Warga Bantul sebut aparat berseliweran sebelum tangkap terduga teroris
26 Desember 2019 18:58 WIB
Jalan Cendrawasih Dusun Wonocatur, Banguntapan, Bantul, DIY. Lokasi penangkapan terduga teroris oleh Tim Densus 88 dilakukan di depan mobil ambulans tersebut atau depan Mushala At Muttaqin (Foto ANTARA/Hery Sidik)
Bantul (ANTARA) - Sejumlah warga di Dusun Wonocatur, Desa Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta menyebutkan banyak aparat kepolisian yang menyamar berseliweran di daerah tersebut, sebelum ada peristiwa penangkapan seorang terduga teroris pada Rabu (25/12) malam.
"Orang-orang dengan perawakan tegap banyak ngumpul sejak kemarin (Rabu, 25/12) sore, mereka seperti preman," kata Jonathan yang dibenarkan beberapa warga lainnya, saat ditemui di dekat rumahnya Jalan Cendrawasih, Dusun Wonocatur, Banguntapan Bantul, Kamis.
Menurut dia, banyaknya aparat tidak berseragam yang berlalu lalang di kompleks permukiman penduduk tersebut tidak seperti pada hari-hari biasanya, namun warga tidak menyangka mereka akan melakukan penangkapan seorang pria yang bekerja sebagai buruh bangunan di wilayah setempat.
Pada Rabu (25/12) sehabis waktu Shalat Maghrib atau sekitar pukul 18.30 WIB, Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Mabes Polri menyergap seorang pria yang diduga terlibat jaringan teroris saat melintas dengan sepeda motor di depan Mushala At Muttaqin Jalan Cendrawasih Wonocatur.
"Mungkin sudah ngintel sejak lama, dan ketika keluar malam ditangkap. Kalau warga sini tidak tahu semua, tidak tahu apa-apa, tahu-tahu ada ribut-ribut semalem. Sepertinya Densus sudah nyamar semua," katanya pula.
Baca juga: Terduga teroris ditangkap Densus di Bantul warga Gunung Kidul
Menurut dia, usai penangkapan seorang pria tersebut, banyak warga setempat keluar rumah dan memperbincangkan soal penangkapan yang berlangsung dengan cepat dan tiba-tiba tersebut, beberapa warga di antaranya meyakini bahwa yang menyergap itu adalah Tim Densus 88 yang tidak berseragam.
"Polisi pada nyebar semua, mereka tidak pakai seragam lengkap, habis Maghrib tidak mengira ada sesuatu ribut-ribut di dekat mushala, kalau kronologis sebenarnya tidak tahu. Warga sini tidak ada yang kenal, dia bukan penduduk sini juga, katanya bekerja di situ," katanya pula.
Sementara itu, Bu Kiki, warga yang rumahnya di depan tempat bekerja pria tersebut mengatakan bahwa pria itu bekerja sebagai tukang pasang plafon di rumah milik warga Gunung Kidul. Pria itu bersama dua rekannya sudah bekerja selama tiga hari di rumah yang masih dalam proses pembangunan tersebut.
"Yang kerja itu tiga orang, dua orang pulang terakhir, tetapi yang duluan pulang itu ditangkap di depan mushala sana, mereka baru tiga hari ini masang plafon," kata Kiki yang saat itu melihat langsung peristiwa penangkapan karena kebetulan berada di belakang pria itu.
Sepengetahuan dia, tiga orang termasuk dua rekannya tersebut merupakan warga Wonosari, Gunung Kidul, dan sesudah bekerja langsung meninggalkan tempat kerja dengan sepeda motor dan tidak menginap atau mengontrak di sekitar Wonocatur Banguntapan.
"Kebetulan kemarin itu pompa air rumah mati, nah dibenerin mereka bertiga, makanya sampai habis Maghrib, kebetulan saat itu saya mau pergi, jadi sempat pamit mau pulang ke Wonosari," kata Kiki lagi.
Baca juga: Densus 88 tangkap seorang pria terduga teroris di Wonocatur Bantul
"Orang-orang dengan perawakan tegap banyak ngumpul sejak kemarin (Rabu, 25/12) sore, mereka seperti preman," kata Jonathan yang dibenarkan beberapa warga lainnya, saat ditemui di dekat rumahnya Jalan Cendrawasih, Dusun Wonocatur, Banguntapan Bantul, Kamis.
Menurut dia, banyaknya aparat tidak berseragam yang berlalu lalang di kompleks permukiman penduduk tersebut tidak seperti pada hari-hari biasanya, namun warga tidak menyangka mereka akan melakukan penangkapan seorang pria yang bekerja sebagai buruh bangunan di wilayah setempat.
Pada Rabu (25/12) sehabis waktu Shalat Maghrib atau sekitar pukul 18.30 WIB, Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Mabes Polri menyergap seorang pria yang diduga terlibat jaringan teroris saat melintas dengan sepeda motor di depan Mushala At Muttaqin Jalan Cendrawasih Wonocatur.
"Mungkin sudah ngintel sejak lama, dan ketika keluar malam ditangkap. Kalau warga sini tidak tahu semua, tidak tahu apa-apa, tahu-tahu ada ribut-ribut semalem. Sepertinya Densus sudah nyamar semua," katanya pula.
Baca juga: Terduga teroris ditangkap Densus di Bantul warga Gunung Kidul
Menurut dia, usai penangkapan seorang pria tersebut, banyak warga setempat keluar rumah dan memperbincangkan soal penangkapan yang berlangsung dengan cepat dan tiba-tiba tersebut, beberapa warga di antaranya meyakini bahwa yang menyergap itu adalah Tim Densus 88 yang tidak berseragam.
"Polisi pada nyebar semua, mereka tidak pakai seragam lengkap, habis Maghrib tidak mengira ada sesuatu ribut-ribut di dekat mushala, kalau kronologis sebenarnya tidak tahu. Warga sini tidak ada yang kenal, dia bukan penduduk sini juga, katanya bekerja di situ," katanya pula.
Sementara itu, Bu Kiki, warga yang rumahnya di depan tempat bekerja pria tersebut mengatakan bahwa pria itu bekerja sebagai tukang pasang plafon di rumah milik warga Gunung Kidul. Pria itu bersama dua rekannya sudah bekerja selama tiga hari di rumah yang masih dalam proses pembangunan tersebut.
"Yang kerja itu tiga orang, dua orang pulang terakhir, tetapi yang duluan pulang itu ditangkap di depan mushala sana, mereka baru tiga hari ini masang plafon," kata Kiki yang saat itu melihat langsung peristiwa penangkapan karena kebetulan berada di belakang pria itu.
Sepengetahuan dia, tiga orang termasuk dua rekannya tersebut merupakan warga Wonosari, Gunung Kidul, dan sesudah bekerja langsung meninggalkan tempat kerja dengan sepeda motor dan tidak menginap atau mengontrak di sekitar Wonocatur Banguntapan.
"Kebetulan kemarin itu pompa air rumah mati, nah dibenerin mereka bertiga, makanya sampai habis Maghrib, kebetulan saat itu saya mau pergi, jadi sempat pamit mau pulang ke Wonosari," kata Kiki lagi.
Baca juga: Densus 88 tangkap seorang pria terduga teroris di Wonocatur Bantul
Pewarta: Hery Sidik
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019
Tags: