Jakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi dari Tim Indonesia Bangkit, Icshanudin Noorsy memprediksi politik anggaran pada APBN 2009 akan memperburuk penyakit ekonomi yakni pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan sosial. "APBN 2009 akan gagal mengurangi pengangguran yang menjadi fokus pemerintah saat ini. Masalahnya lapangan kerja yang tersedia nanti justru untuk tenaga kerja asing karena dananya berasal dari pinjaman program sebesar Rp26 triliun," kata Noorsy, di Jakarta, Jumat. Ia mengatakan dana yang digunakan untuk membuka lapangan kerja asing tersebut merupakan 50 persen lebih dari jumlah penarikan pinjaman. Selain itu, ia menilai besarnya anggaran belanja pemerintah pusat sebesar Rp716,376 triliun dan transfer ke daerah sebesar Rp320,69 triliun lebih banyak digunakan untuk biaya birokrasi. "Memang ada belanja yang menawarkan lapangan kerja, tapi jumlahnya tidak memadai dibanding dengan gelombang PHK," ujar Noorsy. Menurut dia, alasan tersebut yang kemudian digunakan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dan pengusaha meminta pemerintah untuk meningkatkan belanja yang mampu membuka lapangan kerja lebih banyak. Menciutnya kredit perbankan pada tahun 2009 ini, ujar dia, akan semakin memperparah gelombang PHK. Lebih lanjut, pengamat ekonomi asal UGM ini mengatakan satu-satunya harapan adalah belanja politik dan konsumsi masyarakat. Namun masalahnya belanja konsumsi masyarakat akan kecil karena sebatas untuk bertahan hidup. Noorsy menjelaskan bahwa sebenarnya begitu banyak jalan keluar bagi pemerintah. Situasi krisis kali ini sebenarnya dapat membenarkan lahirnya kebijakan yang melindungi kepentingan ekonomi nasional. "Sebagaimana Presiden Amerika terpilih yang merancang dan menyiapkan kebijakan yang melindungi perekonomian negara tersebut guna mengatasi 4,5 juta pengangguran dan melemahnya perekonomian mereka," kata Noorsy. Sayangnya, menurut dia, pemerintah Indonesia terlalu takut membela kepentingan nasional dan enggan berpihak pada rakyat. "Kita tetap lebih senang disebut sebagai `good boy` oleh lembaga-lembaga multilateral dan Washington. Kondisi inilah yang sebenarnya membahagiakan pihak asing," tambah dia. Oleh karena itu, menurut dia, Pemilu 2009 tidak akan membawa perubahan mendasar bagi paradigma ekonomi Indonesia. Artinya tiga penyakit ekonomi klasik tadi justru akan menjadi semakin kronis.(*)