Bayi gajah "Puan" minum susu dari selang akibat induknya terpisah
17 Desember 2019 18:02 WIB
Seekor bayi gajah sumatera (Elephas maximus sumatrensis) berusia tiga bulan dengan luka di kaki kiri akibat jerat, terpaksa minum susu formula untuk manusia dengan botol melalui selang di kandang perawatan Pusat Latihan Gajah Minas, Provinsi Riau, Selasa (17/12/2019). (ANTARA FOTO/FB Anggoro)
Pekanbaru (ANTARA) - Bayi gajah sumatera (Elephas maximus sumatrensis) liar yang kakinya terluka akibat jerat pemburu di Provinsi Riau, terpaksa minum susu formula dari botol melalui selang karena terpisah dari induknya.
Gajah betina yang diberinama Puan itu baru berusia tiga bulan dan kini dirawat di kandang khusus di Pusat Latihan Gajah (PLG) Minas, Kabupaten Siak, Riau, Selasa. Pawang gajah yang merawatnya membuat alat khusus dari botol air mineral ukuran 1,5 liter yang disambungkan dengan selang ditutupnya.
Gajah Puan terlihat sangat lahap meminum susu formula, dan dalam dua hari sudah menghabiskan sekardus susu bubuk isi 900 mililiter. Giginya terlihat belum tumbuh sehingga pawangnya harus melumatkan buah-buahan untuk Puan.
Bayi gajah itu sebelumnya dievakuasi oleh tim Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau karena kaki kirinya terluka parah akibat jerat yang dipasang pemburu di konsesi hutan tanaman industri PT Rimba Peranap Indah (RPI), di Kabupaten Indragiri Hulu pada 14 Desember 2019. Gajah tersebut terpisah dari induk dan kelompoknya.
Baca juga: Bayi gajah sumatera terjerat lagi di konsesi HTI di Riau
"Dengan segala pertimbangan, evakuasi (gajah) itu adalah kejadian yang sangat terpaksa," kata Kepala BBKSDA Riau, Suharyono.
Dengan kondisi sudah terpisah lama dari induk dan rombongannya, ia menyebutkan akan sulit bagi Gajah Puan untuk bisa diterima lagi di kelompoknya. Apalagi dengan kondisi usianya yang masih tiga bulan dan luka infeksi di kaki kirinya.
"Gajah Puan ini minum susu saja masih didot, makanan masih harus dihalusin. Kalau kita biarkan di alam kita ragu, apalagi ada infeksi di kakinya sehingga kita putuskan untuk dirawat intensif," kata Suharyono.
Orangtua Asuh Gajah
Suharyono mengatakan BBKSDA Riau berusaha agar ada kepedulian untuk anak-anak gajah korban jerat berupa gerakan orangtua asuh mereka. Karena pada kurun tiga tahun terakhir, sudah ada bayi gajah sumatera yang terkena jerat dan terpisah dari induknya.
Baca juga: Dekat markas polisi di Mandau, dua gajah sumatera liar berkeliaran
Tahun 2018 ada seekor gajah yang diberinama Indah, kemudian pada awal tahun 2019 ada seekor yang diberinama Togar dan terakhir Gajah Puan.
"Sampai saat ini kita berusaha menanggung sendiri, sebenarnya kita berharap ada orang tua angkat. Bukan karena negara miskin, karena negara pasti mampu, tapi ada hal ke depannya yang ingin kita lakukan gerakan peduli gajah sumatera sebagai orangtua angkat atau apalah.
Ia mengatakan tujuannya sebagai kampanye kepedulian lingkungan dan satwa karena semakin banyak orang peduli gajah sumatera, diharapkan kondisi satwa terancam punah itu akan semakin baik di habitatnya.
"Kita berharap pemegang konsesi atau siapapun lah ikut berperan dalam konservasi gajah sumatera ini," ujarnya.
Baca juga: Bengkulu luncurkan KEE koridor gajah sumatera
Gajah betina yang diberinama Puan itu baru berusia tiga bulan dan kini dirawat di kandang khusus di Pusat Latihan Gajah (PLG) Minas, Kabupaten Siak, Riau, Selasa. Pawang gajah yang merawatnya membuat alat khusus dari botol air mineral ukuran 1,5 liter yang disambungkan dengan selang ditutupnya.
Gajah Puan terlihat sangat lahap meminum susu formula, dan dalam dua hari sudah menghabiskan sekardus susu bubuk isi 900 mililiter. Giginya terlihat belum tumbuh sehingga pawangnya harus melumatkan buah-buahan untuk Puan.
Bayi gajah itu sebelumnya dievakuasi oleh tim Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau karena kaki kirinya terluka parah akibat jerat yang dipasang pemburu di konsesi hutan tanaman industri PT Rimba Peranap Indah (RPI), di Kabupaten Indragiri Hulu pada 14 Desember 2019. Gajah tersebut terpisah dari induk dan kelompoknya.
Baca juga: Bayi gajah sumatera terjerat lagi di konsesi HTI di Riau
"Dengan segala pertimbangan, evakuasi (gajah) itu adalah kejadian yang sangat terpaksa," kata Kepala BBKSDA Riau, Suharyono.
Dengan kondisi sudah terpisah lama dari induk dan rombongannya, ia menyebutkan akan sulit bagi Gajah Puan untuk bisa diterima lagi di kelompoknya. Apalagi dengan kondisi usianya yang masih tiga bulan dan luka infeksi di kaki kirinya.
"Gajah Puan ini minum susu saja masih didot, makanan masih harus dihalusin. Kalau kita biarkan di alam kita ragu, apalagi ada infeksi di kakinya sehingga kita putuskan untuk dirawat intensif," kata Suharyono.
Orangtua Asuh Gajah
Suharyono mengatakan BBKSDA Riau berusaha agar ada kepedulian untuk anak-anak gajah korban jerat berupa gerakan orangtua asuh mereka. Karena pada kurun tiga tahun terakhir, sudah ada bayi gajah sumatera yang terkena jerat dan terpisah dari induknya.
Baca juga: Dekat markas polisi di Mandau, dua gajah sumatera liar berkeliaran
Tahun 2018 ada seekor gajah yang diberinama Indah, kemudian pada awal tahun 2019 ada seekor yang diberinama Togar dan terakhir Gajah Puan.
"Sampai saat ini kita berusaha menanggung sendiri, sebenarnya kita berharap ada orang tua angkat. Bukan karena negara miskin, karena negara pasti mampu, tapi ada hal ke depannya yang ingin kita lakukan gerakan peduli gajah sumatera sebagai orangtua angkat atau apalah.
Ia mengatakan tujuannya sebagai kampanye kepedulian lingkungan dan satwa karena semakin banyak orang peduli gajah sumatera, diharapkan kondisi satwa terancam punah itu akan semakin baik di habitatnya.
"Kita berharap pemegang konsesi atau siapapun lah ikut berperan dalam konservasi gajah sumatera ini," ujarnya.
Baca juga: Bengkulu luncurkan KEE koridor gajah sumatera
Pewarta: FB Anggoro
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2019
Tags: