait pencarian lokasi yang tepat agar citra individu harimau bisa didapatkan," demikian Genman Suhefti Hasibua.

Baca juga: Lagi, warga Muara Enim tewas diduga diserang harimau

Baca juga: BKSDA Sumatera Selatan pasang spanduk peringatan bahaya binatang buas

Baca juga: Gubernur Sumsel laporkan konflik harimau ke Menteri Lingkungan Hidup