Rachmat Gobel yakin minat investasi Jepang ke Indonesia kian meningkat
17 Desember 2019 19:49 WIB
Wakil Ketua DPR RI Koordinator Industri dan Pembangunan Rachmat Gobel (lima dari kiri) pada pertemuan dengan Federasi Organisasi Perdagangan Eksternal Jepang (JETRO) dalam rangkaian kunjungan muhibah ke Jepang pada 9-15 November 2019. Selain JETRO, rombongan juga bertemu dengan Federasi Organisasi Ekonomi Jepang (Keidanren), Japan Bank For International Cooperation (JBIC), politisi partai LDP, sejumlah gubernur dan walikota serta beberapa perusahaan besar seperti Suzuki Corporation. ANTARA/HO
Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua DPR Koordinator Bidang Industri dan Pembangunan Rachmat Gobel optimis minat investasi Jepang ke Indonesia semakin kuat, seiring dengan kerja sama bisnis dan investasi yang meningkat.
"Poin utama hubungan ekonomi Indonesia-Jepang ialah melakukan perbaikan dan peningkatan dalam bidang investasi, sumber daya manusia dan transfer teknologi, perbaikan infrastruktur serta pengembangan daya saing ekspor," kata Rachmat dalam keterangannya yang diterima ANTARA, di Jakarta, Selasa.
Rachmat Gobel bersama rombongan terdiri atas anggota DPR RI melakukan kunjungan muhibah ke Negeri Sakura pada 9-15 November 2019, bertemu dengan Federasi Organisasi Ekonomi Jepang (Keidanren), Organisasi Perdagangan Eksternal Jepang (JETRO), Japan Bank For International Cooperation (JBIC), Sekjen LDP Toshihiro Nikai dan anggota parlemen Tatsou Fukuda.
"Dalam berbagai pertemuan, pelaku usaha Jepang memberikan berbagai masukan yang perlu menjadi perhatian, agar potensi investasi yang besar dari Jepang bisa terealisasi untuk mendukung pertumbuhan dan penguatan struktur ekonomi Indonesia," ujarnya.
Baca juga: Wakil Ketua DPR khawatir RI jadi negara konsumsi bukan negara industri
Rombongan juga berkunjung ke sejumlah perusahaan besar yang dikenal mempunyai perhatian terhadap UMKM seperti Suzuki Corporation, Shunk Do, perusahaan Unagi Pie, Torata Gotemba dan perusahaan dodol terkenal berusia 500 tahun dan menurun hingga 17 generasi.
“Usulan dan masukan dari JETRO, JBIC dan Keidanren ini akan menjadi catatan delegasi dan segera disampaikan untuk menjadi masukan buat pemerintah melalui mekanisme rapat kerja atau rapat dengar pendapat dengan lembaga dan kementerian di Indonesia," katanya.
Jepang adalah investor terbesar kedua di Indonesia. Dalam 10 tahun terakhir, investasi dari negara matahari terbit ini mencapai lebih 30 miliar dolar AS. Negara ini juga tercatat sebagai kreditor terbesar dalam memberikan pinjaman untuk pembiayaan APBN.
Ketua JETRO Nobuhiko Sasaki mengatakan, hubungan kedua negara yang sudah berjalan baik lebih dari 60 tahun, harus mengalami peningkatan dan perbaikan. “Ada peluang lanjutan investasi Jepang di Indonesia, apalagi jika dibarengi dengan fasilitas atau insentif untuk kemudahan investasi,” kata Sasaki.
Baca juga: Rachmat Gobel ajak Keidanren Jepang tingkatkan investasi di Indonesia
Sementara itu, Wakil Ketua Keidanren Fumiya Kokubu dan Wakil Ketua Bidang Komite Ekonomi Jepang – Indonesia Ken Kobayashi mengakui hubungan kedua negara harus semakin erat karena Indonesia adalah mitra ekonomi yang sangat strategis.
CEO JBIC Tadashi Maeda mengatakan, JBIC saat ini sedang membahas kemungkinan pembentukan sovereign wealth fund (SWF) yang bisa digunakan untuk membiayai berbagai proyek di Indonesia seperti pembangunan infrastruktur dan perumahan. “Skema yang sama juga diterapkan pada investasi di Uni Emirat Arab," kata Maeda.
SWF merupakan lembaga finansial yang dimiliki Jepang untuk mengumpulkan dana publik dan menginvestasikannya ke aset yang lebih luas dan beragam. Kemungkinan pembentukan SWF ini sudah dibicarakan dengan Presiden Jokowi dan sejumlah menteri beberapa waktu lalu.
Maeda juga menyampaikan apresiasi atas upaya dan inisiatif Rachmat Gobel yang selama ini meningkatkan kerja sama Indonesia-Jepang baik melalui Perhimpunan Indonesia-Jepang maupun sebagai Utusan Khusus investasi Indonesia.
UMKM
Dalam kunjungan itu, isu utama yang diusung yaitu lingkungan hidup, pertanian, dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Khusus UMKM dibahas mengenai peluang kerja sama di bidang pertanian, perkebunan, tanaman obat herbal (jamu), perikanan dan pengembangan UMKM.
Jepang berhasil mempromosikan UMKM dengan baik, sehingga mempunyai kontribusi besar terhadap ekspor negara itu. “Kita berharap kerja sama dengan Jepang dapat membantu pengembangan sektor UMKM seperti di bidang pangan, makanan halal dan obat tradisional,” kata Rachmat.
Dalam kesempatan itu, Rachmat juga sempat menyinggung potensi industri garam di NTT yang kualitasnya salah satu terbaik di dunia. Industri ini berpotensi dikembangkan untuk menjadi babahan baku komestik dan kaca.
Baca juga: Rachmat Gobel: pembukaan ritel Jepang punya nilai tambah
Sedangkan dalam kunjungan ke Perfektur Shiga, Rachmat antara lain membahas peluang kerja sama revitalisasi danau Limboto sehingga bisa menjadi salah satu destinasi wisata di Gorontalo.
Dalam kunjungan ini, rombongan berkesempatan melihat dari dekat praktek budaya Monozukuri pabrik otomotif Suzuki, pabrik kue “Unagi Pie” dan pabrik makanan manis “Toraya”.
Dengan budaya Monozukuri bangsa Jepang telah berhasil membangun industrinya. Monozukuri merupakan kata yang berasal dari kata "mono" berarti produk atau barang, dan "zukuri" berarti proses pembuatan, penciptaan atau produksi.
Konsep ini memiliki nilai semangat kreatif untuk menghasilkan produk unggul serta kemampuan untuk terus menyempurnakan proses. Konsep ini berisi nilai keunggulan (excellence), keahlian dan keterampilan (skill), jiwa (spirit atau roh pendorong/penggerak), dan kebanggaan dalam kemampuan menciptakan dan memproduksi barang dengan sangat baik. “Jika hal ini bisa dilakukan dan dicontoh oleh semua investor di tanah air, pasti industri kita akan sangat maju,” kata Rachmat.
Baca juga: Jepang transformasi teknologi di Indonesia
"Poin utama hubungan ekonomi Indonesia-Jepang ialah melakukan perbaikan dan peningkatan dalam bidang investasi, sumber daya manusia dan transfer teknologi, perbaikan infrastruktur serta pengembangan daya saing ekspor," kata Rachmat dalam keterangannya yang diterima ANTARA, di Jakarta, Selasa.
Rachmat Gobel bersama rombongan terdiri atas anggota DPR RI melakukan kunjungan muhibah ke Negeri Sakura pada 9-15 November 2019, bertemu dengan Federasi Organisasi Ekonomi Jepang (Keidanren), Organisasi Perdagangan Eksternal Jepang (JETRO), Japan Bank For International Cooperation (JBIC), Sekjen LDP Toshihiro Nikai dan anggota parlemen Tatsou Fukuda.
"Dalam berbagai pertemuan, pelaku usaha Jepang memberikan berbagai masukan yang perlu menjadi perhatian, agar potensi investasi yang besar dari Jepang bisa terealisasi untuk mendukung pertumbuhan dan penguatan struktur ekonomi Indonesia," ujarnya.
Baca juga: Wakil Ketua DPR khawatir RI jadi negara konsumsi bukan negara industri
Rombongan juga berkunjung ke sejumlah perusahaan besar yang dikenal mempunyai perhatian terhadap UMKM seperti Suzuki Corporation, Shunk Do, perusahaan Unagi Pie, Torata Gotemba dan perusahaan dodol terkenal berusia 500 tahun dan menurun hingga 17 generasi.
“Usulan dan masukan dari JETRO, JBIC dan Keidanren ini akan menjadi catatan delegasi dan segera disampaikan untuk menjadi masukan buat pemerintah melalui mekanisme rapat kerja atau rapat dengar pendapat dengan lembaga dan kementerian di Indonesia," katanya.
Jepang adalah investor terbesar kedua di Indonesia. Dalam 10 tahun terakhir, investasi dari negara matahari terbit ini mencapai lebih 30 miliar dolar AS. Negara ini juga tercatat sebagai kreditor terbesar dalam memberikan pinjaman untuk pembiayaan APBN.
Ketua JETRO Nobuhiko Sasaki mengatakan, hubungan kedua negara yang sudah berjalan baik lebih dari 60 tahun, harus mengalami peningkatan dan perbaikan. “Ada peluang lanjutan investasi Jepang di Indonesia, apalagi jika dibarengi dengan fasilitas atau insentif untuk kemudahan investasi,” kata Sasaki.
Baca juga: Rachmat Gobel ajak Keidanren Jepang tingkatkan investasi di Indonesia
Sementara itu, Wakil Ketua Keidanren Fumiya Kokubu dan Wakil Ketua Bidang Komite Ekonomi Jepang – Indonesia Ken Kobayashi mengakui hubungan kedua negara harus semakin erat karena Indonesia adalah mitra ekonomi yang sangat strategis.
CEO JBIC Tadashi Maeda mengatakan, JBIC saat ini sedang membahas kemungkinan pembentukan sovereign wealth fund (SWF) yang bisa digunakan untuk membiayai berbagai proyek di Indonesia seperti pembangunan infrastruktur dan perumahan. “Skema yang sama juga diterapkan pada investasi di Uni Emirat Arab," kata Maeda.
SWF merupakan lembaga finansial yang dimiliki Jepang untuk mengumpulkan dana publik dan menginvestasikannya ke aset yang lebih luas dan beragam. Kemungkinan pembentukan SWF ini sudah dibicarakan dengan Presiden Jokowi dan sejumlah menteri beberapa waktu lalu.
Maeda juga menyampaikan apresiasi atas upaya dan inisiatif Rachmat Gobel yang selama ini meningkatkan kerja sama Indonesia-Jepang baik melalui Perhimpunan Indonesia-Jepang maupun sebagai Utusan Khusus investasi Indonesia.
UMKM
Dalam kunjungan itu, isu utama yang diusung yaitu lingkungan hidup, pertanian, dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Khusus UMKM dibahas mengenai peluang kerja sama di bidang pertanian, perkebunan, tanaman obat herbal (jamu), perikanan dan pengembangan UMKM.
Jepang berhasil mempromosikan UMKM dengan baik, sehingga mempunyai kontribusi besar terhadap ekspor negara itu. “Kita berharap kerja sama dengan Jepang dapat membantu pengembangan sektor UMKM seperti di bidang pangan, makanan halal dan obat tradisional,” kata Rachmat.
Dalam kesempatan itu, Rachmat juga sempat menyinggung potensi industri garam di NTT yang kualitasnya salah satu terbaik di dunia. Industri ini berpotensi dikembangkan untuk menjadi babahan baku komestik dan kaca.
Baca juga: Rachmat Gobel: pembukaan ritel Jepang punya nilai tambah
Sedangkan dalam kunjungan ke Perfektur Shiga, Rachmat antara lain membahas peluang kerja sama revitalisasi danau Limboto sehingga bisa menjadi salah satu destinasi wisata di Gorontalo.
Dalam kunjungan ini, rombongan berkesempatan melihat dari dekat praktek budaya Monozukuri pabrik otomotif Suzuki, pabrik kue “Unagi Pie” dan pabrik makanan manis “Toraya”.
Dengan budaya Monozukuri bangsa Jepang telah berhasil membangun industrinya. Monozukuri merupakan kata yang berasal dari kata "mono" berarti produk atau barang, dan "zukuri" berarti proses pembuatan, penciptaan atau produksi.
Konsep ini memiliki nilai semangat kreatif untuk menghasilkan produk unggul serta kemampuan untuk terus menyempurnakan proses. Konsep ini berisi nilai keunggulan (excellence), keahlian dan keterampilan (skill), jiwa (spirit atau roh pendorong/penggerak), dan kebanggaan dalam kemampuan menciptakan dan memproduksi barang dengan sangat baik. “Jika hal ini bisa dilakukan dan dicontoh oleh semua investor di tanah air, pasti industri kita akan sangat maju,” kata Rachmat.
Baca juga: Jepang transformasi teknologi di Indonesia
Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019
Tags: