Jakarta (ANTARA) - PT Antam Tbk memperkirakan ekspor bijih nikel pada tahun ini sesuai dengan target dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan menjelang pelarangan ekspor barang tambang tersebut pada 2020.

"Ekspor nikel untuk tahun depan sudah tidak boleh lagi, namun untuk tahun ini ekspor diperkirakan sesuai dengan yang ditargetkan dalam RKAP, sekitar lebih lima juta ton lebih," ujar Direktur Niaga Antam Aprilandi Hidayat Setia di Jakarta, Kamis.

Aprilandi mengatakan bahwa produksi bijih nikel akan ditujukan bagi kebutuhan pabrik-pabrik milik Antam. "Kalau untuk bijih nikel akan difokuskan ke pabrik Antam di Pomalaa maupun Halmahera," katanya.

Baca juga: Ekspor nikel dilarang, Antam fokus hilirisasi pada 2020

Sejalan dengan komitmen Perusahaan untuk melakukan hilirisasi, saat ini Antam berfokus pada percepatan proyek hilir,antara lain Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel Halmahera timur (P3FH) dengan kapasitas produksi sebesar 13.500 ton nikel dalam feronikel (Tni).

Konstruksi Pabrik Feronikel Halmahera timur ditargetkan memasuki fase commisioning pada 2020. Hingga periode September 2019, realisasi konstruksi proyek telah mencapai 98 persen.

Baca juga: Direksi baru Antam dapat sejumlah mandat dari MIND ID

Sedangkan proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) yang bersinergi dengan PT Inalum (Persero) dengan kapasitas pengolahan sebesar satu juta ton SGA per tahun.

Hingga September 2019, Antam mencatatkan kinerja keuangan yang tetap solid didukung peningkatan performa produksi dan penjualan serta tren positif harga komoditas. Penjualan bersih pada September 2019 tercatat sebesar Rp24,54 triliun tumbuh signifikan sebesar 23 persen dibandingkan periode sembilan bulan pertama tahun 2018.

Pertumbuhan positif kinerja operasi dan penjualan komoditas utama pada September 2019 juga tercermin pada capaian volume produksi feronikel yang mencapai 19.052 TNi dan penjualan feronikel tercatat sebesar 19.703 TNI atau naik sebesar tiga persen dibandingkan periode yang sama tahun 2018.

Sementara itu, untuk produksi bijih nikel tercatat sebesar 7,40 juta wmt atau naik sebesar 14 persen dibandingkan periode sembilan bulan pertama tahun 2018. Untuk volume penjualan bijih nikel tercatat sebesar 5,50 juta wmt atau naik 34 persen dibandingkan dengan volume penjualan pada periode yang sama tahun 2018.

Baca juga: RUPSLB Antam ganti komisaris utama dan tiga direksi