Yogyakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota Yogyakarta menuntut lurah untuk terus mengasah kemampuan “public speaking”, salah satunya melalui lomba “Lurah Bicara” sebagai upaya memperlancar penyampaian program dan kegiatan yang akan dilakukan pemerintah daerah di wilayah.

“Lurah adalah ujung tombak Pemerintah Kota Yogyakarta dalam menyampaikan program di wilayah. Sebuah program yang bagus akan menjadi sia-sia jika tidak bisa disampaikan dengan baik,” kata Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi di Yogyakarta, Rabu.

Baca juga: Yogyakarta akan petakan potensi dan kekurangan dari tiap kelurahan

Menurut dia, masih ada lurah yang belum memiliki kemampuan “public speaking” yang baik sehingga tidak lancar dalam mengemukakan pemikiran, gagasan, dan ide untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi di wilayah yang mereka pimpin.

Kondisi tersebut, lanjut Heroe, juga dipicu karena lurah tidak memiliki kecakapan dalam menggali potensi dan memahami permasalahan yang dihadapi di wilayah masing-masing.

Baca juga: Yogyakarta garap "Dodolan Kampung" kembangkan potensi wilayah

“Lurah tidak bisa menyampaikan potensi yang ada di wilayah karena kurang bisa menghimpun data dan merumuskan masalah sehingga penyelesaian yang diambil tidak sinkron,” katanya.

Lomba Lurah Bicara yang digelar untuk tahun pertama diikuti 14 lurah yang masing-masing mewakili tiap kecamatan di Kota Yogyakarta. Lomba digelar pada 18-19 Desember 2019 di kompleks Balai Kota Yogyakarta.

Baca juga: Yogyakarta bentuk pengurus kampung untuk koordinasi pembangunan

“Pada hari pertama ini, dapat diketahui mana lurah yang memiliki kemampuan menyelesaikan masalah, dan mana lurah yang belum memiliki kemampuan dalam memahami potensi dan masalah di wilayah sehingga mereka terlihat kesulitan menyampaikan program kegiatan,” kata Heroe.

Kegiatan Lomba Lurah Bicara tersebut, lanjut Heroe, juga menjadi salah satu pijakan bagi Pemerintah Kota Yogyakarta untuk melakukan penataan pegawai di masa yang akan datang.

Baca juga: Dinilai terlalu banyak, Yogyakarta akan sederhanakan predikat kampung

“Mungkin saja, mereka belum memiliki kecakapan untuk memimpin wilayah tetapi memiliki kemampuan di bidang lain yang justru akan lebih sesuai,” kata Heroe.

Pada hari pertama lomba Lurah Bicara, diikuti tujuh kelurahan yaitu Lurah Panembahan, Pakuncen, Gowongan, Purwokonanti, Pringgokusuman, Tegalrejo, dan Notoprajan.

Salah satu lurah, yaitu Lurah Pakuncen Ryan Wulandari menyampaikan potensi yang dimiliki wilayahnya yaitu banyaknya makam, bahkan hampir di setiap RW di kelurahan tersebut memiliki makam.

“Makam yang ada ini diharapkan mendukung pemberdayaan masyarakat. Pada 2020 akan dibangun gazebo di makam sehingga bisa dijadikan semacam tempat istirahat saat warga melakukan ziarah. Warga yang berziarah bisa membelanjakan uangnya untuk membeli produk lokal,” katanya.

Saat ini, lanjut dia, di area sekitar makam juga digunakan sebagai lorong sayur yang hasilnya bisa dimanfaatkan oleh warga. “Harapannya, makam tidak lagi menakutkan,” katanya yang juga mengajak masyarakat menjaga kebersihan di area sekitar makam.