November 2019, ekspor industri pengolahan capai 10,58 miliar dolar AS
16 Desember 2019 16:24 WIB
Presiden Joko Widodo (keempat kanan) melepas ekspor perdana Isuzu Traga di Karawang Timur, Jawa Barat, Kamis (12/12/2019). Isuzu Traga akan diekspor perdana ke Filipina sebanyak 6.000 unit hingga akhir tahun 2020. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/hp.
Jakarta (ANTARA) - Nilai ekspor industri pengolahan mencapai 10,58 miliar dolar AS pada November 2019, di mana kinerja ekspor pada sektor ini merupakan angka tertinggi dibandingkan sektor lain, yakni ekspor minyak dan gas sebesar 1,11 miliar dolar AS, pertanian 0,33 miliar dolar AS, serta pertambangan dan lainnya sebesar 1,99 miliar dolar AS.
"Total ekspor pada November 2019 adalah sebesar Rp14,01 miliar dolar AS, di mana seperti biasanya, ekspor sektor industri pengolahan berkontribusi paling besar, yakni 75,53 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto di Jakarta, Senin.
Data BPS menyebutkan, angka ekspor ke tiga sektor yakni migas, industri pengolahan, dan pertambangan pada November 2019 mengalami penurunan jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yakni masing-masing turun 15,81 persen, 1,66 persen, dan 19,09 persen.
"Hanya sektor pertanian yang ekspornya naik yakni naik 4,42 persen," ujar Suhariyanto.
Baca juga: Aptindo: Ekspor industri terigu dan turunannya capai Rp8,7 triliun
Baca juga: Pemerintah proyeksi industri otomotif mampu topang ekspor nasional
Dengan demikian, ekspor sektor tambang berkontribusi 14,19 persen terhadap ekspor, migas berkontribusi 7,89 persen dan pertanian 2,39 persen.
Menurut data BPS, beberapa golongan barang mengalami peningkatan ekspor pada November 2019, yakni Lemak dan Minyak Hewan naik 131,2 persen; kapal, perahu, dan struktur terapung naik 40,1 persen; pakaian dan aksesori (bukan rajutan) naik 23,8 persen; barang dari besi dan baja naik 21,8 persen; serta ampas atau sisa industri makanan naik 20,7 persen.
Kendati demikian, terjadi penurunan ekspor cukup dalam terhadap beberapa golongan barang pada periode tersebut, di antaranya ekspor logam mulia mengalami penurunan 105,2 persen; kendaraan dan bagiannya turun 122,4 persen; bahan bakar mineral turun 138,5 persen; besi dan baja turun 169,0 persen; serta bijih, terak, dan abu logam turun 239,6 persen.
Terjadi peningkatan ekspor ke beberapa negara tujuan, yakni ke India naik 44,9 persen, Bangladesh naik 36,7 persen, Korea Selatan 28,0 persen, Spanyol 26,2 persen, dan Belanda 23,6 persen.
Namun, ekspor ke lima negara lain mengalami penurunan yang dalam, yakni ke Singapura turun 76,6 persen, Malaysia turun 82,3 persen, Taiwan turun 103,0 persen, Jepang 129,6 persen, dan Tiongkok turun 348,0 persen.
Baca juga: Industri tekstil dan alas kaki berkontribusi 10 persen terhadap ekspor
Baca juga: Ekspor industri batik tembus 18 juta dolar AS
"Total ekspor pada November 2019 adalah sebesar Rp14,01 miliar dolar AS, di mana seperti biasanya, ekspor sektor industri pengolahan berkontribusi paling besar, yakni 75,53 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto di Jakarta, Senin.
Data BPS menyebutkan, angka ekspor ke tiga sektor yakni migas, industri pengolahan, dan pertambangan pada November 2019 mengalami penurunan jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yakni masing-masing turun 15,81 persen, 1,66 persen, dan 19,09 persen.
"Hanya sektor pertanian yang ekspornya naik yakni naik 4,42 persen," ujar Suhariyanto.
Baca juga: Aptindo: Ekspor industri terigu dan turunannya capai Rp8,7 triliun
Baca juga: Pemerintah proyeksi industri otomotif mampu topang ekspor nasional
Dengan demikian, ekspor sektor tambang berkontribusi 14,19 persen terhadap ekspor, migas berkontribusi 7,89 persen dan pertanian 2,39 persen.
Menurut data BPS, beberapa golongan barang mengalami peningkatan ekspor pada November 2019, yakni Lemak dan Minyak Hewan naik 131,2 persen; kapal, perahu, dan struktur terapung naik 40,1 persen; pakaian dan aksesori (bukan rajutan) naik 23,8 persen; barang dari besi dan baja naik 21,8 persen; serta ampas atau sisa industri makanan naik 20,7 persen.
Kendati demikian, terjadi penurunan ekspor cukup dalam terhadap beberapa golongan barang pada periode tersebut, di antaranya ekspor logam mulia mengalami penurunan 105,2 persen; kendaraan dan bagiannya turun 122,4 persen; bahan bakar mineral turun 138,5 persen; besi dan baja turun 169,0 persen; serta bijih, terak, dan abu logam turun 239,6 persen.
Terjadi peningkatan ekspor ke beberapa negara tujuan, yakni ke India naik 44,9 persen, Bangladesh naik 36,7 persen, Korea Selatan 28,0 persen, Spanyol 26,2 persen, dan Belanda 23,6 persen.
Namun, ekspor ke lima negara lain mengalami penurunan yang dalam, yakni ke Singapura turun 76,6 persen, Malaysia turun 82,3 persen, Taiwan turun 103,0 persen, Jepang 129,6 persen, dan Tiongkok turun 348,0 persen.
Baca juga: Industri tekstil dan alas kaki berkontribusi 10 persen terhadap ekspor
Baca juga: Ekspor industri batik tembus 18 juta dolar AS
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019
Tags: