Pengamatan GMC di BMKG Denpasar gunakan teleskop berfilter khusus
26 Desember 2019 17:08 WIB
Petugas melakukan pengamatan gerhana matahari di Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah 3 Denpasar, Bali, Kamis (26/12/2019). (FOTO ANTARA/Fikri Yusuf)
Badung, Bali (ANTARA) - Petugas Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar melakukan pengamatan gerhana matahari cincin (GMC) menggunakan alat teleskop dengan filter khusus di lantai atas Kantor BBMKG Wilayah 3 Denpasar, Bali.
"Kami mengamati peristiwa gerhana matahari yang terjadi selama 3 jam 22 menit yang kontak pertamanya terjadi pada pukul 12.15 WITA hingga pukul 15.36 WITA dengan puncak gerhana terjadi pukul 14.03 WITA," ujar Kepala Kantor BMKG Stasiun Geofisika Sanglah, Denpasar, Ikhsan, di Badung, Bali, Kamis.
Ia menjelaskan, untuk wilayah Pulau Bali peristiwa gerhana matahari terlihat sebagian atau parsial dengan magnitudo 68,4 persen atau hanya 68,4 persen bagian matahari yang tertutup.
Selain pengamatan oleh petugas, sejumlah warga juga tampak mendatangi kantor BMKG untuk bersama-sama petugas melakukan pengamatan.
Mereka mengamati gerhana tidak hanya dengan menggunakan teleskop yang telah diberikan filter khusus oleh petugas, namun juga menggunakan sejumlah alat bantu filter lain seperti kaca las berwarna gelap yang dibawa sendiri oleh warga.
Ikhsan mengatakan, masyarakat memang dapat melakukan pengamatan proses gerhana matahari secara langsung. Namun, hal yang perlu diperhatikan adalah untuk melakukan pengamatan gerhana matahari tidak boleh dilakukan tanpa alat bantu karena dapat menyebabkan kerusakan mata hingga kebutaan.
"Oleh karena itu kami memang mengimbau masyarakat agar menggunakan kacamata khusus matahari atau menggunakan teleskop yang dilengkapi dengan filter matahari, seperti filter Neutral Density 5 (ND-5) untuk mengamati peristiwa gerhana matahari ini," ujarnya.
Seorang warga, Agnes Leo Widyastuti mengaku, dirinya sengaja datang ke kantor BMKG untuk mengamati gerhana matahari secara langsung karena sebelumnya melihat informasi di media sosial.
"Saya memang tertarik dengan dunia astronomi, apalagi ini juga fenomena yang langka. Dan ternyata mataharinya meskipun hanya gerhana matahari parsial tetap kelihatan indah sekali," katanya.
Gerhana matahari cincin 2019 melewati tujuh provinsi di Indonesia, yaitu Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Timur.
Sedangkan untuk daerah lainnya termasuk di wilayah Bali, juga bisa mengamati gerhana matahari cincin berupa gerhana matahari sebagian dengan magnitudo gerhana bervariasi.
Baca juga: Indonesia akan melihat gerhana matahari lagi pada 2023
Baca juga: Pengunjung PP IPTEK TMII melonjak saat gerhana matahari cincin
Baca juga: Gunakan kacamata khusus, warga saksikan gerhana di Pantai Losari
"Kami mengamati peristiwa gerhana matahari yang terjadi selama 3 jam 22 menit yang kontak pertamanya terjadi pada pukul 12.15 WITA hingga pukul 15.36 WITA dengan puncak gerhana terjadi pukul 14.03 WITA," ujar Kepala Kantor BMKG Stasiun Geofisika Sanglah, Denpasar, Ikhsan, di Badung, Bali, Kamis.
Ia menjelaskan, untuk wilayah Pulau Bali peristiwa gerhana matahari terlihat sebagian atau parsial dengan magnitudo 68,4 persen atau hanya 68,4 persen bagian matahari yang tertutup.
Selain pengamatan oleh petugas, sejumlah warga juga tampak mendatangi kantor BMKG untuk bersama-sama petugas melakukan pengamatan.
Mereka mengamati gerhana tidak hanya dengan menggunakan teleskop yang telah diberikan filter khusus oleh petugas, namun juga menggunakan sejumlah alat bantu filter lain seperti kaca las berwarna gelap yang dibawa sendiri oleh warga.
Ikhsan mengatakan, masyarakat memang dapat melakukan pengamatan proses gerhana matahari secara langsung. Namun, hal yang perlu diperhatikan adalah untuk melakukan pengamatan gerhana matahari tidak boleh dilakukan tanpa alat bantu karena dapat menyebabkan kerusakan mata hingga kebutaan.
"Oleh karena itu kami memang mengimbau masyarakat agar menggunakan kacamata khusus matahari atau menggunakan teleskop yang dilengkapi dengan filter matahari, seperti filter Neutral Density 5 (ND-5) untuk mengamati peristiwa gerhana matahari ini," ujarnya.
Seorang warga, Agnes Leo Widyastuti mengaku, dirinya sengaja datang ke kantor BMKG untuk mengamati gerhana matahari secara langsung karena sebelumnya melihat informasi di media sosial.
"Saya memang tertarik dengan dunia astronomi, apalagi ini juga fenomena yang langka. Dan ternyata mataharinya meskipun hanya gerhana matahari parsial tetap kelihatan indah sekali," katanya.
Gerhana matahari cincin 2019 melewati tujuh provinsi di Indonesia, yaitu Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Timur.
Sedangkan untuk daerah lainnya termasuk di wilayah Bali, juga bisa mengamati gerhana matahari cincin berupa gerhana matahari sebagian dengan magnitudo gerhana bervariasi.
Baca juga: Indonesia akan melihat gerhana matahari lagi pada 2023
Baca juga: Pengunjung PP IPTEK TMII melonjak saat gerhana matahari cincin
Baca juga: Gunakan kacamata khusus, warga saksikan gerhana di Pantai Losari
Pewarta: Naufal Fikri Yusuf
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019
Tags: