Bea Nehes, Desa Proklim Plus di jantung Kalimantan
17 Desember 2019 06:59 WIB
Ilustrasi. Foto aerial kompleks penginapan di kawasan wisata Bukit Bangkirai, Kecamatan Samboja, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Kamis (29/8/2019). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/wsj.
Samarinda (ANTARA) - Desa Benhes (Bea Nehes) di Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, terpilih menjadi Desa Program Kampung Iklim Plus (Proklim+) dalam upaya penurunan emisi karbon dari Program Forest Carbon Partnership Facility Carbon Fund (FCPFCF).
Kepala Desa Benhes Kecamatan Muara Wahau Stefani Lung dihubungi dari Samarinda, Senin, mengatakan bersyukur atas dipilih desanya yang berada di jantung Kalimantan sebagai Proklim+ dan masyarakat sangat mendukung, sehingga bisa berkontribusi dalam menjaga hutan.
Baca juga: "Hantu" ekonomi hijau dan pesan dari Madrid
"Walaupun sebelumnya warga sudah menjaganya. Adanya program ini tentu pemerintah bisa lebih memperhatikan desa kami," katanya.
Dukungan terhadap status Desa Proklim+ juga disampaikan Ketua Lembaga Adat Desa Bea Nehas Ledjie Be Leang Song yang mengatakan sudah sejak tahun 1964 mereka sudah aktif menjaga hutan.
"Desa Benhes memiliki dua kawasan hutan, yaitu Hutan Adat Long Sekun Miq Kuen dengan luas 38 ribu hektare. Dan Hutan Lindung Adat Tlan Long Shu dengan luas sekitar 100 ribu ha. Kedua kawasan masih tetap kami pertahankan," ujar dia.
Baca juga: Thunberg kecam 'komunikasi kreatif' dalam perangi perubahan iklim
Deputi Direktur Yayasan BIOMA, Danang Sukobudi mengatakan masyarakat Desa Benhes sudah sejak puluhan tahun menjaga hutan.
Karenanya tepat jika desa tersebut ditetapkan sebagai desa prioritas Proklim dari 150 desa yang terpilih.
"Itulah sebabnya Proklim+ menyasar desa-desa yang masih ada tutupan hutan. Salah satunya Desa Benhes dari 18 Proklim yang dinilai punya tutupan hutan cukup bagus," kata Danang.
Baca juga: Sekjen PBB tuntut langkah iklim yang lebih berani, "atau kita hancur"
Kepala Desa Benhes Kecamatan Muara Wahau Stefani Lung dihubungi dari Samarinda, Senin, mengatakan bersyukur atas dipilih desanya yang berada di jantung Kalimantan sebagai Proklim+ dan masyarakat sangat mendukung, sehingga bisa berkontribusi dalam menjaga hutan.
Baca juga: "Hantu" ekonomi hijau dan pesan dari Madrid
"Walaupun sebelumnya warga sudah menjaganya. Adanya program ini tentu pemerintah bisa lebih memperhatikan desa kami," katanya.
Dukungan terhadap status Desa Proklim+ juga disampaikan Ketua Lembaga Adat Desa Bea Nehas Ledjie Be Leang Song yang mengatakan sudah sejak tahun 1964 mereka sudah aktif menjaga hutan.
"Desa Benhes memiliki dua kawasan hutan, yaitu Hutan Adat Long Sekun Miq Kuen dengan luas 38 ribu hektare. Dan Hutan Lindung Adat Tlan Long Shu dengan luas sekitar 100 ribu ha. Kedua kawasan masih tetap kami pertahankan," ujar dia.
Baca juga: Thunberg kecam 'komunikasi kreatif' dalam perangi perubahan iklim
Deputi Direktur Yayasan BIOMA, Danang Sukobudi mengatakan masyarakat Desa Benhes sudah sejak puluhan tahun menjaga hutan.
Karenanya tepat jika desa tersebut ditetapkan sebagai desa prioritas Proklim dari 150 desa yang terpilih.
"Itulah sebabnya Proklim+ menyasar desa-desa yang masih ada tutupan hutan. Salah satunya Desa Benhes dari 18 Proklim yang dinilai punya tutupan hutan cukup bagus," kata Danang.
Baca juga: Sekjen PBB tuntut langkah iklim yang lebih berani, "atau kita hancur"
Pewarta: Arumanto
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2019
Tags: