WALHI ingatkan pekerjaan rumah Indonesia jelang Paris Agreement
19 Desember 2019 16:07 WIB
Direktur Eksekutif WALHI Nasional Nur Hidayati (kedua kanan) dalam konferensi pers terkait hasil Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim ke-25 PBB di Kantor Eksekutif WALHI di Jakarta, Kamis (19/12/2019). (ANTARA/Prisca Triferna)
Jakarta (ANTARA) - Indonesia masih punya pekerjaan rumah upaya penurunan emisi gas rumah kaca jelang implementasi Perjanjian Paris (Paris Agreement) yang akan dilakukan pada Januari 2021, menurut Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Nasional Nur Hidayati.
"Ini sebenarnya 2019 adalah tahun terakhir jelang 2020 di mana tahun awal komitmen NDC, rencana mitigasi dan adaptasi dari 2020 sampai 2030. Kalau kita lihat trennya sampai hari ini akan menjadi PR besar apakah benar-benar kita bisa mengimplementasikan komitmen dari NDC tersebut di 2020," ujar Nur Hidayati menjelaskan pekerjaan rumah (PR) dari Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia dalam konferensi pers Pesan Akhir Tahun untuk Perubahan Iklim di kantor WALHI, Jakarta, Kamis.
Baca juga: WALHI berharap Indonesia jadi pemimpin dalam upaya penurunan emisi
Lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang lingkungan itu mengharapkan agar pemerintah Indonesia gencar melakukan langkah signifikan untuk memenuhi komitmen dari NDC Indonesia.
Indonesia sendiri sudah meratifikasi Perjanjian Paris untuk mereduksi emisi karbon dioksida (CO2) dengan Undang-Undang Nomor 16 tahun 2016 dan memiliki komitmen NDC dengan target penurunan gas rumah kaca sebesar 29 persen berdasarkan skenario business as usual (BAU) dengan upaya sendiri atau 41 persen jika mendapatkan bantuan internasional.
Baca juga: "Hantu" ekonomi hijau dan pesan dari Madrid
Nur Hidayati menyayangkan bagaimana negara-negara yang mengikuti Konferensi Perubahan Iklim PBB COP25 yang diadakan di Madrid, Spanyol, pada 2 hingga 13 Desember lalu, termasuk negara yang masuk dalam kategori maju tidak menunjukkan ambisi untuk meningkatkan target penurunan emisi dalam NDC mereka.
"Negara-negara maju juga tidak menunjukkan ambisi untuk meningkatkan NDC. Sehingga dalam kondisi saat ini memang dari komitmen semua negara yang ada itu tidak akan mungkin dicapai target menekan kenaikan temperatur bumi hanya sampai 1,5 derajat Celcius, jadi kemungkinan akan melaju terus naiknya sampai di atas 3 bahkan sampai 4 derajat Celcius," ujar dia.
Hasil itu tentu saja bagi Indonesia, yang secara langsung akan terkena dampak akibat dari perubahan iklim seperti kenaikan permukaan laut, perlu ditindaklanjuti secara serius, ujar dia.
Baca juga: EU ketuk palu netralitas iklim 2050, Polandia keluar dari komitmen
"Ini sebenarnya 2019 adalah tahun terakhir jelang 2020 di mana tahun awal komitmen NDC, rencana mitigasi dan adaptasi dari 2020 sampai 2030. Kalau kita lihat trennya sampai hari ini akan menjadi PR besar apakah benar-benar kita bisa mengimplementasikan komitmen dari NDC tersebut di 2020," ujar Nur Hidayati menjelaskan pekerjaan rumah (PR) dari Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia dalam konferensi pers Pesan Akhir Tahun untuk Perubahan Iklim di kantor WALHI, Jakarta, Kamis.
Baca juga: WALHI berharap Indonesia jadi pemimpin dalam upaya penurunan emisi
Lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang lingkungan itu mengharapkan agar pemerintah Indonesia gencar melakukan langkah signifikan untuk memenuhi komitmen dari NDC Indonesia.
Indonesia sendiri sudah meratifikasi Perjanjian Paris untuk mereduksi emisi karbon dioksida (CO2) dengan Undang-Undang Nomor 16 tahun 2016 dan memiliki komitmen NDC dengan target penurunan gas rumah kaca sebesar 29 persen berdasarkan skenario business as usual (BAU) dengan upaya sendiri atau 41 persen jika mendapatkan bantuan internasional.
Baca juga: "Hantu" ekonomi hijau dan pesan dari Madrid
Nur Hidayati menyayangkan bagaimana negara-negara yang mengikuti Konferensi Perubahan Iklim PBB COP25 yang diadakan di Madrid, Spanyol, pada 2 hingga 13 Desember lalu, termasuk negara yang masuk dalam kategori maju tidak menunjukkan ambisi untuk meningkatkan target penurunan emisi dalam NDC mereka.
"Negara-negara maju juga tidak menunjukkan ambisi untuk meningkatkan NDC. Sehingga dalam kondisi saat ini memang dari komitmen semua negara yang ada itu tidak akan mungkin dicapai target menekan kenaikan temperatur bumi hanya sampai 1,5 derajat Celcius, jadi kemungkinan akan melaju terus naiknya sampai di atas 3 bahkan sampai 4 derajat Celcius," ujar dia.
Hasil itu tentu saja bagi Indonesia, yang secara langsung akan terkena dampak akibat dari perubahan iklim seperti kenaikan permukaan laut, perlu ditindaklanjuti secara serius, ujar dia.
Baca juga: EU ketuk palu netralitas iklim 2050, Polandia keluar dari komitmen
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2019
Tags: