"Kereta Api Terakhir" jadi film keempat yang direstorasi Kemendikbud
18 Desember 2019 16:40 WIB
Jumpa pers restorasi film "Kereta Api Terakhir" yang dihadiri oleh (Kiri-Kanan); Rizka Fitri Akbar - PT. Render Digital, Maman Wijaya - Kepala Pusbang Film, Elprisdat - Direktur Komersial dan Pengembangan Bisnis PFN, Pranoto Wibowo - Manager Multimedia Humas Kantor Pusat PT. Kereta Api Indonesia dan Taufik Marhaban - PT. Render Digital Indonesia di Jakarta, Rabu (18/12/2019) (ANTARA/Maria Cicilia Galuh)
Jakarta (ANTARA) - Pusat Pengembangan Perfilman (Pusbang Film) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) kembali melakukan restorasi film, kali ini dengan judul "Kereta Api Terakhir" yang diproduksi pada tahun 1981 oleh Perusahaan Film Negara (PFN).
Restorasi film adalah salah satu program Pusbang Film yang bertujuan untuk menyelamatkan film Indonesia yang berusia lebih 50 tahun sehingga dapat ditonton kembali sebagai bahan pembelajaran baik dari segi teknik produksi film maupun sejarah Indonesia.
Film "Kereta Api Terakhir" dipilih oleh kurator untuk direstorasi karena dianggap sebagai salah satu film kolosal yang melibatkan 15 ribu pemain. Film ini juga mengisahkan tentang perjuangan revolusi tahun 1945-1947 yang diangkat dari novel karya Pandir Kelana.
"Film ini merupakan bagian dari salah satu sejarah perfilman Indonesia, konon pada 1981 film ini sangat epik. Kedua, masalah materi hingga akhirnya patut diselamatkan. Karena ini kepemilikan barang ini adalah milik negara ada PFN dan PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api)," ujar Rizka F Akbar dari PT. Render Digital Indonesia atau pihak yang mengerjakan proses restorasi dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu.
Proses pengerjaan restorasi film ini memakan waktu hingga enam bulan. Materinya sendiri hanya menggunakan kopi positif yang diperoleh dari penggiat film komunitas layar tancap sehingga memiliki keterbatasan.
Kepala Pusbang Film, Maman Wijaya mengatakan nantinya film-film restorasi akan digunakan sebagai sarana belajar bagi para mahasiswa dan komunitas film. Menurut Maman, pihaknya juga meminjamkan film-film restorasi namun tidak untuk kepentingan komersil.
"Semua film yang sudah direstorasi semua digunakan oleh teman-teman di perguruan tinggi yang tentu kaitannya untuk belajar kebudayaan pada waktu itu, penataan kamera dan sinematografi," kata Maman.
"Yang kedua, Pusbang Film biasa juga melayani permintaan peminjaman film yang diputar oleh komunitas-komunitas mulai dari Medan sampai beberapa daerah," lanjutnya.
Kemendikbud saat ini sudah merestorasi empat film nasional yaitu "Darah dan Do'a" (2013), "Pagar Kawat Berduri" (2017), "Bintang Ketjil" (2018) dan "Kereta Api Terakhir".
Baca juga: Film hasil restorasi "Bintang Ketjil" diputar di Medan
Baca juga: "Pengabdi Setan" asli versi restorasi tayang lagi di bioskop
Baca juga: Wulan Guritno kumpulkan dana untuk restorasi film
Restorasi film adalah salah satu program Pusbang Film yang bertujuan untuk menyelamatkan film Indonesia yang berusia lebih 50 tahun sehingga dapat ditonton kembali sebagai bahan pembelajaran baik dari segi teknik produksi film maupun sejarah Indonesia.
Film "Kereta Api Terakhir" dipilih oleh kurator untuk direstorasi karena dianggap sebagai salah satu film kolosal yang melibatkan 15 ribu pemain. Film ini juga mengisahkan tentang perjuangan revolusi tahun 1945-1947 yang diangkat dari novel karya Pandir Kelana.
"Film ini merupakan bagian dari salah satu sejarah perfilman Indonesia, konon pada 1981 film ini sangat epik. Kedua, masalah materi hingga akhirnya patut diselamatkan. Karena ini kepemilikan barang ini adalah milik negara ada PFN dan PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api)," ujar Rizka F Akbar dari PT. Render Digital Indonesia atau pihak yang mengerjakan proses restorasi dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu.
Proses pengerjaan restorasi film ini memakan waktu hingga enam bulan. Materinya sendiri hanya menggunakan kopi positif yang diperoleh dari penggiat film komunitas layar tancap sehingga memiliki keterbatasan.
Kepala Pusbang Film, Maman Wijaya mengatakan nantinya film-film restorasi akan digunakan sebagai sarana belajar bagi para mahasiswa dan komunitas film. Menurut Maman, pihaknya juga meminjamkan film-film restorasi namun tidak untuk kepentingan komersil.
"Semua film yang sudah direstorasi semua digunakan oleh teman-teman di perguruan tinggi yang tentu kaitannya untuk belajar kebudayaan pada waktu itu, penataan kamera dan sinematografi," kata Maman.
"Yang kedua, Pusbang Film biasa juga melayani permintaan peminjaman film yang diputar oleh komunitas-komunitas mulai dari Medan sampai beberapa daerah," lanjutnya.
Kemendikbud saat ini sudah merestorasi empat film nasional yaitu "Darah dan Do'a" (2013), "Pagar Kawat Berduri" (2017), "Bintang Ketjil" (2018) dan "Kereta Api Terakhir".
Baca juga: Film hasil restorasi "Bintang Ketjil" diputar di Medan
Baca juga: "Pengabdi Setan" asli versi restorasi tayang lagi di bioskop
Baca juga: Wulan Guritno kumpulkan dana untuk restorasi film
Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019
Tags: