Parigi (ANTARA) - Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah menargetkan luas lahan peremajaan tanaman kakao sekitar 400 hektare guna mendukung peningkatan produksi.

"400 hektar target tahun ini karena kondisi tanaman komoditas kakao milik petani sudah banyak mengalami penuaan sehingga berpengaruh terhadap produksi, " ujar Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Parigi Moutong Nelson Metubun di Parigi, Senin.

Komoditas kakao di kabupaten itu masih menjadi andalan petani pada sektor perkebunan karena hargannya yang masih tinggi, sementara banyak tanaman petani sudah berumur sehingga sulit berproduksi.

Dia menjelaskan, tingginya minat petani memproduksi kakao terlihat dengan jumlah mereka yang cukup banyak sekitar 38.114 petani tersebar di 23 kecamatan di kabupaten tersebut.

"Itu artinya kakao masih menjadi sumber mata pencaharian masyarakat pada sub sektor perkebunan, selain tanaman kelapa, " ujar Nelson.

Mengacu data dari instansi terkait pada 2018, tanaman belum menghasilkan atau masih muda khusus kakao seluas 8.974 hektare, sedangkan tanaman menghasilkan atau produktif sekitar 42.266 hektare dan tanaman rusak 17.301 hektare dengan rata-rata produktivitas sebanyak 607 kilogram per hektare.

"Kita masih mengacu data 2018, karena target peremajaan masih sama belum ada perubahan. Di tahun yang sama produksi kakao mencapai 69.704 ton per tahun" kata Nelson menambahkan.

Sebelumnya, Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola meminta Kementerian Pertanian agar memperhatikan kondisi kakao di daerahnya sebab lima tahun terakhir pemerintah pusat belum menyentuh petani komoditas tersebut.

Menurut Gubernur, banyak kakao petani saat ini sudah mulai tua sehingga tidak mampu berproduksi maksimal, salah satunya Parigi Moutong yang merupakan kabupaten potensial di sektor pertanian dan perkebunan.

"Saya sudah sampaikan keluhan-keluhan petani kakao kepada pemerintah pusat agar bisa ditindak lanjuti," katanya.

Sulawesi Tengah memiliki potensi perkebunan kakao yang cukup besar dan selama ini merupakan daerah penghasil komoditi kakao terbesar di Tanah Air. Bahkan era 90-an, kakao merupakan komoditi primadona ekspor non-migas Sulawesi Tengah yang memberikan kontribusi besar bagi perolehan devisa ekspor di daerah itu.



Baca juga: Petani kakao diingatkan waspada penyakit busuk buah saat musim hujan
Baca juga: Kementan siapkan kemudahan ekspor kakao olahan
Baca juga: Kabupaten Jembrana miliki desa devisa sektor kakao