"Tempe Kojo" keripik tempe pengusaha Garut tembus pasar ekspor
16 Desember 2019 14:14 WIB
Dian Hadiansyah, mantan Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Kabupaten Garut, Jawa Barat (Jabar) berhasil menjadi pengusaha keripik tempe yang diberi nama Tempe Kojo, usaha makanan dari kedelai tersebut berhasil merambah pasar internasional mulai dari Jepang, Korea Selatan, Inggris dan Jerman. (Antara/Ajat Sudrajat)
Bandung (ANTARA) - Dian Hadiansyah, mantan Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Kabupaten Garut, Jawa Barat (Jabar) berhasil menjadi pengusaha keripik tempe yang diberi nama Tempe Kojo, usaha makanan dari kedelai tersebut berhasil merambah pasar internasional mulai dari Jepang, Korea Selatan, Inggris dan Jerman.
"Alhamdulillah yang sudah regular ekspor untuk Tempe Kojo itu ada Jepang dan Korea Selatan. Selain itu, kita juga sudah memasarkan ke Inggris dan Jerman," kata Dian Hadiansyah, pada acara Gelar Produk PMI Purna 2019 di Kantor Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Bandung, Kota Bandung, Senin.
Menurut dia, rata-rata permintaan Keripik Tempe Kojo dari pasar ekspor mencapai 1.000 pieces (bungkus) per bulan.
Baca juga: Kemenkop-Bea Cukai kerja sama permudah UKM tingkatkan ekspor
"Tapi kalau rata-rata produksi harian itu sekitar 2.000 pieces dan sebagian besar memang masih dipasarkan untuk pasar lokal. Untuk harganya kita mulai dari Rp10 ribu hingga Rp15 ribu per bungkus, tergantung rasa atau varian," ujarnya.
Keripik tempe buatan Dian saat ini sudah dipasarkan oleh distributor Prima Pangan Utama Garut, toko oleh-oleh dan juga dijual secara online di marketplace.
Dian yang pernah bekerja di Jepang ini mengatakan dirinya memutuskan untuk berhenti menjadi pekerja migran pada tahun 2016.
Dian mengawali usaha tempe saat masih bekerja di Jepang yakni saat ia menjadi sebagai salah satu Pekerja Migran Indonesia atau PMI asal Jabar, yang bekerja di sektor manufaktur Jepang pada tahun 2001-2004.
Baca juga: RI-Belanda kerja sama fasilitasi UKM dekorasi rumah ekspor ke Eropa
Setelah itu ia kembali memperpanjang kontrak di Jepang dan disela-sela kesibukannya bekerja Dian menggeluti usaha tempe dengan menggubakan bahan baku rempah lokal dan kacang hokaido Jepang.
Dia mengatakan karena keterbatasan regulasi, ayah tiga anak itu mengawali usahanya dengan cara menjual tempe dari pintu ke pintu.
Waktu itu, Dian menjual keripik tempe kepada sesama PMI dan orang Jepang yang sudah dikenalnya.
"Alhamdulillah permintaan tempe di sana bagus. Banyak orang Jepang mencari dan menyukai tempe. Mungkin itu karena makanan khas Indonesia ini tidak diproduksi negara lain," tuturnya.
Setelah pulang ke Indonesia, Dian mulai fokus mengembangkan usaha pembuatan keripik tempe sejak 2017 dan dirinya mendaftarkan produknya dengan nama Keripik Tempe Kojo.
"Nama kojo diambil dari nama pabrik tempat saya duku bekerja di Jepang. Dan dalam Bahasa Sunda, 'kojo itu kan artinya sesuatu yang sering dipakai atau diandalkan," tuturnya.
Dia mengatakan untuk meningkatkan kemampuan dalam berwirausaha ia sering mengikuti berbagai pelatihan wirausaha seperti yang digelar Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Diaperindag) dan Balai Latihan Kerja Pekerja Migran Indonesia (BLKPMI).
"Jadi dengan membuka usaha Keripik Tempe Kojo saya bukan hanya bisa mencukupi kebutuhan finansial keluarga namun juga turut membuka lapangan pekerjaan untuk yang lain," ujarnya.
Dengan ketekunan, kerja keras dan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa, saat ini usahanya terus membesar dan bahkan bisa menjajal pasar ekspor.
Keripik "Tempe Kojo" Dian juga pernah mewakili Pekerja Migran Indonesia (PMI) se-Jawa Barat (Jabar) dalam ajang Trade Expo Indonesia (TEI) 2019.
Dian mengikuti pameran dagang terbesat di Indonesia tersebut setelah ditunjuk oleh Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Bandung.
"Alhamdulillah yang sudah regular ekspor untuk Tempe Kojo itu ada Jepang dan Korea Selatan. Selain itu, kita juga sudah memasarkan ke Inggris dan Jerman," kata Dian Hadiansyah, pada acara Gelar Produk PMI Purna 2019 di Kantor Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Bandung, Kota Bandung, Senin.
Menurut dia, rata-rata permintaan Keripik Tempe Kojo dari pasar ekspor mencapai 1.000 pieces (bungkus) per bulan.
Baca juga: Kemenkop-Bea Cukai kerja sama permudah UKM tingkatkan ekspor
"Tapi kalau rata-rata produksi harian itu sekitar 2.000 pieces dan sebagian besar memang masih dipasarkan untuk pasar lokal. Untuk harganya kita mulai dari Rp10 ribu hingga Rp15 ribu per bungkus, tergantung rasa atau varian," ujarnya.
Keripik tempe buatan Dian saat ini sudah dipasarkan oleh distributor Prima Pangan Utama Garut, toko oleh-oleh dan juga dijual secara online di marketplace.
Dian yang pernah bekerja di Jepang ini mengatakan dirinya memutuskan untuk berhenti menjadi pekerja migran pada tahun 2016.
Dian mengawali usaha tempe saat masih bekerja di Jepang yakni saat ia menjadi sebagai salah satu Pekerja Migran Indonesia atau PMI asal Jabar, yang bekerja di sektor manufaktur Jepang pada tahun 2001-2004.
Baca juga: RI-Belanda kerja sama fasilitasi UKM dekorasi rumah ekspor ke Eropa
Setelah itu ia kembali memperpanjang kontrak di Jepang dan disela-sela kesibukannya bekerja Dian menggeluti usaha tempe dengan menggubakan bahan baku rempah lokal dan kacang hokaido Jepang.
Dia mengatakan karena keterbatasan regulasi, ayah tiga anak itu mengawali usahanya dengan cara menjual tempe dari pintu ke pintu.
Waktu itu, Dian menjual keripik tempe kepada sesama PMI dan orang Jepang yang sudah dikenalnya.
"Alhamdulillah permintaan tempe di sana bagus. Banyak orang Jepang mencari dan menyukai tempe. Mungkin itu karena makanan khas Indonesia ini tidak diproduksi negara lain," tuturnya.
Setelah pulang ke Indonesia, Dian mulai fokus mengembangkan usaha pembuatan keripik tempe sejak 2017 dan dirinya mendaftarkan produknya dengan nama Keripik Tempe Kojo.
"Nama kojo diambil dari nama pabrik tempat saya duku bekerja di Jepang. Dan dalam Bahasa Sunda, 'kojo itu kan artinya sesuatu yang sering dipakai atau diandalkan," tuturnya.
Dia mengatakan untuk meningkatkan kemampuan dalam berwirausaha ia sering mengikuti berbagai pelatihan wirausaha seperti yang digelar Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Diaperindag) dan Balai Latihan Kerja Pekerja Migran Indonesia (BLKPMI).
"Jadi dengan membuka usaha Keripik Tempe Kojo saya bukan hanya bisa mencukupi kebutuhan finansial keluarga namun juga turut membuka lapangan pekerjaan untuk yang lain," ujarnya.
Dengan ketekunan, kerja keras dan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa, saat ini usahanya terus membesar dan bahkan bisa menjajal pasar ekspor.
Keripik "Tempe Kojo" Dian juga pernah mewakili Pekerja Migran Indonesia (PMI) se-Jawa Barat (Jabar) dalam ajang Trade Expo Indonesia (TEI) 2019.
Dian mengikuti pameran dagang terbesat di Indonesia tersebut setelah ditunjuk oleh Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Bandung.
Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019
Tags: