TNC himpun data bantu KKP buat aturan tangkap kakap dan kerapu
18 Desember 2019 21:26 WIB
Ilustrasi - Proyek Perbaikan Usaha Perikanan (Fisheries Improvement Project/FIP) Kakap dan Kerapu Laut digalakkan pihak pemerintah dan swasta. (TNC Indonesia)
Jakarta (ANTARA) - The Nature Conservancy (TNC) Indonesia menghimpun data spesies dan panjang kakap dan kerapu untuk membantu Kementerian Kelautan dan Perikanan membuat aturan tangkap ikan-ikan demersal itu.
“Sebagai pemilik mega biodiversity, itu berkah sekaligus kutukan, karena ada tuntutan untuk mampu mengelolanya dengan baik,” kata Senior Technical Manager for Fisheries TNC Indonesia Glaudy Perdanahardia dalam media workshop di Jakarta, Rabu.
Butuh data dan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara nasional maupun global untuk dapat digunakan mengelola sumber daya secara berkelanjutan, ujar dia.
TNC, kata Glaudy, melakukan sistem pencatatan data kakap, kerapu, kuwe, lencam yang dilakukan oleh nelayan langsung. Jumlah yang diambil memenuhi standar statistik.
Data spesies dan panjang ikan tersebut, menurut dia, lalu dianalisis guna mengetahui status ikan jenis kakap, kerapu, kuwe hingga lencam tersebut. Ternyata ada seratusan spesies ikan demersal, dan kakap hingga kerapu menjadi ikan yang sering tertangkap nelayan.
“Aturan idealnya ikan boleh ditangkap setelah satu kali berpijah. Itu bisa dilihat dari panjangnya juga,” ujar dia.
Baca juga: TNC gelar pertemuan selamatkan kelangsungan ikan kakap dan kerapu
Pengumpulan data sudah dimulai sejak 2015 dan digunakan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk menyusun rencana perikanan tangkap khusus untuk kakap dan kerapu.
Total ekspor kakap dan kerapu Indonesia hampir sama dengan kuota China. Jumlah dua ikan demersal tersebut termasuk 10 besar yang ditangkap di Indonesia.
“Penangkapan berlebih terjadi, karena nahkoda dan nelayan sudah tahu lokasi kakap dan kerapu sehingga mudah ditangkap. Selain itu tingkat kematiannya cukup tinggi,” lanjutnya.
Baca juga: TNC Indonesia gandeng swasta perbaiki usaha perikanan
Itu menjadi alasan perlu dibuatkan aturan untuk mengendalikan penangkapan spesies ikan-ikan demersal tersebut. Dengan ada aturan tangkap, menurut dia, akan lebih mudah mengelola sumber daya perikanan, khususnya kakap dan kerapu.
Baca juga: Dekat ibu kota baru, TNC sarankan kajian wisata berkelanjutan Derawan
“Sebagai pemilik mega biodiversity, itu berkah sekaligus kutukan, karena ada tuntutan untuk mampu mengelolanya dengan baik,” kata Senior Technical Manager for Fisheries TNC Indonesia Glaudy Perdanahardia dalam media workshop di Jakarta, Rabu.
Butuh data dan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara nasional maupun global untuk dapat digunakan mengelola sumber daya secara berkelanjutan, ujar dia.
TNC, kata Glaudy, melakukan sistem pencatatan data kakap, kerapu, kuwe, lencam yang dilakukan oleh nelayan langsung. Jumlah yang diambil memenuhi standar statistik.
Data spesies dan panjang ikan tersebut, menurut dia, lalu dianalisis guna mengetahui status ikan jenis kakap, kerapu, kuwe hingga lencam tersebut. Ternyata ada seratusan spesies ikan demersal, dan kakap hingga kerapu menjadi ikan yang sering tertangkap nelayan.
“Aturan idealnya ikan boleh ditangkap setelah satu kali berpijah. Itu bisa dilihat dari panjangnya juga,” ujar dia.
Baca juga: TNC gelar pertemuan selamatkan kelangsungan ikan kakap dan kerapu
Pengumpulan data sudah dimulai sejak 2015 dan digunakan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk menyusun rencana perikanan tangkap khusus untuk kakap dan kerapu.
Total ekspor kakap dan kerapu Indonesia hampir sama dengan kuota China. Jumlah dua ikan demersal tersebut termasuk 10 besar yang ditangkap di Indonesia.
“Penangkapan berlebih terjadi, karena nahkoda dan nelayan sudah tahu lokasi kakap dan kerapu sehingga mudah ditangkap. Selain itu tingkat kematiannya cukup tinggi,” lanjutnya.
Baca juga: TNC Indonesia gandeng swasta perbaiki usaha perikanan
Itu menjadi alasan perlu dibuatkan aturan untuk mengendalikan penangkapan spesies ikan-ikan demersal tersebut. Dengan ada aturan tangkap, menurut dia, akan lebih mudah mengelola sumber daya perikanan, khususnya kakap dan kerapu.
Baca juga: Dekat ibu kota baru, TNC sarankan kajian wisata berkelanjutan Derawan
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019
Tags: